• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Konsep Diare

2.4.6 Pencegahan

Perilaku pencegahan penyakit termasuk ke dalam perilaku pemelihraan kesehatan. Perilaku pemelihraan kesehatan adalah usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana sakit (Notoatmodjo, 2007). Faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu keturunan dan lingkungan.

a. Keturunan yaitu tiap sifat makhluk hidup dikendalikan oleh faktor keturunan yang mana tiap pasangan merupakan penentu alternatif bagi keturunannya (Purwanto, 1998). Faktor keturunan merupakan bawaan dari seseorang yang melekat pada dirinya sebagai warisan dari orang tua, yang termasuk dalam faktor ini adalah emosi, kemampuan sensasi, dan kecerdasan (Herijulianti, 2001).

b. Lingkungan yang meliputi dua sasaran yaitu lingkungan yang membuat individu sebagai makhluk sosial dan lingkungan yang membuat wajah budaya bagi individu (Purwanto, 1998). Lingkungan tersebut dapat berupa tempat seseorang berada dan tinggal, dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan bermain dan lingkungan sekolah (Herijulianti, 2001).

Kedua faktor tersebut saling berpengaruh dalam perilaku individu. Kebiasaan baik yang ditanamkan didalam keluarga misalnya mencuci tangan sebelum makan untuk mencegah diare akan menjadi perilaku yang sifatnya menetap pada anak. Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar, namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor tersebut terdiri faktor internal seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan jenis kelamin, serta faktor eksternal yakni lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku untuk mengurangi diare pada anak membutuhkan intervensi untuk membuat anak-anak lebih sehat dan kemungkinan lebih kecil untuk menyebarkan infeksi yang menyebabkan diare; lingkungan yang kurang bersih mungkin dapat menularkan penyakit; dan dukungan dari masyarakat dan perawat secara konsisten dapat memperkuat perilaku sehat dan praktek dari waktu ke waktu (UNICEF dan WHO, 2009).

Pencegahan dapat dilakukan dengan dua cara dengan baik secara langsung mengurangi pajanan anak terhadap patogen yang menyebabkan diare (misalnya melalui penyediaan air minum yang aman) atau dengan mengurangi kerentanan anak terhadap diare berat dan dehidrasi (melalui peningkatan gizi dan kesehatan secara keseluruhan). Kemenkes RI (2011), menyebutkan bahwa penceghan diare dapat dilakukan dengan cara perilaku sehat dan penyehatan lingkungan. Pencegahan tersebut terdiri dari nutrisi yang adekuat (makanan dan minuman yang bersih), menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakan jamban, membuang tinja yang benar, penyediaan air bersih.

a. Perilaku Sehat

Skinner dalam Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar dalah. Perilaku sehat adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungannya (Notoatmodjo, 2007). Perilaku sehat untuk mencegah diare pada anak usia sekolah terdiri dari menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakan jamban, dan membuang tinja yang benar.

1) Menggunakan Air bersih yang cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

Fecal-Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Kemenkes, 2011).

2) Mencuci tangan.

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare dengan menurunkan angka kejadian diare sebesar 47% (Kemenkes, 2011). Mencuci tangan sangat penting artinya bagi kesehatan. Dalam mencuci tangan berarti telah melakukan upaya pencegahan terhadap berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan berbagai mikroorganisme yang bisa mengancam kesehatan seperti diare (Farida, 2009).

Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah melakukan kegiatan. Cuci tangan dilakukan sebelum makan, minum, memasak, memegang makanan atau menyajikan makanan. Cuci tangan yang dilakukan setelah dari toilet, buang air besar, memegang binatang, bercocok tanam, bermain- main. Cuci tangan harus menggunakan sabun. Sabun mengandung antiseptik yang dapat membunuh kuman penyakit. Berbagai kuman penyakit berbahaya dapat mati jika mencuci tangan pakai sabun. Biasakan juga menggunakan air yang mengalir (Farida, 2009). Hal-hal yang perlu diketahui adalah cucilah tangan dengan sempurna. Jangan lupa untuk menggosok permukaan dalam dan luar tangan. Jangan terbiasa memelihara kuku panjang. Kuku panjang bisa menjadi sarang penyakit jika tidak dijaga kebersihannya. Potonglah kuku secara teratur bila mulai kelihatan panjang (Farida, 2009).

Cucilah tangan di bawah air keran atau air mengalir agar kotoran tidak kembali lagi ke tangan. Setelah mencuci tangan jangan lupa mengeringkan tangan dengan tisu atau mengangin-anginkannya pada alat pengering yang banyak tersedia di dekat tempat cuci tangan (Farida, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Negara dkk (2014) ada pengaruh prilaku mencuci tangan terhadap kejadian diare. Hasil penelitian lain dilakukan oleh Nugraheni, (2012) diketahui bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian diare di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang adalah kebiasaan mencuci tangan setelah BAB, dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan.

Selain cuci tangan Perawatan kaki, dan kuku juga penting untuk dilakukan. Perawatan pada kuku dapat dilakukan dengan memotong kuku jari tangan dan kaki dengan rapi dengan terlebih dahulu merendamnya dalam sebaskom air hangat, hal ini sangat berguna untuk melunakkan kuku sehingga mudah dipotong. Kuku jari tangan dipotong sedemikian rupa mengikuti alur pada jari tangan sedangkan kuku jari kaki dipotong lurus (Isroin & Andarmoyo, 2012).

3) Menggunakan jamban.

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban (Kemenkes, 2011).

4) Membuang tinja yang benar.

Agar tinja tidak berperan sebagai sumber penularan penyakit, tinja harus dibuang dengan cara ditampung atau di bak tertutup yang tidak terjangkau oleh lalat, tikus, dan kecoak, serta harus berjarak minimal 15 meter dari sumber air minum. Dengan demikian, penurunan angka kejadian penyakit diare, yang tejadi sebagai hasil pelaksanaan program perbaikan sistem pembuangan tinja (Soeparman, 2001). Wagner & Lanoik (dalam Soeparman, 2001) menyebutkan bahwa dengan pembuangan tinja yang saniter insidensi penyakit diare pada anak-anak dapat diturunkan.

5) Makanan dan minuman

Kasus penyakit bawaan makanan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. faktor tersebut antara lain, kebiasaan mengolah makanan, penyimpanan dan penyajian yang tidak bersih, dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi (Chandra, 2006). Kemanan makanan dan minuman berarti bahwa pada saat dikonsumsi, makanan tidak mengandung kontaminan dalam kadar yang dapat membahayakan kesehatan. Anak perlu dibimbing dalam memilih makanannya (WHO, 2005). Suatu makanan masih dapat dimakan harus memenuhi kriteria yaitu makanan berada dalam tahap kematangan yang dikendalikan, makanan bebas dari pencemaran sejak tahap produksi sampai tahap penyajian atau tahap penyimpanan makanan yang sudah diolah, bebas darpubahan (fisik dan kimia) yang tidak diketahui atau karena kuman pengerat, serangga, parasit atau karena pengawetan, bebas dari mikrooorganisme dan parasit yang dibawa oleh makanan, tetapi menampakkan keadaan-keadaan kegiatan pembusukan yang dikehendaki, seperti keju tempe dan susu (Chandra, 2006).

Pemilihan pangan yang aman untuk dikonsumsi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pilih makanan dalam keadaan tertutup atau dalam kemasan, sebelum masa kadaluarsa, amati makanan apakah berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya, perhatikan kualitas makanan apakah masih segar atau berjamur, amati komposisinya, dan memiliki ijin edar (Direktorat Bina Gizi, 2011).

Perilaku sehat merupakan hal yang penting dalam mencegah diare. Pernyataan tersebut dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Prayitno (2005), diketahui bahwa personal hygiene dari ibu/keluarga yang tidak baik dapat menyebabkan kejadian diare. Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara personal hygiene keluarga dengan diare yaitu penelitian dari Wardhani (2010) bahwa ada hubungan antara praktik personal hygiene ibu dengan kejadian diare. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah (2012), diketahui bahwa dari 126 responden siswa Sekolah Dasar Negeri Jatinangor, sebanyak 3,2% responden termasuk kedalam kategori hygiene dan 96,8% tidak hygiene. Sebanyak 30,2% siswa dengan kuku, tangan dan kaki hygiene. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa personal hygiene responden masih rendah.

b. Penyehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dengan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Effendi, & Makhfudli, 2009). Keterpajanan anak-anak terhadap bahaya kesehatan lingkungan terjadi pada beberapa area yang berbeda, yaitu di dalam rumah, di dalam lingkungan tetangga, komunitas, atau di lingkungan yang lebih luas (WHO, 2008). Pencegahan diare juga dilakukan dengan cara penyehatan lingkungan, yang terdiri dari penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, sarana pembuangan air limbah (Effendi, & Makhfudli, 2009).

Penyehatan lingkungan yang berpengaruh terhadap diare adalah penyediaan air bersih. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2008) didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan perilaku pembuangan sampah dengan kejadian diare antara kasus dan kontrol, dan tidak ada hubungan perilaku pembuangan limbah dengan kejadian diare antara kelompok kasus dan kontrol.

1) Penyediaan air bersih.

Penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan. Intervensi untuk meningkatkan kualitas air pada sumbernya, bersama dengan pengolahan air rumah tangga dan sistem penyimpanan yang aman, telah terbukti mengurangi kejadian diare sebanyak 47% (UNICEF dan WHO, 2009).

2.5. Keterkaitan Fungsi Perawatan Hygiene Keluarga dengan Pencegahan

Dokumen terkait