• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara pasal 1 ayat 1 butir 1 pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien olehkegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Menurut (Peavy dkk,1985; Soedomo, 1999; Wardhana, 2004), pencemaran udara adalah masuknya zat pencemar (seperti debu, fumes, gas, kabut, bau, asap, atau uap) kedalam udara/atmosfer pada jumlah tertentu yang menyebabkan perubahan susunan/komposisi udara dari kondisi normalnya. Zat tersebut dari karakternya atau dari lamanya kontaminan di atmosfer dapat mengancam atau dapat membahayakan manusia, tumbuhan, hewan, dan juga material atau dapat mengganggu kenyamanan hidup.

Penyebab zat tersebut masuk ke dalam atmosfer dapat berupa kebakaran hutan, letusan gunung berapi, debu meteroit dan pancaran garam dari laut. Namun sebagian besar juga disebabkan oleh kegiatan manusia misalnya akibat aktivitas transportasi, industri, pembuangan sampah baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran, serta kegiatan rumah tangga.

2.3.1 Sumber Pencemaran Udara

MenurutPeraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara pasal 1 ayat 1 butir 3,sumber pencemar adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yangmengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsisebagaimana mestinya. Sumber penyebab terjadinya pencemaran udara dikelompokkan menjadi:

1. Sumber bergerak berasal dari kegiatan transportasi/kendaraan bermotor;

2. Sumber bergerak spesifik, yang berasal dari kereta api, pesawat terbang, kapal laut, dan kendaraan berat lainnya;

3. Sumber tidak bergerak, yang berasal dari sumber emisi tetap pada suatu tempat, misalnya cerobong asap dari suatu pabrik; dan

4. Sumber tidak bergerak spesifik, yang berasal dari kebakaran hutan/lahan dan pembakaran sampah.

II-10

Menurut Soedomo (1999)Pencemaran udara akibat kegiatan transportasi yang sangat penting adalah akibat kendaraan bermotor di darat, emisi spesifik dari aktivitas tersebut adalah CO, partikulat, NOx, HC, Pb, dan SOx. Pencemaran udara oleh industri sangat tergantung dari jenis industri, prosesnya serta peralatan yang digunakan (utilitas).Kemudian hal penting yang perlu diperhitungkan dalam emisi pencemaran udara oleh sampah adalah partikulat akibat proses pembakaran, serta emisi dari proses dekomposisi yang perlu diperhatikan adalah emisi HC dalam bentuk gas methana.

Peavy dkk (1985) mengelompokkan sumber pencemaran udara menjadi sumber bergerak (seperti transportasi darat, pesawat terbang, kapal laut); sumber tetap (seperti perumahan, daerah komersil, industri power dan pemanasan, termasuk PLTU); proses industri (seperti industri kimia, industri metalurgi, industri bubur kertas dan kertas, serta industri perminyakan); tempat pembuangan sampah (berupa sampah dari kegiatan rumah tangga dan komersil, limbah batubara serta pembakaran lahan).

2.3.2 Jenis Pencemaran Udara

Menurut Soedomo(1999),jenis pencemaran udara dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Dilihat dari ciri fisik, bahan pencemar berupa:

a. Partikel (debu, aerosol, timah hitam) b. Gas (CO, NOx, SOx, H2S, HC) c. Energi (suhu dan kebisingan).

2. Berdasarkan kejadian, terbentuknya pencemar terdiri dari:

a. Pencemar primer (yang diemisikan langsung oleh sumber)

b. Pencemar sekunder (yang terbentuk karena reaksi di udara antara berbagai zat).

3. Berdasarkan pola emisi akan menggolongkan pencemar dari sumber titik (point source), atau sumber garis (line source), atau sumber area (area source).

2.3.3 Dampak Pencemaran Udara

Dampak pencemaran udara saat ini merupakan masalah serius yang dihadapi oleh negara-negara industri. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara ternyata sangat merugikan. Pencemaran tersebut tidak hanya mempunyai akibat langsung terhadap

kesehatan manusia saja, akan tetapi juga dapat merusak lingkungan lainnya, seperti hewan, tanaman, bangunan gedung dan lain sebagainya (Wardhana, 2004).

Menurut Cooper dan Alley (1994) partikulat seperti asap dan kabut berdampak mengganggu penglihatan, dampak lain yang diakibatkan oleh partikulat seperti mengotori bangunan dan material, korosif, serta mengakibatkan perubahan cuaca.

Partikulat dapat mengganggu kesehatan manusia dan hewan serta menghambat pertumbuhan tanaman. Peavy dkk (1985) menjelaskan pada konsentrasi yang tinggi pertikulat dapat berbahaya bagi kesehatan manusia karena mudah masuk kedalam sistem pernafasan dan menyebabkan gangguan pernafasan.

Kadar timah yang tinggi di udara dapat mengganggu pembentukan sel darah merah.

Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan dengan terganggunya fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya seperti anemia, kerusakan ginjal dan lain-lain. Sedangkan keracunan Pb bersifat akumulatif (Soedomo, 1999).

Karbon monoksida tidak terlalu berpengaruh pada tumbuhan ataupun material, namun sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. CO bereaksi dengan hemoglobin dalam darah dan menghambat pengangkutan oksigen. Berdasarkan konsentrasi dan lamanya paparan CO, dampaknya bagi tubuh manusia beragam mulai dari menyebabkan sakit kepala sampai bisa menyebabkan kematian (Cooper dan Alley, 1994)

Menurut Suma’mur (2009) kadar CO lebih dari 4.000 bds menyebabkan kematian yang sangat cepat. Gas ini dengan hemoglobin (Hb, zat darah merah) darah akan membentuk karboksihemoglobin yang tidak lagi dapat mengikat oksigen untuk keperluan metabolisme sel dan jaringan tubuh. Afinitas (kemampuan mengikat) CO dengan hemoglobin demikian luar biasa besar dibanding dengan oksigen yaitu sebesar 300 kali.

Sedangkan menurut Wardhana (2004) menjelaskan ikatan CO dengan darah (hemoglobin) kurang lebih 140 kali lebih kuat dari ikatan oksigen dengan darah.

Konsentrasi gas CO diudara secara langsung akan mempengaruhi konsentrasi karboksihemoglobin (COHb). Bila konsentrasi gas CO di udara tetap maka konsentrasi COHb dalam darah akan mencapai keseimbangan tertentu dan akan tetap bertahan

II-12

selama tidak ada perubahan pada konsentrasi CO di udara.Konsentrasi gas CO sampai dengan 1.000 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap oleh manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1.000 ppm dan waktu paparan (kontak) selama 1 jam menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi kemerah-merahan. Untuk paparan yang sama dengan konsentrasi CO 1.300 ppm, kulit akan langsung berubah menjadi merah tua dan disertai rasa pusing yang hebat. Untuk keadaan yang lebih tinggi, akibatnya akan lebih fatal, yaitu kematian(Wardhana, 2004).

Hubungan antara konsentrasi CO di udara, konsentrasi COHb dalam darah, dan gangguan pada tubuh dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Pengaruh Konsentrasi CO di Udara Terhadap Tubuh Manusia Konsentrasi CO di udara

(ppm)

Konsentrasi COHb dalam darah (%)

Gangguan pada tubuh

3 0,98 tidak ada

100 16,5 pingsan-kematian

Sumber : Wardhana, 2004

Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam, yaitu gas nitrogenmonoksida (NO) dan gas nitrogendioksida (NO2). Menurut Flagon dan Seinfeld (1988) NO2 lebih beracun daripada gas NO.

Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat mengakibatkan kematian. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NOx juga dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil Nitrates yang disingkat PAN. Peroxy Acetil Nitrates ini menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama senyawa kimia lainnya yang ada di udara dapat

menyebabkan terjadinya kabut foto kimia atau Photo Chemistry Smog yang sangat mengganggu lingkungan (Wardhana, 2004).

Udara yang telah tercemar SOx menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas SOx yang mudah menjadi asam akan menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan, dan saluran nafas lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena (Wardhana, 2004).

2.3.4 Baku Mutu Kualitas Udara

Berdasarkan PeraturanPemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara pasal 1 ayat 1butir 7, 16, dan 17baku mutu udara emisi adalah batas maksimal dan/atau beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan kedalam udara ambien. Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor adalah batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.

Dokumen terkait