HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Badan Penanggulangan Bencana Aceh
G. Pencapaian Penanggulangan Bencana
Kondisi geografis, geologi, hidrologis, dan demografis wilayah Aceh memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana. Kondisi alam yang kompleks telah menjadikan Aceh sebagai salah satu daerah berpotensi
tinggi terhadap ancaman bencana, khususnya bencana alam dan non alam.25.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan Qanun Aceh Nomor 12 Tahun 2013 tentang RPJMA Tahun 2012-2017, menempatkan prioritas peningkatan kualitas lingkungan dan kebencanaan dan menjadi dasar dalam merumuskan RENJA sebagai wujud komitmen guna mendukung tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan Aceh yang terkait dengan penanggulangan bencana. Di dalamnya termuat indikator kinerja (Performance Indicator). Sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran tingkat keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan
penanggulangan bencana setiap tahun anggaran berjalan26.
1. Terbentuk BPBA
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Sebagai salah satu sebab lahirnya lembaga bencana nasional. Ini diakibatkan oleh terjadinya tragedi tsunami aceh. Pada waktu itu, tidak ada
25
Hasil Data Dokumentasi Profil Badan Penanggulangan Bencana Aceh, dari Bidang Pusat Data dan Informasi, Tahun 2013, hal. 2
26
Hasil Data Dokumentasi Profil Badan Penanggulangan Bencana Aceh, dari Bidang Pusat Data dan Informasi, Tahun 2013, hal.21
badan yang menanggulangi secara khusus. Tapi hanya dalam bentuk Satuan Ganas (Satgas ) yang berada di bawah kendali Pemerintah pusat dan di tingkat daerah diatur oleh Satkorlak. Dalam UU 24 2007 semua tingkatan pemerintahan harus membentuk sebuah lembaga khusus yang menanggani kebencanaan, inisiasi inilah terbentuknya Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA).
Perangkat pelaksanaan tugas BPBA adalah mencapai misi dan visi peraturan gubernur di bidang penanggulangan bencana. Yaitu, dengan mensikapi segala program prioritas gubernur dalam jangka 5 tahun kedepan. melalui Pengurangan resiko bencana (PRB) dimana, Kondisi awal level bencana aceh berada pada level 160. Dalam 5 tahun kedepan diharapkan turun sampail level 130 berada di lini menengah (kuning). pada saat ini berada di lini merah, Untuk mencapai pada level menengah pemerintah harus bersikap
respon pada saat terjadi bencana27.
2. PRB Program Prioritas Gubernur
Dengan adanya PRB, bencana bisa di cegah melalui konsep kesiapsiagaan inilah program unggulan Pemerintah Aceh yang dilaksanakan oleh BPBA. Diketahui masa bencana terbagi 3 yaitu pra, pasca, dan pemulihan (setelah bencana). Antisipasi bencana kedepanya, diharapkan harus direspon sebelum terjadinya bencana. Dengan tujuan agar masyarakat yang tinggal pada wilayah rentan resiko bencana. Mereka bisa melakukan evakuasi secara
27
Hasil Wawancara dengan Bapak Lukfandi, (kepala Sekretariat), pada tanggal 27 Juli 2018, di Kantor BPBA
mandiri menyelamatkan jiwa dan harta benda. Mengurangi resiko bencana
dapat dilakukan bermacam cara melalui penguatan sarana dan prasarana28.
PRB Aceh ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJM Aceh) yang memuat penyelenggaraan penanggulangan bencana. mempunyai maksud sebagai berikut. (1), Landasan untuk upaya penanggulangan bencana di Aceh, (2) Pedoman bagi institusi terkait dalam pelaksanaan upaya penanggulangan bencana di Aceh, dan (3) Dasar perencanaan pengembangan penanggulangan
bencana di Aceh29.
Upaya yang dilakukan adalah dengan menyampaikan infrormasi kepada masyarakat, memberi pengetahuan agar masyarakat yang tinggal di daerah rawan dapat memahami langkah antisipasi, dilanjutkan dengan simulasi dan pelatihan. serta adanya jalur evakuasi Untuk meningkatkan kemampuan mandiri ketika terjadi bencana.
3. Kesiapsiagaan Konsep Unggulan Pemerintah Aceh
Kesiapsiagaan sangat andalkan sebagai suatu respon, aktif, dan preventif sebelum terjadi bencana dan lebih diutamakan. untuk menanggulanagi bencana, terbagi dalam 3 Fase bencana yag tersusun dalam RPB (Rencana Penanggulangan Bencna) berfungsi untuk mengakomodir segala kebutuhan penanganan bencana di lapangan. setiap 5 tahun sekali RPB
28
Hasil Wawancara dengan Bapak Lukfandi, (kepala Sekretariat), pada tanggal 27 Juli 2018, di Kantor BPBA
29
Hasil Data Dokumentasi Dokumen RPB 2012-2017, dari Bidang Pusat Data dan Informasi, Tahun 2011, hal. 2
di evalusi dalam rangka penguatan penanganan di lapangan. RPB telah diatur oleh Peraturan Gubernur (Pergub) disebutkan bahwa setiap instansi Pemerintah
terdapat porsi masing-masing dalam pembangunan daerah30.
Salah satu mitigasi bencana yang dapat melibatkan semua kalangan adalah mitigasi non struktural. bisa di ikuti oleh masyarakat dan siapa saja tanpa hadirnya bantuan pemerintah. kegiatanya seperti membersihkan selokan dan sungai ini termasuk gotong royong yang harus dihidupkan menjadi kebiasaan dulunya. Di dukung bakti sosial, even-even, dan kegiatan tahunan.
Berbeda dengan Mitigasi struktural ini tidak bisa dilakukan oleh masyarakat karna terhalang oleh anggaran yang banyak. Kegiatanya meningkatkan prasarana dan sarana. Struktrual ini biasanya harus ada intervensi dari pemerintah. Masyarakat harus diberi pemahaman sebab terjadi bencana karna faktor apa. contonhnya banjir karna ulah manusia sendiri karna buang samah sembarangan. Disini masyarakat harus bisa memilah mana yang bisa diintervensi pemerintah dan yang dapat dilakukan tanpa bantuan
pemerintah.31
4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pasca Bencana
Tahap awal dalam penanggulanagn bencana, BPBA melakukan pelayanan responsif. Pada masa kedaruratan meliputi masyarakat harus terselamatkan, terlayani kebutuhan dasar, dan langkah pemulihan. Secara
30
Hasil Wawancara dengan Bapak Ihwan Zulmi, (Bidang Pusat Data dan Informas), pada tanggal 25 Juli 2018, di Kantor BPBA
31
Hasil Wawancara dengan Bapak Lukfandi, (kepala Sekretariat), pada tanggal 27 Juli 2018, di Kantor BPBA
kriteria upaya yang dilakukan berhasil, karna telah mampu mengevakuasi ketika terjadi bencana. Langkah penanggulangan lebih baik dimulai sebelum bencana, berikut pemaparan kepala sekretariat.
“Lebih baiknya, langkah pemberdayaan dilakukan masa pra bencana agar masyarakat dapat mengerti dan terstimulasi terlebih dahulu sebelum terjadinya bencana. Sehingga dapat meminimalisir resiko walaupun bencana
tidak bisa di bendung”32.
Tidak itu saja, BPBA juga melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui langkah pemulihan dengan bekerjasama dengan pemerintah pusat. Ketika berhasil mengantisipasi bencana dengan adanya penangganan dan pemberian bantuan. Ini didasari oleh kebutuhan masyarakat pasca bencana karena kehilangan mata pencaharian, Inilah program-program pemberdayaan masyarakat melaui langkah revitalisasi lahan, pemberian modal dan pengadaan lahan. Itu merupakan mata pencaharian yang tidak dapat
digantikan karna berkaitan dengan profesi33.
Kepala sekretariat memaparkan, Sekarang ini BPBA beserta tim sedang menyusun sebuah Qanun Pendidikan kebencanaan di aceh. Pembentukan gagasan ini berdasarkan tragedi gempa yang terjadi di pidie jaya tahun lalu. Beranggapan kurangnya langkah antisipasi setelah terjadi bencana, lebih baik membuat suatu kebijakan yang dapat menambah penngetahuan antisipasi. Dari gagasan ini diperlukan Qanun kebencanaan di semua level
32
Hasil Wawancara dengan Ibu Henny nurmayani, (Bidang Pusat Data dan Informasi), pada tanggal 25 Juli 2018, di Kantor BPBA
33
Hasil Wawancara dengan Bapak Lukfandi, (kepala Sekretariat), pada tanggal 27 Juli 2018, di Kantor BPBA
pendidikan. Baik itu pendidkan non-formal dan informal. Agar masyarakat
turut mengetahui potensi bencana di aceh34.
5. BPBA Berkontribusi Menyusun Kebijakan, SOP dan Panduan Bencana
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (PB) dan Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh menyebutkan lembaga utama yang khusus menangani PB di tingkat provinsi adalah Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), dan di tingkat kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten/Kota. Masing-masing lembaga ini bertugas merumuskan dan mengusulkan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota kebijakan PB untuk ditetapkan menjadi kebijakan daerah, serta melakukan koordinasi pelaksanaan
kegiatan penanggulangan bencana35.
BPBA juga berkontribusi menyusun kebijakan, SOP dan Panduan terkait bencana melalui peraturan daerah (Qanun). Sebagai pencetus dan pelaksana dalam penanggulangan bencana. Pada saat tidak terjadi bencana BPBA menyiapkan regulasi dan pemberdayaan melalui konsep
kesiapsiagaan36.
34
Hasil Wawancara dengan Bapak Lukfandi, (Kepala Sekretariat), pada tanggal 27 Juli 2018, di Kantor BPBA
35
Hasil Data Dokumentasi RENSTRA 2012-2017, dari Bidang Pusat Data dan Informasi, Tahun 2012, hal. 45
36
Hasil Wawancara dengan Bapak Lukfandi, (Kepala Sekretariat), pada tanggal 27 Juli 2018, di Kantor BPBA
6. BPBA Sebagai Komando Pelaksana
Dalam penanggulangan bencana BPBA menjadi komando pelaksana pembangunan rehabilitasi dan rekontruksi yang mengkoordinir setiap intansi dengan porsi yang di embankan. Contohnya, perbaikan jalan rusak diembankan Dinas PUPR, memperbaiki sekolah diembankan Dinas Pendidikan, memperbaiki fasilitas umum diembankan dinas DPPD, memperbaiki sungai dan selokan diembankan Dinas Pengairan, kerusakan dayah diembankan Dinas
Pendidikan Dayah, kerusakan infrastruktur agama ada Dinas Syariat37.
Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, BPBA tidak bekerja sendiri tetapi bekerja sama dengan SKPA, lembaga dan instansi terkait. Sampai dengan Oktober 2011 dari 23 kabupaten/kota yang ada diwilayah Aceh sudah 23 kabupaten/kota yang sudah membentuk BPBD baik dengan mempergunakan Qanun maupun dengan Peraturan Bupati atau Peraturan
Walikota sebagai dasar pembentukan BPBD38.
Disamping itu, dalam masa transisi (pemulihan pasca bencana) BPBA berperan sebagai pelaksana dalam pembangunan rehabilitasi dan rekontruksi yang bersifat sementara. Suatu fasilitas perintis agar berjalannya laju roda pertumbuhan. Perintis ini bersifat sementara, contohnya ketika adanya putus jalan BPBA bisa menjadi perintis jalur perbaikan jalan sementara agar tidak
37
Hasil Wawancara dengan Bapak Lukfandi, (Kepala Sekretariat), pada tanggal 27 Juli 2018, di Kantor BPBA
38
Hasil Data Dokumentasi Dokumen RPB 2012-2017, dari Bidang Pusat Data dan Informasi, Tahun 2011, hal. 50
putusnya akses bantuan dalam masa darurat, setelah ini dapat ditangani oleh
intansi terkait agar pembangunan jalan menjadi permanen39.
7. BPBA Mempunyai Fasilitas Pelayanan Antisipasi Bencana
BPBA mempunyai fasilitas pelayaan dalam antisipasi bencana yaitu Sirine tsunami tombolnya berada pada BPBA yang terkoordinasi langsung dengan BMKG yang di langsung di kawal oleh Staff RPB (resiko pengurangan bencana) yang stand by 24 jam. BPBA memiliki mobil komunikasi satelit berfungsi untuk memancarkan sinyal jika semua komunikasi di Aceh koleps.
Disertai menara tower sebagai radio komunikasi jarak jauh lintas wilayah40.
Selain badan penanggulangan bencana pemerintah, di tingkat provinsi Aceh telah dibentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana Aceh (Forum PRB - Aceh), yakni sebuah forum independen untuk mendorong serta memfasilitasi kerjasama antar pihak dalam upaya pengurangan risiko bencana di Indonesia dan apabila tingkat potensi suatu bencana sudah berskala besar maka BPBA di
tingkat provinsi harus segera menanggani kejadian tersebut41.