• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.3 Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka

2.8.1 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka

Kerusakan yang disebabkan oleh faktor dari dalam (internal) sulit untuk dicegah, tetapi beberapa upaya berikut dapat dilakukan:

1. Faktor Mekanis

a. Membersihkan ruangan dari debu dan kotoran secara teratur. Kotoran dan debu sebaiknya dibersihkan dengan vacuum cleaner yang dapat menghisap debu dan kotoran, karena sapu dan bulu ayam dapat memindahkan debu dari rak buku ke tempat lain.

b. Menghindarkan bahan perpustakaan dari sinar matahari lansung. 2. Faktor Hayati

Cara mengatasi tindakan pencegahan terhadap bahan pustaka yang terjadi akibat faktor manusia, faktor biota, dan faktor bencana alam. Upaya pencegahan terhadap tindakan penyalahgunaan bahan pustaka dapat dilakukan untuk meminimalkan jumlah bahan pustaka yang dirusak. Hal ini bisa dilakukan dengan cara antara lain:

a. Mencegah kerusakan dari faktor manusia (ulah manusia)

1) Mengatur tata ruang layanan bahan pustaka perpustakaan sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan pemustaka melakukan tindakan penyalahgunaan bahan pustaka dengan leluasa.

2) Menciptakan keadaan perpustakaan yang kondusif baik itu untuk membaca ataupun untuk belajar sehingga menciptakan kenyamanan bagi pengunjung perpustakaan.

3) Menyediakan fasilitas mesin fotokopi yang memadai, dengan harga yang terjangkau dan hasil yang memuaskan.

4) Menambah jumlah eksemplar bahan pustaka yang banyak dibutuhkan oleh pemustaka.

5) Pemasangan sistem keamanan elektronik misalnya pemustakaan kamera pengintai untuk memantau kegiatan pemustaka di dalam perpustakaan. 6) Menanamkan kesadaran “book preservation” baik pada orang yang menggunakan buku maupun terhadap staf perpustakaan.

7) Melatih diri sendiri untuk mencintai buku mengingat buku peranannya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, sebagai informasi, pelansung

kehidupan Perguruan Tinggi yang perlu dijaga dan diamankan bersama. Juga bagi pemakai buku, hendaknya diperhatikan bagaimana cara memakai buku yang baik, seperti:

a) Cara membuka buku

b) Jangan menyelipkan pensil, mistar/pemggaris, karet penghapus, dan barang-barangn lain ke dalam buku.

c) Buku harus dihindarkan dari tangan yang berminyak (bekas memegang makanan), jangan dikenakan air, bahkan pencegahan terhadap kebakaran sangat penting diperhatikan.

3. Faktor Biota

Biota yang merusak bahan pustaka adalah serangga, binatang pengerat seperti tikus dan jamur. Untuk mencegah kerusakan tersebut diperlukan berbagai tindakan yang harus dilakukan, antara lain:

a. Usahakan ruangan agar tetap bersih supaya terhindar dari binatang yang ingin merusak bahan pustaka seperti binatang pengerat seperti tikus, serangga dan jamur.

b. Gunakan sarung tangan dan masker jika ingin menangani bahan pustaka yang berjamur.

c. Periksa bahan pustaka yang mengandung serangga, letakkan dekat jendela atau kipas angin, semprotkan pada obyek.

4. Faktor Bencana Alam

Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang tidak daapt di sangka-sangka sebelumya. Bencana alam bisa tiba-tiba terjadi yang tidak diketahui kapan bencana alam tersebut akan datang dan akhirnya mengakibatkan hancurnya bahan pustaka. Dalam menghadapi musibah yang akan terjadi, maka sangat diperlukan kesiagaan dari seluruh jajaran perputakaan untuk menghadapinya. Untuk bencana kebakaran perlu disediaakan alat pemadam kebakaran yang mudah dijangkau kapan saja. Untuk bencana banjir, dan bencana akibat gejala alam seperti gempa dan angin topan, memang sangat sulit untuk dihadapi.

5. Faktor Kimiawi

a. Mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh cahaya. Untuk menghindari kerusakan bahan pustaka akibat cahaya, perlu dilakukan berbagai hal sebagai berikut:

1) Gunakan UV filter untuk melindungi ruangan dari UV. 2) Hindari bahan pustaka dari sinar matahari secara lansung.

b. Lampu neon mrngandung UV yang sangat tinggi, gunakan UV absoebentnjackets pada lampu neon.

c. Jangan biarkan spotlinght dalam jarak yang dekat pada obyek.

d. Mencegah kerusakan bahan pustaka dari suhu udara dan kelembapan udara. Ada beberapa cara untuk melindungi bahan pustaka dari kelembapan udara yang tidak ideal, antara lain:

1) Usahakan meletakkan bahan pustaka, baik yang disimpan maupun yang dipermerkan, pada temperatur yang tetap, untuk itu dapat menggunakan tirai atau blinds untuk menghindari panas.

2) Hindari meletakkan bahan pustaka di dekat tembok yang mengalami fluktuasi temperature.

3) Ruangan ber AC dapat mengeringkan bahan pustaka dan apabila temperatur berubah maka akan dapat menambah kelembapan.

e. Mencegah kerusakan dari faktor kimia, partikel debu, jamur dan logam dari udara.

Ada banyak masalah kimiawi yang dapat merusak bahan pustaka. Pada dasarnya kerusakan tersebut disebabkan oleh hasil reaksi kimiawi yang terjadi dalam bahan pustaka. Kertas dihasilkan oleh proses kimia, semakin buruk kualitas kertas, maka semakin rentan terhadap populasi Karat yang terdapat dalam bahan pustaka dapat ditimbulkan dari proses pembuaatn kertas, rak yang berkarat dan tinta yang digunakan. Foxing muncul pada ke lembapan udara yang tinggi, apabila jamur merupakan penyebabnya maka perlu diambil tindakan fumigasi, sedangkan apabila karat penyebabnya, bagian yang terkena karat yang berasal dari rak buku perlu dibersihkan.

2.8.2 Perawatan Pada Bahan Pustaka

Perawatan merupakan bagian dari “Concervation” yaitu pengawetan. “Menurut Perpustakaan RI, (1992: 2) pengawetan merupakan kebijaksanaan dan cara tertentu yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran termasuk metode dan teknik yang ditetapkan oleh petugas teknis”.

Dapat disimpulkan bahwa perawatan bahan pustaka berarti suatu usaha yang dilakukan terhadap bahan pustaka untuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan dan kehancuran. Usaha-usaha berikut meliputi:

1. Pembersihan terhadap noda

Noda yang terjadi pada kertas selain memeberikan kesan kotor, juga dapat menimbulakan karat dan zat asam yang dapat membuat tumbuhnya jamur pada bahan pustaka. Pembersihan yang akan dilakukan tergantung pada jenis noda atau kotoran dan keadaan bahan. Menurut perpustakaan Nasional RI, (1992: 28) hal-hal yang menyebabkan terjadinya noda adalah:

a. Debu ( Parikel Padat )

Debu merupakan partikel padat yang berasal dari berbagai macam zat. Partikel logam misalnya, bila teroksidasi akan menimbulkan bercak-bercak kuning pada permukaan bahan. Debu ini dapat dibersihkan dengan kuas atau sikat, penghapus karet, busa atau vacuum cleaner. Noda terjadi hendaknya dibersihkan dengan air, karena air akakn menyebabkan noda meresap masuk ke dalam serat kertas dan akan tinggal selamanya.

b. Zat cair 1)Minyak

Minyak akan meresap dan menjalar sesuai dengan sifat zat cair. Noda yang dihasilkan ditandai dengan perubahan warna kertas menjadi lebih tua dari warna aslinya.

2)Air

Air yang meresap dan mengalir pada kertas sekaligus akan membawa kotoran ke batas alir air, sehingga noda lebih nampak di daerah tepi alir air. Sedangkan di daerah alirannya sendiri lebih bersih.

3)Tinta Yang Luntur

Noda yang disebabkan oleh tinta yang luntur hanay terjadi pada satu permukaan saja.

4)Asam

Terjadinya asam pada bahan disebabkan karena beberapa hal, misalnya karena lingkungan, partikel debu, pengaruh usia atau dari proses pembuatan kertas itu sendiri. Asam dapat menimbulkan noda diatas permukaan bahn yaitu berubahnya warna bahan menjadi kecoklatan.

2. Fumigasi

Fumigasi berasal dari kata “fumigation” atau “to fumigati” yang artinya mengasapi atau megasap. Perpustakaan Nasioanal RI, (1995: 75) bahwa fumigasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk megasapi bahan pustaka dengan menggunakan uap atau gas peracun membasmi serangga atau jamur yang menyerang bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Bahan yang digunakan untuk membunuh serangga dan jamur disebut fumigant yang dapat berbentuk padat, cair atau gas. Pada pelaksanaanya fumigant akan menjadi uap atau gas pada tekanan dan suhu kamar tertentu.

Dalam mengadakan fumigasi pustakawan harus memperhitungkan jumlah bahan yang akan difumigasi dan luas ruang yang diperlukan. Dengan memperhatikan ruang yang ada maka dipilih pula fumigant yang akan dipergunakan, jenis-jenis fumigant, jumlah yang diperlukan serta lama fumigasi.

Pustakawan juga harus memperhatikan bahaya dari pemakai zat-zat kimia untuk fumigasi. Tidak satu pun bahan kimia dapat dipakai tanpa alat pengaman, atau tanpa supervisi oleh orang yang berpengalaman dalam bidang ini.

3. Menghilangkan keasaman pada kertas

Keasaman yang terkandung dalam kertas menyebabkan kertas itu cepat lapuk, terutama kalau kena polusi. Bahan pembuat kertas merupakan bahan organik yang mudah bersenyawa dengan udara luar. Agar pengaruh udara tersebut tidak berlanjut, maka bahan pustaka perlu dilaminasi. Agar laminasi efektif, sebelum dikerjakan, bahan pustaka dihilangkan atau diturunkan tingkat keasamannya. Ada dua cara menghilangkan keasaman pada bahan pustaka, yaitu

cara kering dan cara basah. Sebelum ditentukan cara yang mana yang tepat, maka perlu diukur tingkat keasaman pada dokumen. Ada berbagai alat pengukur tingkat keasaman dokumen yang dibicarakan dalam bahan pustaka ini, sehingga pustakawan dapat memilih cara mana yang paling mungkin untuk dikerjakan sesuai dengan kondisinya.

Tinta yang dipergunakan untuk menulis bahan pustaka sangat menentukan apakah bahan pustaka akan dihilangkan keasamannya secara basah, atau secara kering. Kalau tinta bahan pustaka luntur, maka cara keringlah yang paling cocok. Kalau menggunakan cara basah, harus diperhatikan cara pengeringan bahan pustaka yang ternyata cukup sukar dan harus hati-hati. Kalau hanya sekedar mengurangi tingkat keasaman kertas dan tidak akan dilaminasi, kiranya cara kering lebih aman, sebab tidak ada kekhawatiran bahan pustaka robek. Cara kering ini dapat diulang setiap enam bulan, sampai bahan pustaka dimaksud sudah kurang keasamannya dan dijamin lebih awet.

4. Laminasi

Laminasi adalah suatu proses pelapisan dua permukaan kertas dengan bahan penguat. Laminasi maksudnya adalah menutupi satu lembar di antara dua lembar bahan penguat, Perpustakaan Nasional RI (1995: 93). Laminasi dapat dilakukan dengan cara manual yakni alaminasi dengan tangan dan laminasi dengan modern dengan menggunakan mesin, dimana bahan laminasi sudah di desain dalam bentuk siap pakai. Proses ini menggunakan untuk melestarikan bahan pustaka yang sudah rusak dan akan lebih parah bila dipergunakan lagi, misalnya bahan yang sudah tua, sobek atau rapuh, dan bersifat asam. Sebelum pekerjaan laminasi dilaksanakan, hendaknya bahan sudah mengalami perawatan. Perpustakaan Nasional RI, (1992: 35 ) misalnya:

a. Telah difumigasi

b. Telah dihilangkan nodanya

c. Telah dihilangkan asam yang terkandung didalamnya

Manuskripsi, dokumen, naskah, yang kuno terutama kertas-kertasnya yang sudah lapuk sehingga mudah hancur, dapat di awetkan dengan cara menyemprotkan bahan kimia atau laminasi.

Cara modern menggunakan laminasi dan ahli bentuk, pada laminasi sederhana dilaksanakan secara manual. Laminasi secara modern yaitu laminasi dengan menggunakan mesin dan bahan laminasi yang sudah didesain dalam bentuk siap pakai. Karena proses paans (dari mesin), laminasi akan melindungi dokumen. Cara ini banayk digunakan di Indonesia teruatama perlindungan dokumen berharga. Cara lain yang digunakan dalam penanganan bahan pustaka pada laminasi dapat dilakukan dengan pelepasan atau penyemprotan bahan pustaka dengan bahan kimia. Sedangkan laminasi sederhana yang dilakukan secara manual dilakukan dengan cara membentangkan kertas tissue sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan, kemudian diatasnya digelar selembar acetat foil dengan dimensi ukuran yang sama. Lalu diatasnya dihamparkan bahan pustaka yang rusak. Kemudian dipasang lagi kertas tissue dengan ukuran lebih besar daripada halaman yang rusak. Kemudian di ulas dengan cairan acetat pada semua halaman

Dan dibolak-balik dengan bantuan kapas atau kuas. Persenyawaan cairan aceton menyebabkan acetat foil bersenyawa dengan kertas tissue, baik diatas maupun dihalaman yang rusak, lalu kertas tissue digunting.

5. Enkapsulasi

Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menempatkan lembaran bahan kertas diantara dua film plastik polyster untuk menghindari kerusakan fisik karena sering dipegang atau melindungi kertas dari debu dan pollutant. Pada umumnya kertas yang akan di enkapsulasi adalah lembaran naskah kuno, peta, bahan cetakan atau poster yang sudah rapuh, plastik yang digunakan sebagai bahan pelindung. Sebelum pelaksanaan enkapsulasi, kertas harus bersih, kering, dan dideasidifiaksi untuk menetralkan asam yang terdapat pad kertas. 6. Konservasi Koleksi Audio Visual

Kerusakan suatu film nitrat dapat diperkirakan sebelumnya melalui test kimia dan fisika, misalnya dengan test pelapukan. Dengan test ini dapat disimpulkan berapa tahun film nitrat akan bertahan lama. Daya tahan suatu film juga tergantung dari kondisi penyimpanan dan mutu kerja saat prossing. Dalam merawat koleksi audio visual ini harus disesuaikan dengan temperatur dengan kelembapan udara sehingga bahan pustaka yang berbentuk audio visual dapat bertahan selama mungkin.

2.8.3 Perbaikan Bahan Pustaka dan Restorasi 1. Menambal

Menurut Perpustakaan Nasional RI, (1995: 89). Menambal atau menutup bagian yang berlubang dapat dilakuakan dengan kertas jepang dan perekat kanji. Menambal juga dapat dilakuakan dengan bubur kertas (pulp) atau menggunakan kertas tissue yang berperekat.

Adapun cara untuk menambal bahan pustaka adalah sebagai berikut:

a. Pilih kertas yang sesuai dengan kondisi bahan pustaka dan juga kertas yang sesuia untuk menambal.

b. Bagian tepi lubang atau potongan kertas yang hilang dikikis atau dipertipis dengan menggunakan cutter.

c. Oleskan perekat dengan hati-hati pada bagian tepi lubang atau bagian yang terkikis.

d. Letakkan kertas penambal di atas lubang atau bagian kertas yang hilang dengan rah serat disesuaikan.

e. Kertas penambal yang terletak diluar bagian berlubang dikikis dengan menggunakan cutter.

f. Kertas yang halus disatukan diatas bagian yang telah di tambal dan sedikit di tekan, agar merekat dengan baik. Setelah kering ratakan dengan menggunakan tulang pelipat.

2. Menyambung

Menyambung dilakukan untuk merekat bagian yang sobek atau lemah karena lipatan, biasanya diperkuat dengan potongan kertas dari jenis tertentu, agar bagian yang sobek tidak bertambah besar atau lebar. Menurut Perpustakaan Nasional RI, (1995: 91) ada berbagai cara dalam menyambung bahan pustaka yang telah sobek, anatara lain:

a. Pilih kertas yang akan digunakan untuk memperkuat sambungan b. Letakkan penggaris logam diatas kertas dengan arah panjang serat

c. Tarik garis sepanjang tepi penggaris dengan menggunakan trecpen yang telah dicelupkan dalam air

e. Kertas ditarik dengan hati-hati menurut garis yang basah f. Rapatkan bagian kertas yang sobek dengan hati-hati

g. Oleskan perekat diatas kertas penyambung kemudian letakkan di bawah pemberat setelah kering, potong bagian yang berlebih

h. Letakkan kertas diantara dua lembar kertas penyerap dan letakkan dibawah pemberat. Setelah kering, potong bagian yang berlebih

3. Penjilidan

Penjilidan adalah suatu cara untuk menghimpun atau menggabungkan beberapa lembaran kertas menjadi satu, serta dilapisi oleh cover. Perpustakaan Nasional RI, (1995: 2). Menurut Perpustakaan RI, (1995: 3) penjilidan dibagi menjadi dua bagian, antara lain:

a. Dengan sampul linak (soft cover) yaitu menjilid dengan cover tipis atau kertas yang mempunyai berat antara 165 gram sampai 320 gram.

b. Dengan sampul keras (hard cover) yaitu menjilid dengan cover tebal atau karton yang mempunyai berat diatas 320 gram.

Sebagai pustakawan kita harus dapat memperbaiki dokumen yang rusak, baik itu kerusakan kecil maupun kerusakan berat. Perpustakaan sebaiknya memiliki ruangan khusus untuk melakukan pekerjaan ini. Menambah buku berlubang oleh larva kutu buku atau sebab lainnya, menyambung kertas yang robek, atau menambal halaman buku yang koyak adalah pekerjaan yang mesti dapat dikerjakan. Mengganti sampul buku yang rusak total, menjilid kembali, atau mengencangkan penjilidan yang kendur adalah pekerjaan yang harus dikuasai oleh seorang restaurator. Berbagai macam kerusakan yang lain yang mungkin terjadi, tidak boleh ditolak oleh bagian pelestarian ini. Peralatan yang diperlukan, serta bahan dan cara mengerjakan perbaikan ini harus dipelajari benar-benar oleh seorang pustakawan atau teknisi bagian pelestarian.

Penjilidan dilakukan terhadap bahan pustaka yang sampulnya rusak, benang jahitnya lepas ataupun nomor halamanya yang tidak berurut lagi sehingga perlu dibongkar dan dijilid kembali. Tetapi sebelum melakukan penjilidan, perlu dipikirkan terlebih dahulu bahan-bahan, biaya, dan tenaga penjilidan sama dengan biaya pembelian dengan judul yang sama maka lebih baik membeli bahan pustaka

yang baru. Sebagai pustakawan ada perlunya terlebih dahulu mengenal bahan jilidan, perlengkapan penjilidan dan mutu kualitas jilid, antara lain:

1)Mengenal Bahan Jilidan

Buku bukan merupakan tumpukan kertas yang berdiri sendiri, tapi

merupakan struktur yang satu sama lain saling terikat. Struktur buku terdiri atas: a) segi b) foredge c) kertas hujungan d) badan buku e) papan jilidan f) ikatan timbul g) groove

h) ulang pita kapital dan sebagainya

2)Perlengkapan penjilidan. Agar struktur itu tidak lepas satu sama lainnya, maka buku perlu dijilid meliputi:

a) pisau b)palu c) pelubang d)gunting e) tulang pelipat f) penggaris besi g)kuas h)gergaji i) jarum j) benang k)pengepres l) pemidang jahit

m) mesin potong dan sebagainya

3)Mutu kualitas jilid. Selain ditentukan oleh kemahiran dalam bekerja juga ditentukan oleh bahan yang digunakan. Bahan penjilid meliputi:

a) kain linen b) perekat

c) benang dan kawat jahit

Arah serat kertas merupakan hal yang penting bagi pekerjaan penjilidan. Arah serat yang salah akan mengakibatkan jilidan tidak rapi dan lemah.

Adapun Persiapan penjilidan yang dilakukan meliputi dua hal yaitu: a) Penghimpunan kertas-kertas atau bahan pustaka,

Penghimpunan harus dikerjakan secara teliti, jangan salah mengurutkan nomor halaman. Kalau majalah, jangan salah mengurutkan nomor penerbitannya. Panjang-pendek, serta lebar kertas harus disamakan. Rapihkan sisi sebelah kiri agar pemotongan dan perapihan dapat dikerjakan untuk ketiga sisi yang lain. Petunjuk penjilidan harus disertakan, agar hasilnya sesuai dengan yang kita kehendaki.

b) Penggabungan.

Dalam melakukan penggabungan kita harus melihat jilidan macam apa yang dikendaki sesuai dengan slip petunjuk penjili dan.

Ada lima macam jilidan yang dapat dipilih: i.Jilid kaye

ii.Signature binding iii. Jilid lem punggung

iv.Jilid spiral v.Jilid lakban

2.9 Penyiangan

Penyiangan (weeding) adalah kegiatan pemilahan terhadap koleksi bahan pustaka yang aad di perpustakaan. Kegiatan penyiangan dilakukan agar bahan bahan pustaka yang tidak sesuai lagi diganti dengan bahan pustaka yang baru. Bahan pustaka yang perlu disisngi biasanya bahan pustaka yang isinya tidak relevan lagi, sudah usang, isinya tidak lengkap, bahan pustaka yang sudah ada edisi terbarunya dan bahan pustaka yang fisiknya sudah sangat rusak.

1. Membina dan memeperbaiki nilai pelayanan informasi pelayanan oleh perpustakaan

2. Memeperbaiki penampilan dan kinerja perpustakaan 3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna ruang dan koleksi 4. Mengetahui mutu, lingkup, dan kedalaman koleksi

5. Menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan Program Perguruan Tinggi 6. Mengetahui kekuatan dan kelemahan

7. Menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi 8. Meningkatkan nilai informasi

Menurut Departemen Pendididkan Nasional RI, (2005: 65), Kriteria penyiangan kebijakan penyiangan sering bersifat relative. Sehingga perpustakaan perlu memilki kebijakan tertulis tentang penyiangan koleksi yang merujuk pada peraturan perundang-undangan.

Dalam menentukan kebijakan penyiangan, perpustakaan perlu meminta bantuan pada ahli para pejabat yang berwenang. Bersama dengan pustakawan, mereka menentukan bahan pustaka mana yang perlu dikeluarkan dari kolesi. Penyiangan koleksi dapat dilakukan sebagi berikut:

1. Menyingkirkan bahan perpustakaan dari tempatynya ke ruangan penyimpanan khusus

2. Menghapus atau memusnakan pustaka

3. Menukar bahan perpustakaan dengan bahan perpustakaan lain 4. Menghadiahkan bahan perpustakaan kepada perpustakaan lain

Bahan perpustakaan yang perlu disiang untuk itu sangat diperlukan pedoman penyiangan, antara lain:

a. Bahan perpustakaan yang isinya sudah tidak relevan dengan program perguruan tinggi

b. Bahan perpustakaan yang isinya sudah usang

c. Bahan perpustakaan yang isinya sudah tidak ada edisi barunya d. Bahan perpustakaan yang jumlah eksemplarnya terlalu banyak e. Bahan perpustakaan yang fisiknya sudah sangat rusak

2.10 Stock Opname

Stock opname merupakan kegiatan perhitungan kembali koleksi bahan pustaka yang memiliki perpustakaan. Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 235 ), stock opname adalah “Pemeriksaan fisik terhadap buku yang tercatat milik perpusakaan”. Sebelum melakuakn kegiatan ini perlu dipertimbangkan terlebih dahulu pelayanan apa yang dibutukan dan kapan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan stock opname agar tidak mengganggu pelayanan yang disediakan oleh perpustakaan kepada penggunaanya.

Adapun kegiatan stock opname bertujuan untuk:

1. Mengetahui dengan tepat profil koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan

2. Mengetahui jumlah judul atau eksemplar koleksi bahan pustaka menurut golongan klasifiaksi dengan tepat

3. Mengetahui dengan tepat buku yang memiliki catalog 4. Mengetahui bahan pustaka yang hilang

BAB III

SISTEM PERAWATAN BAHAN PUSTAKA

PADA PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI MEDAN 3.1 SEJARAH SINGKAT

Perpustakaan Politeknik Negeri Medan didirikan pada tahun 1983, yaitu satu tahun setelah berdirinya Politeknik. Perpustakaan Politeknik Negeri Medan berada di lantai II Gedung Pusat Daya Penunjang, yang mempunyai luas ruangan + 460 m2.

Perpustakaan Negeri Medan mempunyai jumlah buku teks sebanyak 4205 judul dan 8739 eksemplar, jumlah course note atau diktat sebanyak 763 judul dan 3720 eksemplar. Perpustakaan Politeknik Negeri Medan memiliki berbagai macam koleksi, antara lain:

1. Buku Teks 2. Buku Referensi 3. Buku Fiksi 4. Tugas Akhir 5. Majalah 6. Koran 7. Journal

Perpustakaan Politeknik Negeri Medan juga menyediakan sarana dan prasarana yang sangat baik. Perpustakaan menyediakan kemudahan bagi mahasiswa dalam mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa.

3.2 Struktur Organisasi

Setiap perpustakaan baik besar ataupun kecil perlu diatur dan ditata dengan baik sehingga kegiaatn yang berlansung dapat berjalan efektif dan efisien. Untuk itu perlu struktur organisasi yang jelas, agar semua mengetahui setiap tugas dan tanggung jawabnya masing-masing untuk mempermudah jalannya kegiatan kerja dalam sebuah organisasi atau instansi kerja.

Pada struktur organisasi dapat diketahui dengan jelas gambar kedudukan

Dokumen terkait