Imunisasi Pada Ibu Hamil
4.2 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
Berikut adalah keadaan cakupan imunisasi TT2+ berdasarkan wilayah kerja puskesmas di Kabupaten Pesawaran tahun 2012:
Gambar 4.20
Cakupan Imunisasi TT2+ Berdasarkan Puskesmas di Kabupaten Pesawaran Tahun 2012
Sumber: Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran
Dari Gambar 4.20 tersebut, tampak bahwa 3 wilayah kerja puskesmas cakupan imunisasi TT2+ telah mencapai 100% dan puskesmas pencapaian cakupan imunisasi TT2+ terendah adalah Puskesmas Trimulyo (28,8%).
4.2 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
Upaya pemberantasan penyakit menular di Kabupaten Pesawaran lebih ditekankan pada pelaksanaan penyelidikan epidemiologi (surveilans epidemiologi), yakni penemuan penderita secara dini yang kemudian ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat dan tepat.
Pengendalian Penyakit Polio
Salah satu upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio dilakukan melalui gerakan Imunisasi Polio. Upaya ini juga kemudian ditindalanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus AFP ( acute flaccid paralysis), khususnya kelompok umur < 15 tahun dalam kurun waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.
60,3 100 100 83 66,9 75,5 92,5 85,3 100 81,1 93,9 28,8 97,7 0 20 40 60 80 100 120
Pedada Padang Cermin Bunut Hanura
Kedondong Kotadalam Gedongtataan Bernung
Roworejo Kalirejo Tegineneng Trimulyo
Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2012
BAB IV
45
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus Polio liar yang menyerang masyarakat. Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran pada tahun 2011 menetapkan target untuk Non polio AFP rate sebesar ≥ 2 per 100.000 penduduk umur < 15 tahun, jadi angka penemuan AFP tahun 2012 telah memenuhi target yaitu 2,42 per 100.000 penduduk umur < 15 tahun.
Pengendalian Penyakit TB Paru
Pengendalian penyakit TB Paru bertujuan untuk menurunkan Insidens TB Paru pada tahun 2015, menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru menjadi setengahnya tahun 2015, (3) sedikitnya 70% kasus TB ParuBTA+ terdeteksi dan diobati melalui Program DOTS (directly observed treatment shourtcourse); (4) sedikitnya 85% tercapai succes rate.
Case Detection Rate (angka penemuan baru TB Paru) adalah prosentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati dibandingkan jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut. Target Penemuan pasien baru TB BTA positif berdasarkan SPM Kabupaten Pesawaran tahun 2012 adalah 80%.
Gambar 4.21
Angka Penemuan Kasus TB Paru Berdasarkan Puskesmas di Kabupaten Pesawaran Tahun 2012
Sumber: Seksi P2 Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran 16,28 38,89 41,07 46,3 42,71 27,08 35,06 33,85 8 17,65 36,59 29,27 32,22 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2012=75% Target
Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2012
BAB IV
46
Gambar 4.21 memperlihatkan angka penemuan kasus (case detection rate) berdasarkan wilayah kerja puskesmas yang ada di Kabupaten Pesawaran tahun 2012. Tampak semua puskesmas masih berada di bawah target yang ditetapkan yaitu sebesar 75% dan puskesmas dengan angka penemuan kasus terendah adalah Puskesmas Kalirejo (15,66%), diikuti oleh puskesmas Trimulyo (17,5%) dan Puskesmas Gedongtataan (20,27%).
Sedangkan untuk Succes Rate atau keberhasilan pengobatan TB Paru adalah angka persentase pasien baru TB paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Angka keberhasilan pengobatan TB Paru dihitung juga untuk pasien BTA positif pengobatan ulang (kategori 2). Angka Kesembuhan minimal untuk pasien baru TB paru adalah sebesar 85%.
Gambar 4.22
Angka Kesuksesan (Success rate) TB Paru Berdasarkan Puskesmas di Kabupaten Pesawaran Tahun 2012
Sumber: Seksi P2 Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran
Keberhasilan pengobatan TB paru ditentukan oleh kepatuhan dan keteraturan dalam berobat, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gambar 4.22 memperlihatkan angka kesuksesan (Success rate) TB Paru berdasarkan wilayah kerja puskesmas yang ada di Kabupaten Pesawaran tahun 2012. Tampak ada 7 puskesmas yang sudah berada diatas target yang telah ditetapkan dan ada 3 wilayah kerja puskesmas yang telah mencapai 100% antara lain; wilayah kerja Puskesmas Bunut, Puskesmas Kotadalam dan Puskesmas Roworejo. Sedangkan 5 wilayah kerja puskesmas
72,73 90 100 73,08 91,89 100 88 78,95 100 53,33 88,24 60 84,31 0 20 40 60 80 100 120 Target 2012= 85%
Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2012
BAB IV
47
masih berada di bawah target yang ditetapkan yaitu sebesar 85% dan puskesmas dengan capaian terendah adalah Puskesmas Kalirejo yaitu hanya 53,33%.
Pengendalian Penyakit ISPA
Upaya dalam rangka pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita Pneumonia balita yang ditemukan. Di Kabupaten Pesawaran pada tahun 2010 ditemukan penderita Pneumonia Balita sebanyak 244 balita atau sekitar 5,02% dari total perkiraan Balita Pneumonia (4.861 balita).
Upaya pengobatan terhadap penderita Pneumonia Balita ini dikembangkan melalui suatu manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan atau lebih dikenal dengan istilah Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan MTBS semua penderita ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan, namun bila kondisi balita sudah berada dalam Pneumonia berat sedangkan peralatan tidak mencukupi maka penderita langsung dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap (100%).
Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Upaya pemberantasan demam berdarah yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Pesawaran pada tahun 2012 antara lain: upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD dengan melakukan fogging fokus dan meningkatkan ketrampilan petugas puskesmas dalam tata laksana kasus DBD. Selain itu dengan peningkatam kegiatan surveilans vektor.
Metode yang tepat guna mencegah DBD adalah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3 M plus (menguras, menutup dan mengubur) p lus menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mencegah/ memberantas nyamuk aedes berkembang biak.
Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2012
BAB IV
48
Gambar 4.23
Jumlah Kasus DBD Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Pesawaran tahun 2012
Sumber: Seksi P2 Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran
Tampak bahwa dari jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) yang berada diwilayah Kabupaten Pesawaran sebanyak 279 kasus, Kasus terbanyak berada diwilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan (83 kasus), Puskesmas Bernung (79 kasus) dan Puskesmas Kedondong (40 kasus). Dari seluruh kasus yang ada terdapat kasus yang meninggal sebanyak 4 orang ( CFR sebesar 6,2 %) yaitu diwilayah kerja Puskesmas Bernung (2 kasus), Puskesmas Kedondong dan Puskesmas Gedong Tataan masing-masing 1 kasus.
Pengendalian Penyakit Malaria
Di Kabupaten Pesawaran terjadi peningkatan kasus malaria karena adanya peningkatan kasus yang cukup signifikan di Pulau Pahawang yang disebabkan rusaknya lingkungan mangrove yang berakibat meluasnya tempat perindukan nyamuk penular malaria. Selain itu penggunaan sarana Rapid Detection Test (RDT) telah sampai pada bidan di desa sehingga penemuan kasus malaria meningkat.
Kasus malaria dengan pemeriksaan sediaan darah (malaria positif) di Kabupaten Pesawaran pada tahun 2012 ada sebanyak 416 kasus, dan kasus terbanyak berada di wilayah endemis malaria yaitu Puskesmas Hanura (342 kasus). Persebaran kasus malaria berdasarkan wilayah kerja puskesmas tampak sebagai berikut:
0 2 5 7 40 14 83 79 5 27 15 2 Kasus DBD
Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2012
BAB IV
49
Gambar 4.24
Jumlah Kasus Malaria Positif Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Pesawaran tahun 2012
Sumber: Seksi P2 Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran
Dari seluruh penderita malaria positif yang ditemukan tidak ada kasus yang meninggal. Upaya penanggulangan yang dilakukan yaitu dengan melakukan kerjasama dengan sektor yang terkait, melakukan rasionalisasi penggunaan RDT, surveilans vektor penyebab malaria, larvaciding di daerah endemis malaria dan meningkatkan keterampilan tenaga laboratorium di puskesmas.
Pengendalian Penyakit Kusta
Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat.
Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara lain adalah melakukan penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit Kusta. Semua penderita yang ditemukan langsung diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri atas Rifampicin, Lampren dan DDS selama kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk penderita yang ditemukan sudah dalam kondisi parah akan dilakukan rehabilitasi melalui institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas pelayanan lebih lengkap.
25 42 6
342
1 0 0 0 0 0 0 0 Penderita Malaria Positif
Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2012
BAB IV
50
Surveilans Vektor
Penyakit menular bersumber binatang yang ditemukan di Kabupaten Pesawaran adalah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria dan Chikungunya. Upaya pemberantasan terdiri
dari tiga hal yaitu : (1) peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, (2) Diagnosis dini dan pengobatan dini, (3) Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular
penyakit DBD.
Upaya pengobatan terhadap penderita Pneumonia Balita ini dikembangkan melalui suatu manaJemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan atau lebih dikenal dengan istilah Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan MTBS semua penderita ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan, namun bila kondisi balita sudah berada dalam Pneumonia berat sedangkan peralatan tidak mencukupi maka penderita langsung dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap (100%).