• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah satu upaya meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan pemberian bahan organik. Fungsi bahan organik dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman meliputi (1) fungsi hara, (2) fungsi biologi, (3) fungsi fisik, (4) fungsi kimia, dan (5) fungsi fisiologi (Anwar dan Sudadi 2013). Selain itu, bahan organik berperan sebagai sumber utama donor elektron sehingga memungkinkan lebih mudahnya proses reduksi dalam tanah.

Unsur hara P termasuk unsur hara makro karena diperlukan dalam jumlah banyak oleh tanaman. Ketersediaan P bagi tanaman menjadi sangat penting karena perannya dalam merangsang pertumbuhan akar terutama pada awal pertumbuhan, pembelahan sel, mempercepat proses pematangan buah, pembentukan bunga, perbaikan kualitas tanaman, dan sebagai pengangkut energi hasil metabolisme dalam tanaman. Menurut Soepardi (1983), fosfor mengatur banyak proses enzimatik, fosforilisasi adenosindifosfat (ADP) menjadi adenosintrifosfat (ATP), pembentukan albumin dan lemak.

Dikarenakan ketersediaan fosfor yang sedikit dalam tanah dan sifatnya yang mudah terfiksasi namun dibutuhkan dalam jumlah banyak, maka peran pemupukan P menjadi sangat penting. Meskipun demikian, pemupukan P yang terus-menerus akan berakibat terjadinya akumulasi residu P dalam tanah. Pada kondisi ini, pemupukan P berikutnya tidak berakibat pada peningkatan produksi yang berarti, yang dikenal sebagai gejala leveling off. Penelitian Sitorus (2013) memperlihatkan bahwa tanah pertanian di Jawa Barat telah mengalami penumpukan residu pupuk P yang ditunjukkan oleh kadar P-HCl 25% rata-rata sebesar 721±436 ppm P2O5 (n=7). Oleh karena itu perlu diupayakan untuk

meningkatkan ketersediaan P tersebut.

Ketersediaan P dipengaruhi salah satunya oleh bahan organik tanah melalui hasil dekomposisinya yang menghasilkan asam-asam organik. Salah satu fenomena yang terjadi adalah anion organik dari bahan organik tanah akan mengikat ion Al, Fe, dan Ca dalam larutan tanah, dan membentuk senyawa komplek yang sukar larut. Hal tersebut akan mengurangi konsentrasi ion Al, Fe, Ca yang dapat mengikat P tersedia dalam tanah (Nurhayati et al 1986). Pada kondisi tanah tergenang, beberapa mekanisme yang dapat meningkatkan ketersediaan P adalah (1) reduksi Fe(III)-P, (2) tersedianya P karena pelarutan lapisan oksidasi di sekitar partikel P, dan (3) peningkatan kelarutan apatit pada tanah kalkareus jika pH turun menjadi sekitar 6,5. Penelitian perubahan fraksi P akibat pemberian bahan organik dalam kondisi kapasitas lapang telah dilakukan oleh Hartono et al (2000). Penelitian ini akan mempelajari perubahan fraksi P lambat tersedia (P-NaOH) akibat penambahan bahan organik pada kondisi tanah digenangi.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perubahan fraksi fosfor lambat tersedia pada tanah tergenang yang diameliorasi bahan organik.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel tanah yang diambil dari areal persawahan Cangkurawok. Penelitian dan analisis dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian laboratorium dilakukan dari bulan Februari sampai September 2014.

Pengambilan dan Persiapan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada tanggal 11 Desember 2013 pada 5 titik secara komposit pada hamparan sawah seluas 1000 m2. Dalam tahap persiapan, sampel tanah dikeringudarakan kemudian ditumbuk dan disaring dengan ayakan ± 0.5 cm. Tanah kemudian ditimbang seberat 200 gram BKM ke dalam pot percobaan dan digenangi dengan ketinggian ± 3 cm dari permukaan tanah. Pot percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 18 pot.

Perlakuan Bahan Organik dan Waktu Penggenangan

Terdapat 6 dosis bahan organik dengan 3 kali ulangan, yaitu dosis pertama 0 kg/ha atau setara dengan 0 g/pot sebagai kontrol, dosis kedua yaitu 500 kg/ha atau setara dengan 0.05 g/pot, dosis ketiga 750 kg/ha atau setara dengan 0.075 g /pot, dosis keempat 1000kg/ha atau setara dengan 0.1 g/pot, dosis kelima yaitu 2000 kg/ha atau setara dengan 0.2 g/pot, dan dosis keenam yaitu 5000 kg/ha atau setara dengan 0.5 g/pot. Penyetaraan dosis dilakukan atas dasar asumsi bahwa BD tanah sebesar 1 g/cm3 dan kedalaman tanah yang diperhitungkan adalah 20 cm. Sumber bahan organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik komersial. Sampel tanah yang sudah diberi perlakuan bahan organik, selanjutnya digenangi selama 28 hari dan dianalisis secara berkala setiap minggu.

Ekstraksi dan Penetapan P Lambat Tersedia

Penetapan P-lambat tersedia dilakukan setelah P cepat tersedia ditetapkan. Sampel tanah diekstraksi dengan menggunakan metode Tiessen dan Moir (1993). Secara lengkap fraksionasi P dalam metode ini adalah sebagai berikut.

1. Resin-Pinorganik (Pi) adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang sangat tersedia bagi tanaman.

2. NaHCO3-Pi, -Porganik (Po) adalah fraksi P cepat tersedia yang terikat

2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perubahan fraksi fosfor lambat tersedia pada tanah tergenang yang diameliorasi bahan organik.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel tanah yang diambil dari areal persawahan Cangkurawok. Penelitian dan analisis dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian laboratorium dilakukan dari bulan Februari sampai September 2014.

Pengambilan dan Persiapan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada tanggal 11 Desember 2013 pada 5 titik secara komposit pada hamparan sawah seluas 1000 m2. Dalam tahap persiapan, sampel tanah dikeringudarakan kemudian ditumbuk dan disaring dengan ayakan ± 0.5 cm. Tanah kemudian ditimbang seberat 200 gram BKM ke dalam pot percobaan dan digenangi dengan ketinggian ± 3 cm dari permukaan tanah. Pot percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 18 pot.

Perlakuan Bahan Organik dan Waktu Penggenangan

Terdapat 6 dosis bahan organik dengan 3 kali ulangan, yaitu dosis pertama 0 kg/ha atau setara dengan 0 g/pot sebagai kontrol, dosis kedua yaitu 500 kg/ha atau setara dengan 0.05 g/pot, dosis ketiga 750 kg/ha atau setara dengan 0.075 g /pot, dosis keempat 1000kg/ha atau setara dengan 0.1 g/pot, dosis kelima yaitu 2000 kg/ha atau setara dengan 0.2 g/pot, dan dosis keenam yaitu 5000 kg/ha atau setara dengan 0.5 g/pot. Penyetaraan dosis dilakukan atas dasar asumsi bahwa BD tanah sebesar 1 g/cm3 dan kedalaman tanah yang diperhitungkan adalah 20 cm. Sumber bahan organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik komersial. Sampel tanah yang sudah diberi perlakuan bahan organik, selanjutnya digenangi selama 28 hari dan dianalisis secara berkala setiap minggu.

Ekstraksi dan Penetapan P Lambat Tersedia

Penetapan P-lambat tersedia dilakukan setelah P cepat tersedia ditetapkan. Sampel tanah diekstraksi dengan menggunakan metode Tiessen dan Moir (1993). Secara lengkap fraksionasi P dalam metode ini adalah sebagai berikut.

1. Resin-Pinorganik (Pi) adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang sangat tersedia bagi tanaman.

2. NaHCO3-Pi, -Porganik (Po) adalah fraksi P cepat tersedia yang terikat

3. NaOH-Pi, -Po adalah fraksi P lambat tersedia yang terikat kuat oleh Al dan Fe.

4. HCl-Pi, adalah fraksi P yang tidak tersedia.

5. Residual-P adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai occluded P

dan P organik yang sangat sukar larut.

Proses pengekstraksian diawali dengan mendekantasi sampel tanah yang telah diekstraksi dengan 0.5M NaHCO3 ke dalam tabung sentrifusi 25 mL,

kemudian ditambahkan larutan pengekstrak sebanyak 20 mL. Larutan pengekstrak yang digunakan adalah 0.1M NaOH. Pada metode Tiessen dan Moir (1993), seharusnya sampel dikocok selama 16 jam, lalu disentrifusi dengan kecepatan 25.000 rpm. Dikarenakan keterbatasan alat dan alasan keamanan, maka sampel dikocok selama 2 x 2 jam dengan jeda 30 menit, dibiarkan semalaman, lalu dikocok lagi selama 2 x 2 jam dengan jeda yang sama. Sampel kemudian disentrifusi 2 x 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Hasil sentrifusi kemudian disaring menggunakan vacuum pump dan saringan milipore 0.45 µm. Tanah dalam tabung sentrifusi dikeringudarakan, lalu dioven pada suhu 105°C untuk mendapatkan berat kering mutlak (BKM) tanah.

Penetapan P Inorganik NaOH

Pada penetapan P inorganik, hasil ekstrak tanah dipipet 10 mL ke dalam tabung sentrifusi 25 mL. Sebelum menetapkan P, pH diturunkan untuk mengendapkan P organik dengan 1.6 mL 0.9 M H2SO4 hingga mencapai pH 1.5

dan disimpan di dalam lemari pendingin selama 30 menit. Kemudian disentrifusi dan didekantasi ke dalam labu takar 50 mL. Sebelum dilakukan pewarnaan MR (Murphy dan Riley) untuk pengukuran konsentrasi P larutan, maka terhadap larutan ini perlu dilakukan pengaturan pH dengan indikator paranitrofenol (pH 5 – 7). Larutan dalam labu takar mula-mula diberi sekitar 5 tetes indikator paranitrofenol, lalu ditetesi larutan 4 M NaOH sampai larutan berwarna kuning tetap, dan kemudian ditetesi dengan larutan 0.25 M H2SO4 hingga larutan

berwarna (bening) tetap. Selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan menggunakan larutan MR (Murphy dan Riley) sebanyak 8 mL kemudian ditera dengan menggunakan aquades sampai tepat 50 mL. Dengan cara yang sama deret standar 0, 0.1, 0.3, 0.5 dan 1.0 ppm P juga dipersiapkan. Konsentrasi P pada larutan sampel dan larutan standar diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 712 nm.

Penetapan P Total NaOH

Pada penetapan P total, hasil ekstrak tanah dipipet 5 mL dan dimasukkan ke dalam gelas vial. Kemudian ditambahkan 0.6 g ammonium persulfate dan 10 mL larutan 0.9 M H2SO4. Gelas vial dibungkus menggunakan alumunium foil dan

diautoklaf selama 60 menit. Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk mendestruksi bentuk-bentuk P organik menjadi P inorganik. Selanujtnya dilakukan pengaturan pH, penyiapan standar, dan pengukuran P sebagaimana diuraikan di atas.

4

Penetapan P Organik NaOH

Konsentrasi P organik didapatkan dari selisih antara konsentrasi P total dan P inorganik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait