• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

D. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare

DIARE

Hasil penelitian terakhir menunjukkan, bahwa cara pencegahan yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah : memberikan ASI, memperbaiki makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakan jamban, membuang tinja bayi yang benar dan memberikan imunisasi campak.8,12,19,23

Usaha kesehatan dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu usaha peningkatan (promotif), usaha pencegaban (preventif), usaha pengobatan (curative) dan usaha pemulihan (rehabilitasi). Usaha ini pada dasarnya ditujukan terhadap tiga faktor, yang mempengaruhi timbulnya penyakit, sesuai dengan pendapat John Gordon yaitu faktor penjamu (host), bibit penyakit (agent),dan faktor lingkungan (environment).8,23,28 Jika keempat usaha di atas dikaitkan dengan tiga faktor tersebut maka usaha yang dapat dilakukan dalam pencegahan diare adalah sebagai berikut:

1) Terhadap faktor penjamu.

Mempertinggi daya tahan tubuh manusia dan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam prinsip-prinsip hygiene perorangan. Pencegahan diare pada anak balita antara lain: 20,23

a. Imunisasi

Dengan ditemukanya cairan rehidrasi oral dan digalakannya. Pengobatan diare dengan upaya rehidrasi oral, angka kesakitan bayi dan anak balita yang disebabkan diare makin lama makin menurun.

Kuman penyebab diare Air yang tercemar Makanan & minuman yg tercemar Penderita Diare Perilaku Lingkungan Karakteristik pengasuh balita

Namun demikian angka kesakitan diare masih tetap tinggi ialah sekitar 400 per 1000 kelahiran hidup, (SKRT tahun 1985) menunjukan bahwa episode diare pada bayi dan. anak balita berturut-turut masih 2,6 dan 2,2 kali per bayi/ anak per tahun, sehingga jumlah kasus diare masih tetap sekitar 60 juta per tahun. Salah satu jalan pintas yang sangat ampuh untuk menurunkan angka kesakitan suatu penyakit infeksi baik oleh virus maupun. bakteri adalah imunisasi. Hal ini berlaku pula untuk penyakit diare dan penyakit gastrointestinal lainya. Untuk dapat membuat vaksin secara baik, efisien. dan efektif diperlukan pengetahuan mengenai mekanisme kekebalan tubuh pada umumnya terutama, kekebalan saluran pencernakan makanan.

b. Pernberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.

ASI adalah makanan bayi yang paling alamiah, sesuai dengan kebutuhan gizi bayi dan mempunyai nilai proteksi yang tidak bisa ditiru oleh pabrik susu manapun juga. Tetapi pada pertengahan abad ke 18 berbagai pernyataan. penggunaan air susu binatang belum mengalami berbagai modifikasi. Pada permulaan abad ke-20 sudah dimulai produksi secara masal susu kaleng yang berasal dari air susu sapi sebagai pengganti ASI.

ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain ; susu formula atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang

akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh.

Bayi - bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih).

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 x lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi -bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare.

Pada bayi yahg tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan, risiko mendapat diare adalah 30 x lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

Pada akhir-akhir ini dengan bertambahnya penggunaan" Pengganti ASI” (PASI) untuk makanan bayi, terutarna di negara-negara yang sedang berkembang, timbulah berbagai sindrom, misalnya yang dikenal dengan syndrome Jelliffe yang terdiri dari kekurangan kalori protein tipe marasmus, monilisasi pada mulut, dan diare karena infeksi. Hal ini disebabkan karena di negara-negara yang sedang berkembang, tingkat pendidikan ibu yang masih rendah, kebersihan yang masih kurang, tidak adanya sarana air bersih, dan rendahnya keadaaan sosial ekonomi dari penduduknya.

c. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan

meningkatnya risiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian . Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

Ada bebarapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik, yaitu :

1) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4 - 6 bulan tetapi teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4 x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4 - 6 x sehari, teruskan pemberian ASI bila mungkin.

2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.

3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih.

4) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

d. Prilaku hidup bersih dan sehat

Untuk melakukan pola prilaku hidup bersih dan sehat dilakukan beberapa penilaian antara lain adalah :

1. Penimbangan balita . Apabila ada balita pertanyaanya adalah apakah sudah ditimbang secara teratur ke posyandu minimal 8 kali setahun.

2. Gizi , anggota keluarga makan dengan gizi seimbang.

3. Air bersih, keluarga menggunakan air bersih (PAM, sumur, perpipaan) untuk keperluan sehari-hari.

4. Jamban keluarga, keluarga. buang air besar di jamban/WC yang memenuhi syarat kesehatan.

5. Air yang di minum dimasak terlebih dulu. 6. Mandi menggunakan sabun mandi.

7. Selalu cuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun

8. Pencucian peralatan menggunakan sabun. 9. Limbah, apakah SPAL sering di bersihkan. 2) Terhadap faktor bibit penyakit.

a. Memberantas sumber penularan penyakit, baik dengan mengobati penderita maupun carrier atau dengan meniadakan reservoir penyakit.

b. Mencegah terjadinya penyebaran kuman, baik di tempat umum maupun di lingkungan rumah.

c. Meningkatkan taraf hidup rakyat, sehingga dapat memperbaiki dan memelihara kesehatan.

3) Terhadap faktor lingkungan

Mengubah atau mempengaruhi faktor lingkungan hidup, sehingga faktor-faktor yang tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kesehatan manusia.

Dokumen terkait