• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDIRIAN PT MENURUT UU NO. 1 TAHUN 1995 DAN

B. Prosedur Pendirian PT Menurut UU No. 1 Tahun 1995

3. Pendaftaran

BAB III PERUBAHAN – PERUBAHAN DALAM PENDIRIAN PT SETELAH KELUARNYA UU NO. 40 TAHUN 2007

A. Pendirian Perseroan... 60 B. Tata Cara Pendirian Perseroan... 62 C. Anggaran Dasar Dan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan.... 64 D. Daftar Perseroan Dan Pengumuman... 66

BAB IV AKIBAT HUKUM PENDIRIAN PT SETELAH UU NO. 40 TAHUN 2007

A. Pendiri PT... 67 B. Pemegang Saham... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 89 B. Saran... 90

ABSTRAKSI

*) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. MH **) Dr. Sunarmi, SH, MH

***) Rivai Halomoan Simanjuntak

Perseroan Terbatas merupakan badan hukum yang dipergunakan oleh para pelaku usaha untuk melakukan kegiatan usaha dengan tujuan mencari keuntungan atau laba. Mendirikan PT mempunyai keuntungan dan kerugian. Salah satu keuntungan mendirikan PT adalah tanggung jawab yang terbatas artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sebatas saham atau modal yang dimilikinya. Sedangkan salah satu kerugian mendirikan PT adalah kerumitan perizinan dan organisasi. Untuk mendirikan sebuah PT membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Mendirikan PT juga membutuhkan akta Notaris dan izin khusus untuk usaha tertentu. Dengan besarnya perusahaan tersebut maka biaya pengorganisasian akan keluar sangat banyak.Yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana pendirian PT berdasarkan UU No. 1 Tahun 1995 dan UU No. 40 Tahun 2007 serta perubahan – perubahannya dan bagaimana akibat hukum pendirian PT bagi pendiri PT dan bagi para pemegang saham.

Dalam penulisan dipergunakan metode yuridis normatif yaitu penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder melalui sumber – sumber atau bahan tertulis berupa buku – buku, majalah, Koran, makalah, dengan cara membaca, menafsirkan serta menerjemahkan dari berbagai sumber yang berhubungan dengan pendirian PT.

Perbuatan hukum yang dilakukan oleh pendiri PT untuk kepentingan Perseroan yang belum didirikan, mengikat Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum dengan persyaratan apabila, PT menyatakan menerima, mengambilalih dan mengukuhkan semua perbuatan hukum yang dilakukan atas nama PT ( Pasal 11 UU No. 1 Tahun 1995 ). Sedangkan di dalam UU No. 40 Tahun 2007 diatur dalam Pasal 13 ayat (1), yang menyatakan bahwa perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan Perseroan yang belum didirikan, mengikat Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum apabila RUPS pertama Perseroan secara tegas menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya. Apabila perbuatan hukum tersebut tidak diterima, tidak diambilalih atau tidak dikukuhkan oleh PT, maka perbuatan hukum tersebut menjadi tanggung jawab pribadi masing – masing pendiri atas segala akibat yang timbul. Akibat hukum dari pendirian PT bagi pemegang saham adalah timbulnya hak dan kewajiban dari para pemegang saham. Hak yang dimiliki pemegang saham adalah hak memesan efek, mengajukan gugatan ke Pengadilan, saham dibeli dengan harga yang wajar, meminta ke Pengadilan Negeri untuk menyelenggarakan RUPS, dan hak menghadiri RUPS. Sedangkan kewajiban pemegang saham adalah kewajiban mengalihkan sahamnya apabila pemegang saham kurang dari dua orang.

*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II ***) Mahasiswa

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Chidir, Badan Hukum, Bandung : Alumni, 1991

Black, Henry Campbell, Black Law Dictionary- Abridged Seventh Edition, St.Paul Minn : West Publishing Co, 2000

Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan

Terbatas, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002

Chatamarrasjid, Menyingkap Tabir Perseroan ( Piercing The Corporate Veil )

kapita selekta hukum perusahaan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000

Fuady, Munir, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1991

____________, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999

____________, Doktrin – Doktrin Modern Dalam Corporate Law Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,2002

Gautama, Sudargo, Ikhtisar Hukum Perseroan Berbagai Negara Yang Penting

Bagi Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1991

_____________, Komentar Atas UU Perseroan Terbatas Tahun 1995 No. 1

Perbandingan Dengan Peraturan Yang Lama, Bandung : PT. Citra Aditya

Bakti, 1995

Ikhwansyah, Isis, Prinsip – Prinsip Universal bagi Kontrak melalui E – Commerce

dan Sistem Hukum Pembuktian Perdata dalam Tekonologi Informasi,

Bandung : Elips, 2002

Irwadi, Hukum Perusahaan Suatu Telaah Yuridis Normatif, Jakarta : Mitra Karya, 2003

Kansil, C. S. T, Christine. S. T. Kansil, Pokok – Pokok Hukum Perseroan Terbatas

1995, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1997

_____________, Hukum Perusahaan Indonesia aspek Hukum dalam ekonomi

bagian I, Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2005

_____________, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Vakti, 1991

_____________, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1995

Mansur, Dikdik. M. Arief, Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Tekonologi

Informasi, Bandung : PT. Refika Aditama, 2005

Muhammad, Abdulkadir, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1991

_____________, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1995

Pakpahan, Normin. S, Perseroan Terbatas Sebagai Instrument Kegiatan Ekonomi, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 2 1997

Prasetya, Rudi, Upaya Mencegah Penyalahgunaan Badan Hukum, Serangkaian

Pembahasan Pembaharuan Hukum di Indonesia, Bandung : PT. Citra

Aditya Bakti, 1993

_____________, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan

menurut Undang – Undang No. 1 Tahun 1995 cetakan kedua, Bandung :

PT. Citra Aditya Bakti, 1996

Remmelink, Jan, Hukum Pidana, Komentar atas Pasal – Pasal Terpenting dari

Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2003

Saliman, Abdul. R, Hermansyah, Ahmad Jalis, Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Jakarta : Fajar Interpratama Offset, 2005

Sembiring, Sentosa, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, Bandung : CV. Nuansa Aulia, 2006

Simpson, Sally S, Strategy, Structure and Corporate Crime, 4 Advances in Criminological Theory, 1993

Singgih, Kejahatan Korporasi Yang mengerikan, Tangerang : Pusat Studi Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, 2005

Sitompul Asri, Hukum Internet Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di

Cyberspace, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001

Soemitro, Rachmat, Hukum Perseroan Indonesia, Yayasan Dan Wakaf, Bandung : Eresco, 1993

Usman, Racmadi, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Bandung : Alumni, 2004

Widjaja, I. G. Rai, Hukum Perusahaan Terbatas Khusus Pemahaman Atas Undang

– Undang No. 1 Tahun 1995, Jakarta : Kesaint Blanc, 2002

Wasis, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Bandung : Alumni, 1997

Yani, Ahmad, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999

_______________, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000

Peraturan

UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor: M-01-HT.01-10 tahun 2007 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar, Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan

Internet

Elisabeth, Flora, Keabsahan Tanda Tangan Elektronik (Digital Signature) Menurut

Kitab Undang – Undang Hukum Perdata Indonesia (KUH Perdata), <http:

// www. Digilib.ui.edu.pdf > diakses tanggal 21 Mei 2008

Nasution, Bismar (1), Makalah Kewajiban Melaksanakan RUPS Dan Saat

Pembagian Deviden Menurut UU No. 1 Tahun 1995, <http://www.Bismarnasty.wordpress.pdf >, diakses tanggal 21 Mei 2008

Nasution, Bismar (2), Makalah kejahatan korporasi dan pertanggungjawabannya, < http : // www. Bismarnasty.wordpress.pdf >, diakses tanggal 23 Mei 2008 Nurhayati, Irna, Ulasan Tentang Status Badan Hukum Perseroan Terbatas

Menurut UU No. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas,< http : //

www.google.com >, status badan hukum PT, diakses tanggal 23 Mei 2008 Purnamasari, Irma Devita, Pendirian Perseroan Terbatas, < http : //

Rahardjo, Budi, Cyberlaw : Teritori dalam cyberspace, realitas dan virtualitas, <http : // www. Budi.insan.co.id >, diakses tanggal 23 Mei 2008

Singara, Julius Indra Dwipayono, Pengakuan Tanda Tangan Elektronik Dalam

Hukum Pembuktian Indonesia, < http : // www. Legalitas.ord > diakses

tanggal 23 Mei 2008

Sumarsono, Raharjo Ignasius, Informasi Elektronik Pada Electronic – Commerce

Dalam Hukum Pembuktian Perdata, < http : // www. Lib.unair.ac.id >,

diakses tanggal 23 Mei 2008

Wirawan, Mendirikan Perseroan Terbatas, < http : // www. Google.com > prosedur pendirian PT, diakses tanggal 23 Mei 2008

Makalah

Sosialisasi Undang – Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, pada tanggal 22 Agustus 2007 di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam membangun suatu bisnis, para pengusaha membutuhkan suatu tempat untuk dapat bertindak melakukan perbuatan hukum dan bertransaksi. Pemilihan jenis badan usaha ataupun badan hukum yang akan dijadikan sebagai sarana usaha tergantung pada keperluan para pendirinya. Perseroan Terbatas merupakan salah satu badan usaha yang relatif dominan di dalam kegiatan perekonomian Indonesia karena memiliki sifat, ciri khas dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bentuk badan usaha lainnya, yaitu :1

1. Merupakan bentuk persekutuan yang berbadan hukum 2. Merupakan kumpulan modal / saham

3. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan para perseronya 4. Pemegang saham memiliki tanggung jawab yang terbatas

5. Adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau direksi

6. Memiliki komisaris yang berfungsi sebagai pengawas 7. Kekuasaan tertinggi berada pada RUPS

1

Irma Devita Purnamasari, Pendirian Perseroan Terbatas, <http : // www.google.com,>prosedur pendirian PT, yang diakses pada tanggal 10 Maret 2008, hal 1

Perseroan Terbatas dominan dipergunakan oleh para pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya disebabkan karena Perseroan Terbatas memiliki beberapa keuntungan yang membuatnya begitu menarik. Adapun keuntungan utama dari mendirikan Perseroan Terbatas ini adalah :2

a. Kewajiban terbatas.

Tidak seperti partnership, pemegang saham sebuah perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk obligasi dan hutang perusahaan. Akibatnya kehilangan potensial yang "terbatas" tidak dapat melebihi dari jumlah yang mereka bayarkan terhadap saham. Tidak hanya ini mengijinkan perusahaan untuk melaksanakan dalam usaha yang beresiko, tetapi kewajiban terbatas juga membentuk dasar untuk perdagangan di saham perusahaan.

b. Masa hidup abadi

Aset dan struktur perusahaan dapat melewati masa hidup dari pemegang sahamnya, pejabat atau direktur. Ini menyebabkan stabilitas modal, yang dapat menjadi investasi dalam proyek yang lebih besar dan dalam jangka waktu yang lebih panjang daripada aset perusahaan tetap dapat menjadi subyek disolusi dan penyebaran. Kelebihan ini juga sangat penting dalam periode pertengahan, ketika tanah disumbangkan kepada Gereja (sebuah perusahaan) yang tidak akan mengumpulkan biaya feudal yang seorang tuan tanah dapat mengklaim ketika pemilik tanah meninggal.

2

c. Efisiensi manajemen

Manajemen dan spesialisasi memungkinkan pengelolaan modal yang efisien sehingga memungkinkan untuk melakukan ekspansi. Dan dengan menempatkan orang yang tepat, efisiensi maksimum dari modal yang ada. Dan juga adanya pemisahan antara pengelola dan pemilik perusahaan, sehingga terlihat tugas pokok dan fungsi masing-masing.

Selain keuntungan utama dari pendirian PT di atas, PT juga memiliki beberapa keuntungan lain yang membuat pelaku usaha lebih suka mendirikan PT yaitu :3

a. Memungkinkan pengumpulan modal besar b. Memiliki status sebagai badan hukum c. Tanggung jawab terbatas

d. Pengalihan kepemilikan lebih mudah e. Jangka waktu tidak terbatas

f. Manajemen yang lebih kuat

g. Kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin

h. Biasanya untuk Penanaman Modal Asing ( PMA ) ada fasilitas bebas pajak (

tax holiday )

3

Abdul R. Saliman, Hermansyah dan Ahmad Jalis, Hukum Bisnis untuk Perusahaan, (Jakarta : Fajar Interpratama Offset, 2005 ), hal 104

Selain memiliki keuntungan utama dari mendirikan Perseroan Terbatas, mendirikan Perseroan Terbatas juga memiliki kelemahan yaitu :4

1. Kerumitan perizinan dan organisasi. Untuk mendirikan sebuah PT tidaklah mudah. Selain biayanya yang tidak sedikit, PT juga membutuhkan akta notaris dan izin khusus untuk usaha tertentu. Lalu dengan besarnya perusahaan tersebut, biaya pengorganisasian akan keluar sangat besar. Belum lagi kerumitan dan kendala yang terjadi dalam tingkat personel. Hubungan antar perorangan juga lebih formal dan berkesan kaku.

2. Pengenaan pajak ganda

3. Ketentuan perundangan yang lebih ketat 4. Rahasia perusahaan relatif kurang terjamin

5. Biasanya untuk PMA, sedikit rentan terhadap situasi dan kondisi sosial, politik, dan keamanan suatu negara.

Perseroan dalam pengertian umum adalah perusahaan atau orgarnisasi usaha.5 Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap

(NV), adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal

terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya.

4

Ibid

5

I. G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Terbatas Khusus Pemahaman Atas Undang –

Modal PT terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, sehingga perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. Perseroan terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Perseroan Terbatas membatasi tanggung jawab pemilik modal, yaitu sebesar jumlah saham yang dimiliki sehingga bentuk usaha seperti ini banyak diminati, terutama bagi perusahaan dengan jumlah modal yang besar. Demikian pula adanya kemudahan untuk menarik dana dari masyarakat dengan jalan penjualan saham juga merupakan satu dorongan untuk mendirikan Perseroan Terbatas. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan.

Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham.6 Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar – kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.7

Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi. Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga tetap tanpa menghiraukan untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut.

6

Lihat UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT, Pasal 3 ayat ( 1 )

7

Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, ( Bandung : CV. Nuansa Aulia, 2006 ), hal. 54

Menurut Sri Rejeki Hartono :

“ Bentuk badan usaha Perseroan Terbatas sangat diminati oleh masyarakat karena pada umumnya Perseroan Terbatas mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri, mampu mengadakan kapitalisasi modal dan sebagai wahana yang potensial untuk memperoleh keuntungan baik bagi instansinya sendiri maupun bagi para pendukungnya (pemegang saham)”.8

Sebagai suatu wadah untuk melakukan kegiatan usaha, Perseroan Terbatas didukung oleh perangkat organisasi serta tenaga manusia yang mengendalikannya. Untuk itu dibutuhkan kerangka kerja hukum yang pasti agar unit usaha ini dapat bekerja dengan produktif dan efisien. Landasan hukum diperlukan agar kerancuan hukum dapat diatasi, dan terdapat arahan hukum yang jelas bagi Perseroan Terbatas dalam melaksanakan kegiatannya. 9 Tanpa adanya landasan hukum yang jelas maka akan membuat pihak – pihak yang ingin menanamkan modalnya dengan cara mendirikan perseroan terbatas tidak berani untuk melakukannya sebab apabila dikemudian hari terjadi suatu peristiwa hukum maka pemilik modal atau pendiri perseroan terbatas tersebut tidak dapat menyelamatkan modalnya sendiri atau setidaknya dia dapat membela dirinya.

Sebenarnya Indonesia telah memiliki suatu peraturan perundang – undangan yang mengatur tentang perusahaan secara umum yang terdapat di dalam Kitab Undang – Undang Hukum Dagang yang terdapat di dalam Pasal 36 sampai

8

Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002 ), hal. 13

9

Normin S. Pakpahan, Perseroan Terbatas Sebagai Instrument Kegiatan Ekonomi, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 2, hal 73

dengan Pasal 56. Namun peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel,

Staatsblad 1847: 23), sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ekonomi dan

dunia usaha yang semakin pesat baik secara nasional maupun internasional maka lahirlah Undang – Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang menjadi lex specialis dari hukum perusahaan. 10

Setelah UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas ini dilaksanakan dan menjadi landasan hukum bagi setiap orang yang ingin mendirikan perusahaan selama 12 tahun, maka pada tahun 2007 pemerintah bersama – sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Jadi dengan lahirnya UU ini maka peraturan sebelum UU No. 40 Tahun 2007 ini lahir dinyatakan tidak berlaku lagi dan Perseroan Terbatas yang telah berdiri sebelum UU ini lahir harus menyesuaikan perusahaannya dengan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Yang menjadi pertimbangan lahirnya UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ini yaitu : 11

1. Bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, perlu didorong oleh kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

10

Lihat Considerans UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas huruf a

11

2. Bahwa dalam rangka lebih meningkatkan pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi perkembangan perekonomian dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi pada masa mendatang, perlu didukung oleh suatu undang – undang yang mengatur tentang perseroan terbatas yang dapat menjamin terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif.

3. Bahwa Perseroan Terbatas sebagai salah satu pilar pembangunan nasional perlu diberikan landasan hukum untuk lebih memacu pembangunan nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

4. Bahwa Undang – Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga perlu diganti dengan undang – undang yang baru.

Dengan dasar pertimbangan tersebutlah maka dikeluarkannya UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas agar menjadi payung hukum bagi setiap orang yang mau menanamkan modalnya atau melakukan usaha dengan cara mendirikan Perseroan Terbatas.

Di dalam UU No. 40 Tahun 2007 terdapat beberapa perubahan – perubahan tentang prosedur pendirian PT yang tidak diatur dalam UU No. 1 Tahun 1995. Dalam prosedur pendirian PT dalam UU No. 40 Tahun 2007 diatur mengenai tanda tangan digital. Tanda tangan digital ini dipergunakan dalam pemberian pengesahan PT oleh Menteri Hukum dan HAM. Pemberian

pengesahan ini dilakukan melalui sisminbakum ( diatur di dalam Pasal 9 – Pasal 10 UU No. 40 Tahun 2007 ) yang tidak ada diatur sebelumnya di dalam UU No. 1 Tahun 1995.

Dalam hal pendaftaran PT dan pengumumannya, sebelumnya di dalam UU No. 1 Tahun 1995 proses tersebut dilakukan oleh Direksi (diatur dalam Pasal 21), tetapi pada UU No. 40 Tahun 2007 proses pendaftaran PT dan pengumumannya dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM ( diatur dalam Pasal 29 – 30 ). Perubahan lainnya yang tidak terdapat sebelumnya di dalam UU No. 1 Tahun 1995 ini yaitu dalam RUPS. Pemegang saham yang tidak dapat hadir dalam RUPS dapat menggunakan media elektronik yang memungkinkan para pemegang saham saling melihat dan mendengar secara langsung satu sama yang lainnya serta berpartisipasi dalam rapat.

B. Perumusan Masalah

UUPT menentukan dan mengatur tentang prosedur dari pendirian PT yang baru. Hal ini perlu diketahui oleh para pihak yang ingin memperluas usahanya dan memperoleh keuntungan dengan mendirikan PT yang merupakan badan hukum yang diakui di Indonesia agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Namun terdapat hal – hal yang berbeda mengenai prosedur pendirian PT yang diatur di dalam UU No. 1 Tahun 1995 dengan UU No. 40 Tahun 2007 yang perlu diketahui oleh semua pihak agar tidak bertentangan dengan peraturan perundang – undangan.

Dengan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pendirian PT berdasarkan UU No. 1 Tahun 1995 dan UU No. 40 Tahun 2007 serta perubahan – perubahannya.

2. Bagaimana akibat hukum pendirian PT bagi pendiri PT dan pemegang saham.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pendirian Perseroan Terbatas,

baik berdasarkan UU No. 1 Tahun 1995 maupun berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 serta perubahan – perubahannya

b. Untuk mengetahui akibat hukum dari pendirian Perseroan Terbatas setelah keluarnya UU No. 40 Tahun 2007 terhadap pendiri dan pemegang saham.

2. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Secara Teoritis

Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah – masalah yang telah dirumuskan akan memberikan kontribusi pemikiran serta menimbulkan

pemahaman tentang prosedur pendirian Perseroan Terbatas yang ada dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

b. Secara Praktis

Secara praktis, pembahasan terhadap masalah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca, khususnya bagi para pelaku bisnis yang memiliki keinginan untuk memperluas bisnisnya dengan mendirikan sebuah Perseroan Terbatas agar dapat mengetahui dengan jelas prosedur dari pendirian Perseroan Terbatas yang terdapat dalam UU No. 40 Tahun 2007. Dan juga sebagai bahan untuk kajian bagi para akademisi dalam menambah wawasan pengetahuan terutama dalam bidang pendirian Perseroan Terbatas.

D. Keaslian Penulisan

“Aspek Hukum Pendirian Perseroan Terbatas Menurut UU No. 40 Tahun 2007“ yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan kalaupun ada substansi pembahasannya berbeda. Penulisan skripsi ini disusun melalui referensi buku – buku, media cetak, dan elektronik serta bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan berasal dari kata “ Sero “, yang mempunyai arti “ Saham “. Sedangkan kata Terbatas menunjukkan adanya tanggung jawab yang terbatas. Dengan demikian Perseroan Terbatas dapat dijelaskan sebagai bentuk usaha yang modalnya terdiri dari saham – saham yang masing–masing pemegangnya atau anggotanya bertanggungjawab terbatas sampai pada nilai saham / modal yang dimilikinya.

Menurut Undang – Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 1 angka ( 1 ) dinyatakan bahwa :12

“ Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut dengan Perseroan, adalah

Dokumen terkait