• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencapaian Academic Help-Seeking Mahasiswa

Dalam dokumen D MTK 1103917 Chapter4 (Halaman 140-146)

Subtotal 26 0,788 0,000 Tolak 25 0,949 0,242 Terima

B. Pembahasan dan Temuan Penelitian

4. Pencapaian Academic Help-Seeking Mahasiswa

a. Pencapaian AHS Mahasiswa pada Setiap Level Kelas dan Keseluruhan

Berdasarkan data Tabel 4.32 bahwa secara deskriptif rata-rata pencapaian AHS statistis mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT pada LKA lebih besar daripada yang memperoleh PK. Rata-rata pencapaian AHS mahasiswa yang

memperoleh PBP berbantuan ICT pada LKB lebih besar daripada yang memperoleh PK. Secara keseluruhan, rata-rata pencapaian AHS statistis mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT lebih tinggi daripada yang memperoleh PK. Rata-rata pencapaian AHS mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT dan PK pada setiap level kelas dan keseluruhan berada dalam interval (55% ≤ skor < 90%) dari SMI 100 atau dalam kategori cukup.

Tingginya nilai rata-rata pencapaian AHS mahasiswa menunjukkan bahwa kontribusi penerapan PBP berbantuan ICT menghasilkan pencapaian AHS yang lebih tinggi, dibandingkan dengan yang memperoleh PK. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pencapaian AHS statistis mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT secara signifikan lebih tinggi daripada yang memperoleh PK pada setiap level kelas dan keseluruhan.

Penerapan PBP berbantuan ICT dalam penelitian ini setiap kelompok mahasiswa diperhadapkan dengan proyek masalah yang cukup sulit untuk dibahas secara kolaboratif dan setiap kelompok berusaha menghasilkan laporan portofolio untuk kemudian dipertanggungjawabkan dalam diskusi kelas. Guna menghasilkan produk nyata tersebut setiap kelompok mahasiswa yang terdiri atas 5-6 orang dengan kemampuan awal statistis yang heterogen melakukan curah pendapat (brainstorming) sehingga terciptanya interaksi antara mahasiswa. Interaksi tersebut menciptakan aktivitas saling sharing pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan keterampilan untuk mencapai tujuan bersama menghasilkan pengetahuan baru. Aktivitas mahasiswa dalam interaksi kelompok kolaboratif tersebut sesuai yang dijelaskan Thomas (2000) bahwa karakteristik pembelajaran berbasis proyek mengantarkan mahasiswa untuk berdiskusi melakukan kolaborasi pengetahuannya, baik antar mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, maupun dengan media atau sumber lain yang relevan guna mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

Aktivitas mahasiswa tersebut menurut Ryan & Pintrich (1997) merupakan suatu tindakan mencari bantuan akademik, karena menggunakan orang lain sebagai sumber untuk mengatasi ketidakjelasan dan kesulitan dalam proses belajarnya. Percakapan dan kerjasama antar individu mahasiswa dalam interaksi

dengan orang lain menurut Vygotsky merupakan proses fungsi mental mencapai level berpikir yang lebih tinggi melalui scaffolding dari orang lain yang lebih mampu (Trianto, 2011). Selanjutnya, menurut Prabawanto (2013) bahwa keberhasilan untuk memperoleh level pengetahuan yang lebih tinggi sering kali ditentukan oleh interaksi dengan teman sebaya yang lebih tinggi level pengetahuannya.

Secara keseluruhan, mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT melakukan aktivitas AHS dalam pembelajaran pengantar statistika. Aktivitas AHS mahasiswa LKB lebih tinggi daripada mahasiswa LKA. Penerapan PBP berbantuan ICT dapat mendorong menciptakan aktivitas AHS mahasiswa dalam menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan belajarnya. Penjelasan tersebut sesuai uraian (Tabel 4.62) bahwa aktivitas AHS mahasiswa LKA mencapai 73,6% dan mahasiswa LKB mencapai 73,7% serta secara keseluruhan aktivitas AHS mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT sebesar 73,5% dalam kualifikasi baik.

Aktivitas academic help-seeking mahasiswa dalam interaksi kelompok menunjukkan bahwa penerapan PBP berbantuan ICT telah berfungsi dengan baik dalam menciptakan academic help-seeking mahasiswa untuk berusaha mendapatkan solusi mengatasi masalah yang dihadapinya. Hal ini sesuai yang dikemukakan Butler dan Newman (1995) bahwa melalui aktivitas kolaborasi, setiap mahasiswa akan mengalami kesenjangan antara masalah yang dihadapi dengan kemampuannya. Mengatasi kesenjangan tersebut diperlukan bantuan orang lain. Bantuan orang lain untuk mengatasi penguasaan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa berhubungan positif dengan mencari bantuan akademik. Nelson- LeGall dan Resnick (1998) bahwa mencari bantuan berpotensi mengatasi kesulitan akademis secara langsung dan memberikan kontribusi perolehan keterampilan serta pengetahuan yang dapat digunakan dalam belajar atau situasi berikutnya. Fenomena ini menggambarkan bahwa penerapan PBP berbantuan ICT berdampak secara positif dalam menciptakan perilaku academic help-seeking mahasiswa dalam pembelajaran pengantar statistika.

Dampak tersebut sesuai hasil analisis effect size (Tabel 4.53) bahwa besar kontribusi PBP berbantuan ICT terhadap pencapaian academic help-seeking statistis mahasiswa pada setiap level kelas dan keseluruhan dalam kualifikasi tinggi. Effect size PBP berbantuan ICT terhadap pencapaian academic help- seeking statistis mahasiswa pada level kelas bawah lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian academic help-seeking mahasiswa pada level kelas atas. Temuan ini relevan dengan yang dikemukakan Taplin, et al (2001) bahwa mencari bantuan akademik (academic help-seeking) merupakan strategi yang baik dan bersifat positif untuk kemajuan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PBP berbantuan ICT dapat digunakan untuk menciptakan aktivitas academic help-seeking mahasiswa dalam berusaha menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang dialaminya dalam mempelajari pengantar statistika.

b. Pencapaian Academic Help-Seeking Mahasiswa menurut KAS

Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.32 menunjukkan bahwa rata-rata pencapaian AHS mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT pada LKA, LKB, dan keseluruhan kategori KAS (tinggi, sedang, rendah) lebih besar daripada yang memperoleh PK. Secara keseluruhan, pencapaian AHS mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT dan PK ditinjau berdasarkan KAS (tinggi, sedang, rendah) berada pada interval (55% ≤ skor < 90%) dalam kategori cukup. Sementara itu, koefisien variansi pencapaian AHS mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT pada LKA kategori KAS (tinggi, sedang) lebih rendah, dan kategori KAS rendah lebih tinggi dibandingkan yang memperoleh PK. Koefisien variasi mahasiswa LKB kategori KAS tinggi yang memperoleh PBP berbantuan ICT lebih rendah, dan kategori KAS (sedang, rendah) lebih tinggi dibandingkan yang memperoleh PK. Secara keseluruhan, koefisien variasi pencapaian AHS mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT kategori KAS (tinggi, sedang) lebih rendah, dan KAS rendah lebih tinggi daripada yang memperoleh PK. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas AHS mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT lebih inten dibandingkan yang memperoleh PK. Dengan kata lain,

penerapan PBP berbantuan ICT berdampak positif dalam menciptakan intensitas aktivitas AHS mahasiswa ditinjau dari kategori KAS (tinggi dan sedang).

Hasil uji statistik pada Tabel 4.33 menunjukkan bahwa rata-rata pencapaian AHS mahasiswa antara yang memperoleh PBP berbantuan ICT secara signifikan lebih tinggi daripada yang memperoleh PK pada setiap level kelas kategori KAS (tinggi dan sedang) dan keseluruhan kategori KAS (tinggi, sedang, rendah). Sebaliknya, rata-rata pencapaian AHS mahasiswa antara kedua pembelajaran tersebut pada setiap level kelas kategori KAS rendah secara signifikan adalah sama.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pencapaian AHS mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT secara signifikan lebih tinggi daripada yang memperoleh PK pada setiap level kelas dan keseluruhan kategori KAS (tinggi dan sedang), sedangkan pada kategori KAS rendah pencapaian AHS antara mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT dan yang memperoleh PK adalah sama. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan PBP berbantuan ICT lebih tepat untuk menghasilkan terciptanya aktivitas AHS mahasiswa pada mahasiswa dengan KAS tinggi dan KAS sedang, dibandingkan dengan KAS rendah. Hasil penelitian ini relevan dengan penjelasan Marchand dan Skinner (2007) bahwa dukungan guru dalam menciptakan lingkungan kelas yang ditandai dengan kehangatan atau keharmonisan kelas meningkatkan tingkat mencari bantuan siswa dari waktu ke waktu. Menurut Simon (2010) bahwa kompetensi dan motivasi akademik, dukungan guru, rasa memiliki sekolah dan manfaat dari mencari bantuan merupakan variabel pendukung mencari bantuan.

Penciptaan lingkungan kelas PBP berbantuan ICT, berdasarkan rata-rata persentasi pilihan setiap indikator skala AHS (Tabel 4.56) bahwa dari 52 mahasiswa terdapat: (1) 86,3% mahasiswa mencari bantuan akademik yang bersifat adaptif dan 13,7% mahasiswa tidak mencari bantuan akademik yang bersifat adaptif; (2) 55,5% mahasiswa mencari bantuan akademik yang bersifat eksekutuf dan 44,5% tidak mencari bantuan akademik yang bersifat eksekutif; dan (3) 83,5% mahasiswa merasakan manfaat mencari bantuan akademik dan 16,5% belum merasakan manfaat dari bantuan akademik. Selanjutnya, hasil penelitian

Tabel 4.52 bahwa besar dampak penerapan PBP berbantuan ICT terhadap pencapaian AHS mahasiswa pada setiap level kelas dan keseluruhan dalam kualifikasi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa PBP berbantuan ICT mendorong terciptanya perilaku academic help-seeking sehingga sebagian besar mahasiswa melakukan aktivitas mencari bantuan akademik, meskipun masih terdapat mahasiswa yang menolak mencari bantuan akademik.

Temuan ini juga didukung dengan hasil wawancara kepada 10 mahasiswa bahwa dalam perkuliahan pengantar statistika terdapat 9 (sembilan) mahasiswa yang mengatakan sebagian besar belajar dengan teman, 1 (satu) mahasiswa sebagian besar belajar sendiri, dan 6 (enam) mahasiswa juga bertanya kepada instruktur. Alasan mahasiswa belajar dengan teman untuk memperoleh pemahaman, lebih bebas bertanya dan mendapatkan masukan, adanya saling tukar pendapat, memperjelas memahami masalah, memperkuat pemahaman dan mengukur kemampuan sendiri. Alasan mahasiswa belajar sendiri karena merasa masih mampu dan lebih fokus berkonsentrasi. Selain itu, dalam belajar mahasiswa juga bertanya kepada instruktur saat ada kesulitan dan bertujuan untuk memperkuat pemahaman yang dimilikinya. Sebaliknya, mahasiswa yang tidak bertanya kepada instruktur karena merasa minder dan takut salah. Secara keseluruhan, mahasiswa merasa bahwa cara belajar yang dilakukannya dapat mempengaruhi pemahaman, memperoleh informasi positif dan pengetahuan baru, serta meningkatkan motivasi belajar.

Perilaku AHS mahasiswa yang memperoleh PBP berbantuan ICT sejalan dengan penjelasan Taplin, et al (2001) bahwa mencari bantuan akademik merupakan strategi yang baik dan bersifat positif untuk kemajuan belajar. Hasil wawancara dengan siswa bahwa mencari bantuan adalah cara yang baik untuk belajar, namun terdapat beberapa faktor yang menghambat mereka dalam mencari bantuan, diantaranya; adanya rasa malu jika selalu meminta bantuan, karena kesibukan orang yang memberi bantuan, kesulitan melakukan komunikasi dan menemukan pemberi bantuan dengan pengetahuan yang diperlukan.

Hasil wawancara juga mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kesulitan mahasiswa belajar pengantar statistika, yaitu: memahami konsep statistika,

memahami dan menginterpretasi makna pertanyaan-pertanyaan proyek masalah. Menurut mahasiswa bahwa, kesulitan itu disebabkan oleh kurangnya buku sumber, waktu yang terbatas, kurang membaca, waktu kuliah yang kurang tepat, dan banyaknya tugas mata kuliah lain. Mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut mahasiswa berusaha memperoleh buku sumber, bertanya kepada teman dan instruktur. Menurut mahasiswa bahwa, meminta bantuan merupakan perilaku yang positif dan cara yang baik selama tidak merugikan orang lain.

Dampak PBP berbantuan ICT terhadap perilaku AHS mahasiswa tersebut didukung oleh teori Piaget bahwa proses pengetahuan merupakan perkembangan struktur mental atau kognitif yang dengannya mahasiswa secara intelektual beradaptasi dan berkoordinasi dengan lingkungan sekitarnya (Suparno, 1997).

5. Pengaruh Interaksi antara Faktor Pembelajaran dan KAS terhadap

Dalam dokumen D MTK 1103917 Chapter4 (Halaman 140-146)