BAB IV NERACA PANAS
SPESIFIKASI PERALATAN
3. Mengontrol setiap penyimpangan operasi agar tidak terjadi kecelakaan kerja maupun kerusakan pada alat proses.
6.2 Keselamatan Kerja Pabrik
6.2.4 Pencegahan terhadap Bahaya Listrik
Upaya peningkatan keselamatan kerja pada listrik adalah :
1. Setiap instalasi dan alat-alat listrik harus diamankan dengan pemakaian sekring atau pemutus hubungan arus listrik secara otomatis lainnya. 2. Sistem perkabelan listrik harus dipasang secara terpadu dengan tata letak
pabrik, sehingga jika ada perbaikan dapat dilakukan dengan mudah. 3. Memasang papan tanda bahaya yang jelas pada daerah sumber tegangan
tinggi.
4. Kabel-kabel listrik yang letaknya berdekatan dengan alat-alat yang beroperasi pada suhu tinggi harus diisolasi secara khusus.
5. Setiap peralatan atau bangunan yang menjulang tinggi harus dilengkapi dengan penangkal petir yang dibumikan.
6. Penempatan dan pemasangan motor-motor listrik tidak boleh menganggu lalu lintas pekerja
(Bernasconi, 1995) 6.2.5 Penyediaan poliklinik di lokasi pabrik
Poliklinik disediakan untuk tempat pengobatan akibat terjadinya kecelakaan secara tiba-tiba, misalnya menghirup gas beracun, patah tulang, luka terbakar pingsan/syok dan lain sebagainya.
Keselamatankerja yang tinggidapatdicapaidenganpenambahannilai- nilaidisiplin bagi para karyawan, yaitu (Peters, dkk. 2004) :
a. Setiapkaryawanbertugassesuaidenganpedoman-pedoman yang diberikan. b. Setiapperaturandanketentuan yang adaharusdipenuhi.
c. Setiapkecelakaanataukejadian yang
merugikanharussegeradilaporkankepadapimpinan.
d. Setiapkaryawanharussalingmengingatkanperbuatan yang
dapatmenimbulkanbahaya.
e. Dilakukan control secara periodic
terhhadapseluruhalatinstalasipabrikolehpetugasperawatan.
Apabila terjadi kecelakaan kerja, seperti terjadinya kebakaran pada pabrik, maka hal-hal yang harus dilakukan adalah :
1. Mematikan seluruh kegiatan pabrik, baik mesin maupun listrik.
2. Mengaktifkan alat pemadam kebakaran, dalam hal ini alat pemadam kebakaran yang digunakan disesuaikan dengan jenis kebakaran yang terjadi, yaitu (Bernasconi, 1995) :
Instalasi pemadam dengan air
Untuk kebakaran yang terjadi pada bahan berpijar seperti kayu, arang, kertas, dan bahan berserat. Air ini dapat disemprotkan dalam bentuk kabut. Sebagai sumber air, biasanya digunakan air tanah yang dialirkan melalui pipa-pipa yang dipasang pada instalasi-instalasi tertentu di sekitar areal pabrik. Air dipompakan dengan menggunakan pompa yang bekerja dengan instalasi listrik tersendiri, sehingga tidak terganggu apabila listrik pada pabrik dimatikan ketika kebakaran terjadi.
Instalasi pemadam dengan CO2
CO2 yang digunakan berbentuk cair dan mengalir dari beberapa tabung
gas yang bertekanan yang disambung secara seri menuju nozel-nozel. Instalasi ini digunakan untuk kebakaran dalam ruang tertutup, seperti pada tempat tangki penyimpanan dan juga pemadam pada instalasi listrik.
BAB VII
UTILITAS
Dalam suatu pabrik, utilitas merupakan unit penunjang utama jalannya proses produksi. Oleh karena itu, segala sarana dan prasarananya harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelangsungan operasi suatu pabrik.
Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pada pabrik pembuatan karbon disulfida adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan air
2. Kebutuhan udara pendingin 3. Kebutuhan bahan kimia 4. Kebutuhan listrik 5. Unit pengolahan limbah 7.1 Kebutuhan Air
Dalam proses produksi, air memegang peranan penting, baik untuk kebutuhan proses maupun kebutuhan domestik. Kebutuhan air pada pabrik pembuatan ksrbon disulfida adalah sebagai berikut:
• Air pendingin
Kebutuhan air pendingin pada pabrik pembuatan karbon disulfidadigunakan pada condensor berjumlah 139,202 kg/jam
Air pendingin bekas dari kondensordigunakan kembali untuk kebutuhan air pendingin setelah didinginkan dalam unit refrigrator. Dengan menganggap terjadi kehilangan air selama proses sirkulasi, maka air tambahan yang diperlukan adalah jumlah air yang hilang karena penguapan, drift loss, dan
blowdown (Perry dkk, 1997).
Untuk memenuhi pemakaian air maka disediakan penambahan air sebesar 20% dari kebutuhan air pendingin.
Kuantitas penambahan air = (1+0,2) x 139,202 kg/jam = 167,042 kg/jam • Air untuk kebutuhan sanitasi
1. Kebutuhan Karyawan
Berdasarkan standar dari WHO, kebutuhan karyawan = 120 L/hari Densitaas air 30oC = 999,99 kg/m3 = 0,999 kg/L
Jadi kebutuhan air untuk 120 orang setiap hari adalah :
Kebutuhan air = 120orang x 120 L/hari/orang x 0,999 kg/L
= 599,4 kg/jam
2. Air kebutuhan laboratorium, taman dan keperluan lain
Air untuk kebutuhan laboratorium, taman dan keperluan lain diperkirakan 30% dari kebutuhan karyawan
Maka, 30 % x 599,99 kg/jam = 179,82 kg/jam,
Jadi kebutuhan air untuk karyawan, laboratorium dan kebutuhan lain adalah = 599,99 + 180,00 = 779,99 kg/jam
3. Air untuk pemadam kebakaran dan cadangan air
Diperkirakan 40 % berlebih dari kebutuhan air sanitasi, sehingga total kebutuhan air sanitasi adalah = 1,4 x 779,22 kg/jam = 1.090,908 kg/jam
Tabel 7.2 Pemakaian air untuk berbagai kebutuhan No Keperluan Kebutuhan (kg/jam)
1 Karyawan 599,4
2 Laboratorium 779,99
3 Cadangan 1090,908
Total 2.470,298
Untuk menjamin kelangsungan penyediaan air, maka di lokasi pengambilan air dibangun fasilitas penampungan air (water intake) yang juga merupakan tempat pengolahan awal air sungai. Pengolahan ini meliputi penyaringan sampah dan kotoran yang terbawa bersama air. Selanjutnya air dipompakan ke lokasi pabrik untuk diolah dan digunakan sesuai dengan keperluannya. Pengolahan air di pabrik terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Screening
2. Klarifikasi 3. Filtrasi 7.1.1 Screening
Tahap screening merupakan tahap awal dari pengolahan air. Adapun tujuan screening adalah (Degremont, 1991):
- Menjaga struktur alur dalam utilitas terhadap objek besar yang mungkin merusak fasilitas unit utilitas.
- Memudahkan pemisahan dan menyingkirkan partikel-partikel padat yang besar yang terbawa dalam air sungai.
Pada tahap ini, partikel yang besar akan tersaring tanpa bantuan bahan kimia. Sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan terikut bersama air menuju unit pengolahan selanjutnya.
7.1.2 Klarifikasi
Klarifikasi merupakan proses penghilangan kekeruhan di dalam air. Air dari
screening dialirkan ke dalam clarifier setelah diinjeksikan larutan alum, Al2(SO4)3
dan larutan abu Na2CO3. Larutan Al2(SO4)3 berfungsi sebagai koagulan utama dan
larutan Na2CO3 sebagai koagulan tambahan yang berfungsi sebagai bahan pembantu
untuk mempercepat pengendapan dan penetralan pH (Perry dkk, 1999).
Setelah pencampuran yang disertai pengadukan maka akan terbentuk flok-flok yang akan mengendap ke dasar clarifier karena gaya grafitasi, sedangkan air jernih akan keluar melimpah (overflow) yang selanjutnya akan masuk ke penyaring pasir (sand filter) untuk penyaringan.
Pemakaian larutan alum umumnya 5-50 ppm terhadap jumlah air yang akan diolah, sedangkan perbandingan pemakaian alum dan abu soda = 1 : 0,54 (Baumann, 1971).
Total kebutuhan air = 2637,340kg/jam Pemakaian larutan alum = 50 ppm
Pemakaian larutan soda abu = 0,54 x 50 = 27 ppm
Larutan alum yang dibutuhkan = 50.10-6 x 2637,340 = 0,1319kg/jam Larutan abu soda yang dibutuhkan = 27.10-6 x 2637,340 = 0,1288kg/jam
7.1.3 Filtrasi
Filtrasi berfungsi untuk memisahkan flok dan koagulan yang masih terikut bersama air. Penyaring pasir (sand filter) yang digunakan terdiri dari 3 lapisan, yaitu: 1. Lapisan atas terdiri dari pasir hijau (green sand). Lapisan ini bertujuan
memisahkan flok dan koagulan yang masih terikut bersama air. Lapisan yang digunakan setinggi 24 in (60,96 cm)
2. Untuk menghasilkan penyaringan yang efektif, perlu digunakan medium berpori misalnya anterasit atau marmer. Pada pabrik ini digunakan anterasit setinggi 12,5 in (31,75 cm).
3. Lapisan bawah menggunakan batu krikil/gravel setinggi 7 in (17,78 cm). (Metcalf dan Eddy, 1991).
Bagian bawah alat penyaring dilengkapi dengan strainer sebagai penahan. Selama pemakaian, daya saring sand filter akan menurun. Untuk itu diperlukan regenerasi secara berkala dengan cara pencucian balik (back washing).
Untuk air proses, masih diperlukan pengolahan lebih lanjut, yaitu proses softener dan deaerasi. Untuk air domestik, laboratorium, kantin, dan tempat ibadah, serta poliklinik, dilakukan proses klorinasi, yaitu mereaksikan air dengan klor untuk membunuh kuman-kuman di dalam air. Klor yang digunakan biasanya berupa kaporit, Ca(ClO)2. Khusus untuk air minum, setelah dilakukan proses klorinasi
diteruskan ke penyaring air (water treatment system) sehingga air yang keluar merupakan air sehat dan memenuhi syarat-syarat air minum tanpa harus dimasak terlebih dahulu.
Total kebutuhan air yang memerlukan proses klorinasi = 756 kg/jam Kaporit yang digunakan direncanakan mengandung klorin 70 %
Kebutuhan klorin = 2 ppm dari berat air (Nalco, 1988) Total kebutuhan kaporit = (2.10-6 x 756)/0,7 = 0,00216 kg/jam