• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN TEMPOROMANDIBULA DISORDER

Penatalaksanaan temporomandibula disorder sebaiknya dilakukan dengan seefisien mungkin. Terdapat dua jenis penatalaksanaan temporomandibula disorder akibat whiplash injury, yaitu teknik tanpa pembedahan yang mencakup teknik fisioterapi dan farmakoterapi, serta teknik dengan pembedahan.

Berdasarkan literatur dan sejumlah penelitian, temporomandibula disorder

akibatwhiplash injurymemiliki manifestasi klinis berupa rasa nyeri. Rasa nyeri akan muncul setelah 6 bulan hingga 1 tahun pasca terjadinya injuri, sehingga perawatannya lebih difokuskan untuk penanganan ringan saja (tanpa pembedahan). Berikut ini merupakan beberapa langkah manajemen klinis dalam penanganan terapi diantaranya adalah :7,9,17,21,24,31

a. Anamnesa. Sebelum memulai terapi sebaiknya lakukan terlebih dahulu identifikasi terhadap faktor etiologi trauma dengan menanyakan riwayat terjadinya trauma kepada pasien.

b. Diagnosa.Hal ini mencakup pengobatan fisik, emosional dan faktor psikologis pasien. Lakukan evaluasi berkelanjutan terhadap pasien mengenai apa yang menjadi keluhan utama, sejarah maupun riwayat penyakit yang berhubungan dengan trauma, sertadiagnostic imaging, seperti pencitraan tomografi,CT scandanMRI.7,15,23

c. Terapi. Selanjutnya dapat dilakukan manajemen terapi untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan semua keluhan yang diakibatkan oleh whiplash injuryseperti;

d. Edukasi pasien. Berikan penyuluhan kepada pasien untuk mengontrol kondisi psikologisnya, misalnya dengan menghindari stres. Sebab sebagian besar dari pasien

whiplash injury akan mengalami trauma yang secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi kondisi psikososial pasien.

4.1 Fisioterapi

Sejumlah penelitian terbaru menyatakan bahwa hampir sembilan puluh sembilan persen kasus trauma temporomandibula akibat whiplash injury

menimbulkan keluhan utama berupa rasa nyeri terhadap pasien.16 Pasien yang mengalamiwhiplash injuryakan mengeluhkan rasa nyeri dan tidak nyaman pada area disekitar temporal dan mandibula. Berikut ini merupakan beberapa langkah untuk menangani kasustemporomandibula disorderakibatwhiplash injury3,4,5,7,21,24,26:

1. Pasien yang mengalami whiplash injury cenderung memiliki postur tubuh yang bungkuk. Lakukan pengkoreksian postur tubuh pasien yaitu dengan mensejajarkan tulang belakang dengan tulang kranium membentuk garis lurus.

Gambar 5. (a).Posisi salah (b) Posisi Benar. (Nadler SF, Malanga GA. Whiplash injury:a

continuing dilemma in the 21st century. In whiplash.Nadler SF,Malanga GA Eds. Whiplash. Philadelphia: HanleyBelfus INC, 2002 : 225)

2. Lakukan perhitungan dengan mengunakan goniometer untuk membandingkan kesimetrisan pada posisi fleksi, ekstensi, miring ke samping dan saat rotasi. Keterangan : juga dapat digunakan alat sederhana sebagai pengukuran kesimetrisan posisi leher, misalnya dengan menggunakan penggaris.

Gambar 6. (a)Posisi fleksi (b)Posisi ekstensi (c)Miring ke samping (d) Rotasi. (Nadler SF, Malanga GA. Whiplash injury:a continuing dilemma in the 21st century in whiplash.Nadler SF,Malanga GA Eds. Whiplash. Philadelphia: HanleyBelfus INC, 2002 : 226)

3. Lakukan palpasi pada daerah sekitar otot sternokleidomastoid.Palpasi pada daerah disekitar otot sternokleidomastoid ini berfungsi untuk mengidentifikasi letak sumber rasa nyeri pada leher, khususnya akibatwhiplash injury.

Gambar 7. Palpasi di sekitar otot sternokleidomastoid. (Nadler SF, Malanga GA. Whiplash injury:a continuing dilemma in the 21st century in whiplash.Nadler SF,Malanga GA Eds. Whiplash. Philadelphia: HanleyBelfus INC, 2002. 228)

Otot sternokleidomastoid dilaporkan sebagai otot yang paling rentan mendapat trauma akibat whiplash injury.3Kemudian hentikan evaluasi palpasi jika :

a. Etiologi atau sumber utama nyeri memang berasal dari otot sternokleidomastoid.

b. Rasa nyeri tidak hanya pada otot sternokleidomastoid tetapi juga telah melingkupi gangguan pada sendi temporomandibulanya (TMJ).

Apabila sumber nyeri belum juga ditemukan, maka lakukan palpasi berikutnya pada area yang dirasakan tidak nyaman oleh pasien. Sehingga akan ada sedikit perubahan dan rencana perawatan dalam melakukan terapi. Sebuah teknik palpasi yang baik dapat menemukan areatrigger pointatau titik kekakuan otot.

Berikut ini akan diberikan peta panduan palpasi untuk menentukan titik kekakuan otot secara lengkap. Regio dengan arsiran yang lebih terang hanya dilakukan palpasi dengan sedikit tekanan saja, sedangkan bagian yang gelap dilakukan palpasi dengan tekanan lebih kuat.

Gambar 8. Peta distribusi palpasi kranial. (Wright A Edward. Manual of temporomandibular disorder. USA : Blackwell Munksgard. 2005)

4. Latihan untuk merenggangkan otot rahang dengan membuka dan menutup mulut sebanyak sepuluh kali. Letakkan jari telunjuk pada pertengahan gigi atas dan bawah selama 30 - 60 detik dan terus pertahankan posisinya (gambar 1). Kemudian apabila gejala masih tidak berkurang lakukan penambahan menjadi dua jari (gambar 2) bahkan tiga jari (gambar 3) dan pertahankan posisi tersebut selama 30 - 60 detik.

Gambar 9. (1) Masukkan satu jari (2) Dua jari (3) Tiga jari. (Wright A Edward.

Manual of temporomandibular disorder. USA : Blackwell Munksgard. 2005:298) 5. Usahakan latihan chin tucks, yaitu letakkan dagu diatas tulang sternum, sehingga telinga dan bahu membentuk sebuah garis lurus. Lakukan sepuluh kali dalam satu jam selama 5 detik.

Gambar 10. Latihan chin tucks (Wright A Edward. Manual of temporomandibular disorder. USA : Blackwell Munksgard. 2005:301)

6. Chest stretch, yaitu pasien berdiri pada suatu ruang terbuka ataupun di sudut ruangan. Tangan digerakkan maju, kira-kira didepan dada hingga menyentuh dinding, kemudian dorong ke arah atas. Lakukan rutin setiap tiga kali sehari dengan dua kali pengulangan, selama 15 detik.

Gambar 11. Latihan Chest stretch. (Wright A Edward. Manual of temporomandibular disorder. USA : Blackwell Munksgard. 2005:301)

7. On-your-back chest stretch, yaitu punggung berada di lantai (tempat yang datar) dengan tangan memegang kepala bagian belakang. Tarik punggung secara perlahan kearah atas hingga siku menyentuh wajah depan. Tarik napas perlahan saat siku mulai menyentuh lantai. Lakukan latihan ini sebelum pasien merasa lelah, kira-kira sebanyak sepuluh kali pengulangan.

Gambar 12. Latihan On-your-back Chest stretch. (Wright A Edward. Manual of temporomandibular disorder. USA : Blackwell Munksgard. 2005:302)

8. Face-down arm lifts, yaitu posisi seperi gambar 1 (letakkan siku pada posisi 900 terhadap bahu), sedangkan gambar 2 (letakkan siku pada posisi 900 terhadap telinga). Naikkan siku ke kepala dan dada berada dilantai, dengan badan didorong ke atas secara berulang, lakukan sekali sehari setiap 5 hari dalam seminggu.

Gambar 13. Latihan Face-down arm lifts. (Wright A Edward. Manual of temporomandibular disorder. USA : Blackwell Munksgard. 2005:302)

4.2 Farmakoterapi

Selain terapi fisik, teknik medikamentasi juga dapat digunakan untuk menunjang pengurangan rasa nyeri akibat whiplash injury. Berikut ini akan dijelaskan beberapa obat-obatan yang digunakan, diantaranya adalah4,5,7,21:

1. Analgesik.

Analgesik sering digunakan untuk penanganan temporomandibula disorder guna mengurangi rasa nyeri. Biasanya digunakan aspirin, parasetamol dan kodein.

Biasanya digunakan untuk penanganan gangguan muskuloskeletal seperti gangguan nyeri dan osteoartritis. Misalnya pengunaan ibuprofen sebanyak 400 mg, tiga kali sehari setelah makan.

3. Trisiklik anti depresan.

Berfungsi untuk merelaksasi otot dan mengurangi rasa nyeri yang timbul. Misalnya penggunaan dothiepin hydrochloride sebanyak 25-50 mg setiap malam,30 menit sebelum tidur.

4. Sedatif.

Penggunaan sedatif dalam pengobatan temporomandibula disorder pada saat ini masih menjadi kontroversial. Fungsi sedatif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien.

5. Suplemen dan mineral, seperti mengkonsumsi vitamin B kompleks.

Berfungsi untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh pasien dan menambah asupan vitamin dan mineral tubuh.

4.3 Pembedahan

Beberapa referensi menyatakan bahwa temporomandibula disorder akibat

whiplash injury tidak perlu dilakukan pembedahan.7,21,24 Teknik pembedahan merupakan tindakan akhir yang dilakukan setelah melalui tahap investigasi pra pembedahan dan dilakukan jika teknik fisioterapi dan farmakoterapi tidak berhasil dilakukan pada pasien.

American Association of Oral and Maxillofascial menyatakan bahwa intervensi pembedahan harus dilakukan berdasarkan pada kriteria berikut 7:

1. Adanya gangguan anatomis dan fungsional disekitar temporomandibula yang merupakan sumber utama penyebab rasa sakit dan nyeri. Contoh : adanya neoplasma yang mengarah pada keganasan disekitar area temporomandibula.

2. Rasa sakit dan nyeri tersebut dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup bagi pasien.

3. Gangguan mental, psikologis dan konflik emosional pasien yang tidak terkontrol sehingga dapat mengganggu kelancaran terapi tanpa pembedahan.

Selain itu,American Association of Oral and Maxillofascial juga menyatakan bahwa temporomandibula disorder akibat whiplash injury bukanlah sebuah kasus utama yang harus ditanggulangi segera, tetapi tanggulangilah masalah gangguan pada

cervical spineterlebih dahulu.7,21,24Sebab gangguan terhadap area temporomandibula merupakan manifestasi klinis akibat whiplash injury yang keluhannya akan muncul setelah 6 bulan sampai 1 tahun kedepan setelah terjadinya kecelakaan. Sehingga tidak perlu dilakukan pembedahan dan dikategorikan sebagai kasus ringan yang mana penanganannya hanya sebatas pengembalian rasa nyaman terhadap pasien melalui teknik fisioterapi dan farmakoterapi.17,19,25,31

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait