• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam

2.1.8. Penatalaksanaan Demam

Demam sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi. Akan tetapi demam yang terlalu tinggi akan menimbulkan kerusakan pada otak. Penatalaksanaan demam bertujuan untuk merendahkan suhu yang terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan demam (Kaneshiro & Zieve, 2010).

Menurut Ferry (2010), secara garis besar penatalaksanaan demam dapat dibagi dua yaitu: terapi yang bisa dilakukan dirumah dan terapi yang bisa dilakukan oleh paramedis. Untuk mengetahui seseorang tersebut mend erita demam dapat dilakukan pengukuran suhu menggunakan t ermometer.

 Perawatan dirumah

Ada tiga tujuan perawatan dirumah pada anak yang mengalami demam, yaitu:

a. Mengontrol suhu. b. Mencegah dehidrasi.

c. Memantau penyakit serius atau penyakit yang mengancam jiwa (Ferry, 2010).

a. Mengontrol suhu

Bertujuan untuk membuat anak nyaman dengan memantau dan mengurangi demam. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan thermometer, obat-obatan, dan menggunakan pakaian yang tepat. mandi air hangat juga dapat membantu tetap i tidak lebih dari 10 menit. - Penggunaan termometer

Untuk mengetahui suhu anak diperlukan thermometer. Berbagai jenis thermometer yang tersedia, termasuk kaca, merkuri, digital, dan timpani. Kebanyakan dokter tidak menyarankan menggunakan thermometer timpani karena penggunaannya diluar klinik tidak dapat diandalkan dan dapat memberikan hasil yang tidak akurat. Thermometer digital hasilnya bisa dibaca dalam hitungan detik. Cara yang terbaik untuk memeriksa bayi maupun balita adalah de ngan menggunakan thermometer rektal, tetapi pemeriksaannya membuat anak merasa tidak nyaman. Suhu oral dapat diperoleh pada anak yang lebih tua dengan tidak bernafas dari mulut dan tidak baru saja meminum air dingin ataupun hangat (Ferry, 2010). Pengukuran suhu mulut aman dan dapat dilakukan pada anak usia di atas 4 tahun karena sudah dapat bekerja sama untuk menahan termometer di mulut. Pengukuran ini juga lebih akurat dibandingkan dengan suhu aksila. Pengukuran suhu aksila mudah dilakukan, tetapi hanya menggambarkan suhu pe rifer tubuh yang sangat dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah dan keringat sehingga kurang akurat.

Tabel 2.1: Tipe termometer, berdasarkan wawancara telepon dengan sampel acak pada komunitas ahli farmasi di Itali pada tahun 2008

Tipe

Termometer

Tempat/Cara

Pengukuran

Keuntungan Kerugian Komentar

Merkuri Aksila, oral,

rektal Mudah dibaca, biaya murah Rapuh, tidak dapat dikalibrasi, waktu pengukuran yg lama (5-8 menit) dengan tipe nonprismatik klasik, berpotensi terhadap keracunan merkuri Ditarik dari pasaran pada tahun 2010 karena risiko keracunan merkuri

Digital Aksila, oral, rektal mempunyai alarm akustik yg menandakan akhir pengukuran Butuh penggantian baterai, kalibrasi sulit dilakukan, beberapa model bergantung pada perubahan temperatur/ waktu pengukuran dan dapat berhenti lebih cepat Model yang fleksibel lebih dipilih karena alasan keamanan, tipe “dummy” (pacifier) mempunyai akurasi yg kurang Cairan Kristal Strip plastik ditempel pada dahi Mudah digunakan, tidak rusak, non toksik Akurasi dan ketepatan yang kurang Tipe “mother’s touch” lebih tepat dibanding model lainnya Inframerah Aurikula Kontak kulit Non kontak Waktu pengukuran yg sangat singkat (beberapa detik) Tidak ada standarisasi antar model menyebabkan kalibrasi yg tidak tepat, Pengukuran aurikula dapat memberikan hasil akurat ketika dilakukan oleh tenaga

beberapa model (aurikula) dapat sulit untuk dimasukkan, tipe kontak-kulit membutuhkan disinfeksi rutin atau hanya dikhususkan pada 1 pasien ahli

(Lubis I & Lubis C, 2011)

Rentang suhu tubuh normal bervariasi, tergantung metode apa yang digunakan.

Tabel 2.2: Rentang suhu normal

(Baxteret al., 2000)

Tabel 2.3: Teknik pengukuran suhu yang dianjurkan

Metode Pengukuran Rentang Suhu Normal

Rectum (Anus) Mulut (oral) Axila (ketiak) Telinga 36.6°C - 38°C (97.9°F - 100.4°F) 35.5°C - 37.5°C (95.9°F - 99.5°F) 34.7°C - 37.3°C (94.5°F - 99.1°F) 35.8°C - 38°C (96.4°F - 100.4°F)

(Baxteret al., 2000)

- Obat-obatan

Antipiretik hanya dapat diberikan apabila demam anak > 39,0oC, demam yang diikuti rasa tidak nyaman, atau demam pada anak yang memiliki riwayat kejang demam atau penyakit jantung (Schmitt,1984). Demam <39oC pada anak yang sebelumnya sehat pada umumnya tidak memerlukan p engobatan. Bila suhu naik >39oC, anak cenderung tidak nyaman dan pemberian obat -obatan penurun panas sering membuat anak merasa lebih baik (Kania,2010). Dosis pemberian antipiretik untuk anak juga perlu diperhatikan sesuai dengan berat badan dan umurnya (Schmit, 1984). Acetaminofen dan ibuprofen digunakan untuk menurunkan demam, petunjuk dosis dan frekuensi pemberian obat biasanya dicantumkan pada label setiap obat. Terus memberi obat setidaknya selama 24 jam, karena biasanya demam akan kembali terjadi (Ferry, 2010). Beberapa studi menunjukkan bahwa penggunaan acetaminophen dalam pengurangan demam lebih cepat, sementara ibuprofen Bayi–2 tahun 2 tahun–5 tahun > 5 tahun 1. Anus (Rectal) 2. Ketiak (Axila) 1. Anus (Rectal) 2. Telinga (Tympanic) 3. Ketiak (Axila) 1. Mulut (Oral) 2. Telinga (Tympanic) 3. Ketiak (Axila)

memiliki efek yang lebih lama (Graneto, 2013). Penggunaan aspirin sangat tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan terjadiny a sindrom Reye pada anak (Davis, 2012).

Acetaminophen (Parasetamol)

Di Indonesia Asetaminofen lebih dikenal dengan nama parasetamol dan tersedia sebagai obat bebas (Wilmana & Gan, 2007). Parasetamol adalah obat yang paling banyak digunakan sebagai analgesik dan antipiret ik (Farrell, 2012).

- Farmakodinamik

Efek analgesik parasetamol menghilangka n atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, juga menurunkan suhu tubuh yang diduga berdasarkan efek sentral.

- Farmakokinetik

Parasetamol diberikan secara peroral, penyerapa nnya dihubungkan dengan tingkat pengosongan lambung dan konsentrasi darah. Konsentrasi tertinggi di dalam pl asma biasanya tercapai dalam 30 sampai 60 menit (Katzung, 2002). Dalam plasma 25 % parasetamol terika t protein plasma. Diabsorbsi dengan sempurna melalui saluran cerna. Dimetabolisme oleh enzim mikrosomal hati. Diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjungasi. Parasetamo l memiliki waktu paruh plasma 1 sampai 3 jam (Wilmana & Gan, 2000).

- Efek samping

Dalam dosis terapetik bisa terjadi peningkatan enzim hati dan terkadang bisa terjadi tanpa adanya ikterus. Dengan menelan dosis 15 gram (250mg/kgBB) parasetamol bisa

fatal, kematian dapat terjadi karena hepatotoksisitas yang hebat dengan nekrosis lobules sentral (Katzung, 2000). - Sediaan dan dosis

Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang mengandung 120 mg/5 mL. selain itu terdapat juga sebagai sediaan kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan. Dosis yang dianjurkan pada anak < 1 tahun adalah 60 mg/kali. Untuk anak 1 sampai 6 tahun adalah 60 sampai 120 mg/kali. Pada keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari. Untuk an ak 6 sampai 12 tahun dosis yang diberikan adalah 150 sampai 300 mg/kali, dengan maksimum 1,2 g/hari (Wilmana & Gan, 2000). Ibuprofen

Ibuprofen merupakan obat pereda nyeri yang termasuk kedalam golongan obat analgesik anti -inflamasi non steroid (AINS) yang bisa ditemukan di banyak toko obat. Ibuprofen adalah derivate asam propionate. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat (Wilmana & Gan, 2000).

- Farmakodinamik

Ibuprofen digunakan untuk mengurangi nyeri ringan sampai sedang, demam, dan peradangan. Nyeri, demam, dan peradangan tersebut di hasilkan karena adanya senyawa kimia yang dikeluarkan oleh tubuh yang disebut prostaglandin. Ibuprofen menghambat siklooksigenase, yaitu enzim yang membentuk prostaglandin, sehingga jumlah prostaglandin di dalam tubuh akan menjadi rendah. Akibatnya, peradangan, nyeri dan demam berkurang (Ogbru, 2007).

- Farmakokinetik

Ibuprofen diabsorbsi cepat melalui lambung dan kadar maksimal dalam plasma dicapai setelah 1 sampai 2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Sembilan puluh persen ibuprofen terikat dalam protein plasma(Wilmana and Gan,2000). Metabolisme secara estensif via CYP2C8 dan CYP2C9 di dalam hati (Katzung, 2002). Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap, kira -kira 90 % dari dosis yang diabsorbsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau konjugatnya (Wilmana & Gan, 2000).

- Efek samping

Obat-obatan anti-inflamasi (termasuk ibuprofen) jarang dapat meningkatkan risiko untuk serangan jantung atau stroke. Iritasi gastrointestinal dan perdarahan bias terjadi, walaupun tidak sesering aspirin (Katzung, 2002). Efek lain yang jarang terjadi ialah, eritema kulit, sakit kepala, trombosipenia ,ambilopia toksik yang reversible (Wilmana & Gan, 2007).

- Dosis

Untuk nyeri ringan sampai sedang, kram menstruasi, dan demam, dosis lazim dewasa adalah 200 atau 400 mg setiap 4 sampai 6 jam. Anak-anak 6 bulan sampai 12 tahun biasanya diberikan 5 sampai 10 mg/kgBB ibuprofen setiap 6 sampai 8 jam untuk pengobatan demam dan rasa sakit . Dosis maksimum adalah 40 mg / kg sehari. Tidak harus menggunakan ibuprofen selama lebih dari 10 hari untuk pengobatan nyeri atau lebih dari 3 hari untuk pengobatan demam kecuali, diarahkan oleh dokter (Ogbru, 2007).

- Penggunaan pakaian dan kompres y ang tepat

Di dalam ruangan, anak- anak tidak boleh memakai pakaian yang berlebihan tebalnya, bahkan ketika musim dingin. Berpakaian terlalu tebal akan sulit mengeluarkan panas melaui proses evaporasi (penguapan), radiasi, konduksi dan konveksi. Solusi yang paling praktis adalah dengan memakaikan anak pakaian satu lapis, lalu selimuti anak dengan selembar selimut tipis (Ferry, 2010). Kompres air hangat akan membantu mengurangi demam (Dalal &Zhukovsky, 2006).

Gunakan kain basah atau spons yang hangat untuk m embasahi kulit tubuh, lengan, dan kaki, tapi jangan menutupi anak dengan handuk basah karena akan mencegah penguapan panas (Ferry, 2010). Pemberian kompres hangat dilakukan apabila suhu diatas 38,5oC dan telah mengkonsumsi antipiretik setengah jam sebelum nya (Newman,1985). Menurut penelitian Setiawati, (2008) dalam Maling et al, (2012) rata-rata penurunan suhu tubuh pada anak hipertermia yang mendapatkan terapi antipiretik ditambah pengompresan air hangat sebesar 0,53oC dalam waktu 30 menit. Sedangkan yang mendapat terapi pengompresan air hangat saja rata -rata penurunan suhu tubuhnya sebesar 0,97oC dalam waktu 60 menit. Suhu air untuk mengompres antara 30-35oC (Maling et al., 2012). Sebelum tahun 1950, pengompresan dengan isopropil alkohol dan etil alkohol sering dilakukan akan tetapi, hal tersebut tidak dianjurkan lagi setelah jelas bahwa anak-anak bisa menghirup uap alkohol selama pengompresan, dan hal ini akan menimbulkan hipoglike mia, koma, bahkan kematian. Keracunan alkohol juga bisa terjadi pada orang dewasa yang di kompres dengan alkohol (Axelrod, 2000).

b. Mencegah dehidrasi

Tubuh manusia akan kehilangan banyak air melalui kulit dan paru -paru saat demam. Dorong anak untuk minum cairan yang bening tanpa kafein dan tidak mengandung glukosa ataupun elektrolit. Cairan

bening lainnya yang boleh diberikan adalah sup ayam dan minuman rehidrasi lain yang tersedia di toko maupun apotek. Teh sebaiknya tidak diberikan karena, teh merupakan produk yang mengandung kafein yang akan meningkatkan kehilangan cairan pada anak melalui buang air kecil dan memperberat dehidrasi. Jika terhidrasi dengan baik maka, anak akan buang air kecil empat jam sekali dengan urin bewarna terang (Ferry, 2010).

c. Memantau penyakit yang serius ataupun mengancam jiwa

Memantau anak akan adanya tanda -tanda penyakit serius ataupun yang mengancam jiwa. Strategi yang baik adalah dengan mengurangi suhu anak dibawah 39,0oC. Selain itu, pastikan cairan anak tercukupi dengan meminum banyak air. Jika kedua kondisi ini terpenuhi dan anak masih tampak sakit, mungkin ada masalah yang serius (Ferry, 2010).

 Perawatan Medis

Diperlukan perawatan demam secara langsung oleh dokter apabila penderita dengan:

- usia < 3 bulan dengan suhu re ctal≥ 38,0oC. - usia 3 sampai 12 bulan dengan suhu≥ 39,0oC.

- usia < 2 bulan dengan demam yang berlangsung > 24 sampai 48 jam.

- demam dengan suhu > 40,5oC, kecuali mudah turun dengan pengobatan dan orang tersebut merasa nyaman.

- mengalami demam yang naik turun selama seminggu atau lebih, bahkan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi.

- memiliki penyakit serius, seperti masalah jantung, sickle cell anemia, diabetes, ataucystic fibrosis.

- demam dengan suhu yang tidak turun selama 48 sampai 72 jam (Kaneshiro & Zieve, 2010).

 Seorang dokter mungkin saja tidak memberitahu penyebab pasti terjadinya demam. Ada beberapa tindakan yang dilakukan oleh dokter ketika anak dengan demam dibawa oleh keluarganya untuk berobat.

a. Pada infeksi virus dokter tidak akan memberikan antibiotik karena, pemberian antibiotik tidak akan bermanfaat dan justru akan menyebabkan terjadinya reaksi obat yang akhirnya menimbulkan masalah yang baru.

b. Antibiotik diberikan pada infeksi bakteri.

c. Anak yang memiliki penyakit serius sepe rti meningitis bakteri biasanya akan dirawat di rumah sakit.

d. Acetaminophen dan ibuprofen adalah obat yang biasanya digunakan dokter untuk menurunkan demam.

e. Pemberian cairan oral ataupun intravena dapat dilakukan untuk mengatasi dehidrasi.

f. Jika kondisi anak sudah mulai membaik setelah mengurangi demam, mengatasi dehidrasi, dan memastikan tidak ada infeksi bakteri yang serius, umumnya dokter akan menganjurkan perawatan dirumah dan pemantauan lebih lanjut (Ferry, 2010).

2.1.9 Pencegahan Demam

Pencegahan berbagai macam penyakit penyebab demam dimulai dari kebersihan pribadi dan rumah tangga. Tindakan -tindakan dibawah ini dapat mencegah terjadinya penyebaran bakteri dan virus, yaitu:

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir 2. Menutup mulut dan hidung saat bersin.

3. Menyentuh makanan dengan tangan yang bersih.

4. Mengimunisasi anak dengan benar sesuai jadwal imunisasi.

5. Memakan makanan yang sehat, termasuk buah -buahan dan sayuran. 6. Tidur yang cukup (Ferry, 2010)

2.2. Pengetahuan

Dokumen terkait