• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Latar Belakang Masalah

Setiap Negara di seluruh belahan dunia ini, pasti memiliki tujuan untuk

mampu mencetak dan melahirkan generasi yang unggul dengan kecerdasan yang

berkarakter dalam diri setiap individu. Dapat kita perhatikan bahwa seetiap

Negara pasti memiliki sistem pendidikannya masing-masing. Apabila suatu

Negara mampu mencetak dan melahirkan generasi yang berkarakter tersebut,

maka mereka akan mampu berkompetisi dengan bangsa lain, terutama adalah

dalam bidang pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai hal yang utama dalam

perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, dikatakan demikian dikarenakan,

apabila keadaan pendidikan dari suatu bangsa berada dalam keadaan yang baik

dan maju, maka Negara tersebut akan memiliki peluang untuk maju, serta mampu

untuk berkompetisi dengan bangsa lain.

Tentunya melalui lahir dan terbentuknya generasi yang bukan hanya

cerdas, terampil dan unggul akan tetapi juga memiliki kepribadian dan kecakapan

sosial yang berkarakter. Dapat dikatakan demikian, dikarenakan yang akan

dijadikan penentu maju atau mundurnya suatu Negara tidak lain adalah mereka

para generasi muda. Keadaan maju atau tidaknya suatu bangsa adalah bergantung

pada bagaimana keadaan generasi muda dari bangsa tersebut. Pendidikan adalah

salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan dari pembangunan kualitas

generasi muda bangsa, maka perlu diperbaharui melalui berbagai kebijakan dalam

terarah berdasarkan berbagai kepentingan yang tertuju pada kemajuan dalam

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta dengan berlandaskan oleh

keimanan dan ketakwaan (IMTAK).1

Dalam setiap jenjang pendidikan, selain pendidikan yang didapatkannya

setiap individu juga akan mendapatkan pengetahuan dan dari pengetahuan

tersebut akan tumbuh pemahaman dalam diri anak. Mulai dari pengetahuan

agama, pengetahuan mengenai kehidupan nyata dari peserta didik sampai dengan

pengetahuan tentang peraturan-peraturan berupa kaidah-kaidah (nilai dan norma)

yang mereka dipahami dan kemudian ditaati, hal tersebut berawal dari

pengetahuan dasar sampai kepada pengetahuan yang akan mengarah pada hal-hal

yang lebih kompleks. Dengan pendidikan tersebut, lambat laun dalam diri setiap

anak pada akhirnya akan mulai tumbuh bagaimana ia harus bersikap dan

menghadapi setiap kesulitan dalam dirinya juga dalam lingkungannya.

Pendidikan dan juga pembangunan karakter, dianggap sebagai bagian yang

penting dalam sebuah peradaban bangsa, karena melalui peserta didik yang

berkarakter kuat, maka akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan nasional

bangsa Indonesia.2 Salah satu langkah pemerintah dalam meminimalisir dan

mencegah berbagai masalah yang akan muncul dari terjadinya degradasi budaya

dan karakter bangsa adalah melalui pendidikan. Dengan adanya berbagai

pembaharuan serta kebijakan dalam pendidikan, maka diharapkan semua hal

1

Nurul Hidayah, Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Garudhawaca, 2016), h. 3

2

Heri Maulana, Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah Alam (Jurnal Khasanah Ilmu-Volume 7 No. 1-2016, Tersedia: http://download.portalgaruda.org/article.php, (diakses 18 Januari 2018 Jam 23.00), h. 22

tersebut akan mampu membangun dasar karakter generasi muda bangsa Indonesia

dan membawanya dalam arah yang lebih baik.

Selain itu, yang perlu diingat adalah bahwa penanaman karakter anak tidak

hanya bisa di terapkan melalui dua mata pelajaran tersebut, melainkan pada

keseluruhan mata pelajaran yang saling berpadu dalam hal mewujudkan tujuan

dari pendidikan karakter. Saat ini sistem pendidikan dan pembelajaran dalam

lembaga sekolah di Indonesia, cenderung sering menerima berbagai kritik

terutama oleh masyarakat. Pendidikan Indonesia dinilai lebih mengutamakan

aspek kognitif, akan tetapi kurang dalam hal moral dan emosi. Beberapa kritikan

tersebut, sampai mengatakan bahwa pendidikan Indonesia yang terjadi saat ini

lebih terkesan mekanistik full hafalan sehingga hal tersebut dapat mengkerdilkan

dan mematikan kreativitas peserta didik.3 Kritikan tersebut memanglah suatu hal

yang tidak dapat dipungkiri, karena memang dalam prakteknya saat ini, peserta

didik cenderung ditekan dalam hal intelektualnya. Hal tersebut berarti, dalam

kegiatan pembelajaran yang lakukan kurang memasukkan nilai-nilai karakter yang

seharusnya ada dalam diri setiap peserta didik, itulah yang dapat memicu terhadap

terjadinya berbagai pelanggaran peraturan undang-undang dan nilai-nilai oleh

masyarakat. Merupakan hal yang penting tentang pendidikan karakter untuk setiap

anak, terutama dalam usia sekolah Taman Kanak-kanak dan usia Sekolah Dasar.

Dapat dikatakan demikian karena setiap individu yang berkarakter, maka di dalam

diri mereka akan terdapat hal-hal posotif yang dapat dijadikan bekal dalam

3

Huriah Rachmah, Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (E-Journal WIDYA Non Eksata Volume 1 Nomor 1 Juli-Desember 2013),Tersedia:http://e-journal.jurwidyakop3.com/index.php/ejournalnoneksakta/article/ download /134/117, (diakses 18 Januari 2018 Jam 20.00). h. 9

kehidupannya sehari-hari dan dapat digunakan dalam berinteraksi dan

bersosialisasi baik dengan keluarga, orang tua, saudara, teman, tetangga,

masyarakat dan dengan setiap orang yang ia temui. Sebagaimana Allah telah

berfirman dalam dalam kitab suci Al-Qur’an surat AL-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah ( Q.S. AL-Ahzab: 21).4

Inti dari kandungan surah Al-Ahzab di atas adalah bahwa, Allah SWT

telah memberikan perintah kepada manusia agar menjadikan Rasulullah SAW

sebagai contoh teladan yang berakhlaqul karimah (akhlak mulia). Dengan

turunnya ayat tersebut Allah SWT menginginkan manusia dalam kehidupannya di

dunia untuk dapat meenentukan sikapnya dalam bentuk akhlakul karimah yang

ditunjukkan dengan perbuatan serta perilaku yang mulia pula dan mencerminkan

dari kepribadiannya yang berarakter, serta pentingnya pembentukan karakter

tersebut sejak usia dini, terutama bagi anak-anak. Dengan demikian, seorang anak

diharapkan bukan hanya saja unggul dalam pengetahuannya, akan tetapi juga

unggul pada karakternya. Dikarenakan akan jauh lebih baik apabila karakter

seseorang dibarengi dengan pengetahuannya yang baik pula.

4

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2015), h. 420

Sejak awal Indonesia merdeka hingga pada era reformasi ini, sebenarnya

pendidikan karakter sudah ada dan bukan menjadi hal yang asing lagi di telinga

masyarakat Indonesia. Berbagai upaya telah diupayakan pemerintah Indonesia

dalam rangka menciptakan pendidikan yang berkarakter. Saat itu, pendidikan

akhlak atau disebut juga pendidikan karakter dalam prakteknya disatukan ke

dalam pempelajaran agama, sehingga hanya dilaksanakan oleh guru agama saja,

itulah salah satu penyebab dari kurang berhasilnya pelaksanaan program

pendidikan karakter. Dapat dikatakan demikian, karena hingga saat ini banyak

terjadi berbagai fenomena maupun kejadian sosial yang menyimpang dan

meelanggar peraturan-peraturan dalam masyarakat.5 Sebagai contoh dari

fenomena tersebut diantaranya yaitu tawuran pelajar, pergaulan bebas,

kesenjangan kondisi sosial-ekonomi dan politik dalam masyarakat, perlakuan

hukum yang berlaku di Negara Indonesia saat ini dinilai tidak adil dan terutama

bagi kelompok masyarakat menengah ke bawah.

Selain hal-hal tersebut terjadi juga kerusakan lingkungan, tindak

kekerasan, korupsi yang terus mewabah sampai semua lapisan masyarakat,

perilaku anarkis dan berbagai konflik sosial yang kerap timbul dan meresahkan

masyarakat. Dalam kehidupannya dahulu, rakyat/masyarakat Indonesia terbiasa

hidup dalam keberagaman, kebersamaan dan keharmonisan. Dengan segala

kebiasaan untuk selalu bersikap dan berperilaku santun, ramah, bersahabat, saling

menolong dan menghormati, bergotong royong dan bermusyawarah dalam

menemukan mufakat terhadap setiap problema yang mereka hadapi.

5

Seiring berkembangnya zaman era globalisasi saat ini, perlahan dan pasti

kebiasaan dari sikap dan perilaku-perilaku tersebut mulai luntur kemudian

menghilang dan sampai akhirnya berubah lebih kepada arah yang negatif.6

Karakter yang dimiliki seorang individu dapat terwujud melalui keteladanan dan

pembiasaan. Seorang individu dapat mulai dibiasakan dan dilatih sejak dini

dengan tujuan untuk memperoleh dasar karakter sesuai dengan yang diharapkan

dan dapat tertanam dalam diri individu tersebut. Apabila seseorang telah memiliki

dasar karakter, maka karakter tersebut tidak mudah untuk bisa diubah oleh

siapapun.

Berbagai model pembelajaran maupun pendekatan pembelajaran telah

banyak diterapkan di Indonesia, yang hadir dengan tujuan untuk mengefektifkan

dan mengefesiensikan proses pembelajaran. Pembelajaran yang berbasis

kecakapan hidup merupakan salah satu pelaksanaan pembelajaran yang dinilai

penting di dalam dunia pendidikan, yang digunakan untuk membangun dasar

karakter peserta didik sejak dini sebagai bekal dalam menghadapi perkembangan

zaman di masa yang akan datang. Setiap peserta didik dalam melalui setiap

jenjang pendidikannya harus memiliki aspek dasar. Khususnya pada jenjang

Sekolah Dasar yang diharuskan memiliki aspek dasar diantaranya aktif, kreatif,

produktif, kritis, jujur dan memiliki kecakapan dalam menalar dan memahami

setiap aspek kehidupannya secara baik dan unggul dalam setiap perkembangan

6

Rifki Afandi, Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Pedagogia Vol. 1, No. 1, Desember 2011:85-98, Tersedia: https://ojs.umsida.ac.id/ index.php/ pedagogia/article/view/File/32/36. h. 85

intelektualnya.7 Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diketahui bahwasanya

pembelajaran yang berorientasi pada pendidikan kecakapan hidup lebih

menekankan kepada pembentukan karakter anak dalam bentuk pembelajaran

akhlak.

Namun, disayangkan sekali mengenai keadaan dan kondisi moral generasi

bangsa Indonesia akhir-akhir ini. Generasi muda pada zaman ini, lebih banyak

tertarik untuk berperan dalam hal-hal yang berbau negatif. Hal tersebut, terbukti

dari semakin tingginya tingkat pelanggaran, baik pelanggaran norma maupun

pelanggaran hukum yang lebih banyak dilakukan pada fase usia remaja.

Pelanggaran-pelanggaran tersebut diantaranya pencurian, kelompok geng motor

yang bertindak anarkis, penipuan hingga pada terjadinya tindakan yang lebih

berbahaya lagi. Dari kesekian permasalahan tersebut, apabila tidak segera

mendapatkan penanganan maka, semakin lama dapat semakin meresahkan dan

mengganggu keamanan sosial yang tercipta dalam masyarakat.

Pangkal awal dari terjadinya degradasi moral tersebut adalah dikarenakan

adanya pengaruh yang disebabkan dari berbagai faktor. Faktor tersebut salah satu

diantaranya adalah tingkat pendidikan di Negara Indonesia yang terbilang masih

rendah. Hal tersebut dikarenakan, rata-rata di Indonesia keadaan ekonomi dalam

setiap keluarga berada dalam taraf menengah ke bawah, sehingga kurang

mendukung bagi pendidikan anak-anaknya dalam menempati bangku sekolah

demi memperoleh pendidikan akademis dan pendidikan agama. Kedua pendidikan

tersebut merupakan suatu hal penting untuk didapatkan oleh setiap anak. Dimana

7

Depdiknas. Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup (SD/MI/ SDLB-SMP/MTS/SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK/MAK),Tersedia: http: //sdm uhcc. net/elearning/aridata-web/puskur/070-Model-PKH.pdf, (diakses 21 Februari 2018 Jam 15.51), h. 14

dengan pendidikan akademis dan pendidikan agama yang mereka telah dapatkan

dari bangku sekolah, dari situlah dapat mereka pahami berbagai pengetahuan yang

sangat berkaitan untuk setiap hal dalam kehidupan nyatanya. Selain itu, mereka

akan mampu memahami bagaimana mereka harus berperilaku sesuai dengan yang

diharapkan yaitu sesuai nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Berbagai keadaan yang nampak saat ini adalah tidak sedikit lulusan

sekolah dengan akadeemik dan vokasional yang cukup baik, namun sangat

disayangkan mereka yang kurang mampu mengaktualisasikan dirinya dalam

masyarakat secrara optimal serta kurang memiliki semangat juang untuk hidup.

Hal tersebut merupakan dampak dari pelaksanaan pembelajaran yang dinilai

hanya menekankan pada pengembangan kemampuan akademis dan vokasional

(hard skill) saja.8 Pembelajaran yang dilaksanakan belum banyak menyentuh pada

pembentukan kompetensi kepribadian dan sosial (soft skill).

Berdasarkan hal tersebut maka, diperlukan kegiatan pembelajaran lainnya

yang lebih efektif dan efesien dalam pendidikan akademis dan pembentukan

kepribadian pesrta didik, sebagai dasar dari karakter yang diperlukan setiap

peserta didik serta tertanam sejak dini sebagai bekal bagi kehidupan di masa

depannya nanti. Keberhasilan seseorang bukanlah hanya semata-mata ditentukan

karena intelektual dan kemampuan teknis yang dimilikinya, melainkan juga

ditentukan oleh kepribadian maupun sikapnya. Dimana kepribadian dan sikap

yang mereka miliki adalah sebagai karakter yang ia miliki, yang akan

8

Athfin Rizqi Syafiq. Implementasi Kebijakan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) di SMK Negeri 1 Trucuk Klaten (Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 5 Vol.V Tahun 2016),Tersedia:http://journal.student.uny.ac.id/ojs /ojs/index. php /sakp.pdf, (di akses 4 Februari 2018 Jam 14.42), h. 514-515

digunakannya dalam mengaktualisasikan atau mengaplikasikan pengetahuan serta

kemampuan yang dimilikinya secara optimal saat ia terjun dalam masyarakat

nanti.

Berdasarkan pemaparan informasi di atas, mengenai permasalahan dalam

pembangunan karakter peserta didik, maka penulis memutuskan untuk melakukan

prasurvey dengan melakukan wawancara. Kecakapan hidup yang dilaksanakan

dalam pembentukan karakter peserta didik adalah berupa pembiasaan. Pembiasaan

tersebut merupakan bagian dari strategi dan program pembinaan kepeserta

didikan, seperti pembiasaan untuk selalu bersifat sopan santun serta ramah

terhadap siapapun termasuk juga terhadap tamu yang datang, hal tersebut

dilakukan untuk dapat membentuk peserta didik agar memiliki akhlak yang mulia.

Pembiasaan peserta didik untuk dapat bersikap mandiri dan disiplin seperti

memakai dan membuka sepatu sendiri serta meletakkan dan menyusunnya di rak

sepatu yang telah disediakan di depan kelas.9

Selanjutnya wawancara dilakukan dengan seorang guru yakni Ibu Nurul

Istikomah, S.A.N yang beliau merupakan salah seorang guru kelas II SDIT

Permata Bunda II, untuk mendapatkan data awal tentang lokasi penelitian dan

upaya yang telah dilaksanakan dalam implementasi pembelajaran kecakapan

hidup dalam upaya pembentukan dasar karakter yang perlu dimiliki setiap peserta

didik. Hasil wawancara diantaranya yaitu, bahwasanya lembaga sekolah tersebut

merupakan sekolah yang memang berbasis Islam, artinya pembelajaran itu

memang mengikuti kurikulum yang ada, tetapi kurikulum tersebut diatur

9

Ahmad Darmanto, Pelaksanaan Program Pembelajaran Berbasis Kecakapan Hidup,

Hasil Wawancara yang dilakukan Penulis pada Tanggal 9 April 2018 Jam 11.00 di SDIT Permata Bunda II Bandar Lampung

sedemikian rupa didasarkan kepada nilai-nilai Islam, di dalamnya termasuk nilai

keislaman kemudian pengalaman dan penerapannya. Program pendidikan karakter

memang sudah dicanangkan sejak berdirinya lembaga sekolah ini. Pembentukan

karakter tersebut diterapkan kepada seluruh peserta didik melalui kegiatan

pembelajaran pembiasaan dan pengamalan/praktek atau disebut dengan

pembelajaran yang berorientasi pada pendidikan kecakapan hidup, namun semua

itu dilaksanakan secara bertahap. Tujuan dari pelaksanaan pembelajaran

kecakapan hidup dalam program pembangunan karakter tersebut adalah untuk

membentuk kepribadian peserta didik yang berkarakter itu sendiri. Pelaksanaan

dari program tersebut dapat diamati dari rangkaian proses kegiatan pembelajaran

yang dilaksanakan. Pendidik berupaya memberikan pemahaman kepada setiap

peserta didik mengenai nilai-nilai yang baik seperti nilai-nilai mengenai shalat

dhuha, nilai sopan santun, nilai kerja sama, nilai kedisiplinan dan sebagainya yang

kemudian dapat mereka pahami, setelah itu mereka akan diberikan kesempatan

untuk mengamalkan mengenai nilai-nilai yang diajarkan dalam bentuk

pengamalan/praktek untuk setiap harinya. Hal tersebut dilakukan agar setiap

peserta didik mampu terbiasa dalam melakukan nilai-nilai kebaikan tersebut, yang

dapat mereka ingat dan amalkan sampai mereka dewasa nantinya. Namun, setiap

program pastilah memiliki kendala, terutama dalam program pendidikan karakter

ini salah satu diantaranya yaitu ketidaksesuaian yang dilakukan sekolah dengan

Sehingga hal tersebut akan berdampak pada perkembangan peserta didik ketika

mereka berada dalam lingkungan sekolah.10

Wawancara juga dilakukan dengan Ibu April, S. Pd yang juga merupakan

guru kelas II SDIT Permata Bunda II, beliau menjelaskan bahwasanya terdapat

juga permasalahan lain diantaranya adalah mengenai kedisiplinan peserta didik

yaitu seringnya peserta didik datang terlambat ke sekolah meskipun mereka sudah

sering kali diingatkan oleh pendidik/guru untuk berangkat lebih awal. Lalu yang

kedua mengenai permasalahan kedisiplinan peserta didik di dalam kelas, masih

ada beberapa peserta didik yang memang tidak mengikuti peraturan dalam

kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Permasalahan ketiga adalah memang dalam

tahap usianya saat ini adalah hal yang wajar/normal ketika karena sesuatu

permasalahan kecil sehingga hal tersebut dapat membuat mereka berselisih dan

berkelahi dengan teman kelasnya Keempat yaitu dalam kegiatan pembelajaran

peserta didik hanya memiliki fokus belajar sekitar tujuh sampai delapan menit,

setelah itu mereka akan kembali bermain, berlarian dan terkadang tidak sopan.

Selanjutnya mengenai tanggung jawab, beberapa peserta didik sering

meninggalkan dan tidak mengerjakan tugas mereka.11

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwasanya, pelaksanaan

pembelajaran yang berbasis kecakapan hidup dalam program pembentukan

karakter sudah dilaksanakan sejak awal berdirinya lembaga sekolah tersebut,

10

Nurul Istikomah, Karakter Peserta Didik Kelas II dan Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Kecakapan Hidup, Hasil Wawancara yang dilakukan Penulis pada Tanggal 23 Januari 2018 Jam 10.00 di SDIT Permata Bunda II Bandar Lampung.

11

April, Permasalahan Karakter Peserta Didik Kelas II dan Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Kecakapan Hidup, Hasil Wawancara yang dilakukan Penulis pada Tanggal 25 Januari 2018 Jam 10.00 di SDIT Permata Bunda II Bandar Lampung.

namun mengenai hasilnya saat ini memang masih belum baik yang dapat dilihat

dari munculnya beberapa permasalahan yang telah dijelaskan di atas, diantaranya

kecakapan peserta didik dalam keterampilan pemecahan masalah-masalah

kehidupan (solving problem life skills) seperti, keterampilan peserta didik dalam

membuat sampah pada tempatnya, mandiri dalam menyelesaikan tugasnya,

kemampuan keterampilan hidup yang dasar seperti gemar membaca dan senang

belajar, serta keterampilan sosial awal peserta didik seperti kemampuan

menyimak orang lain, kemampuan untuk memulai percakapan, kemampuan

mendengarkan orang lain berbicara, kemampuan untuk bertanya, dan kemampuan

untuk memuji orang lain. Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan bagian

dari ruang lingkup pembiasaan kecakapan hidup yang perlu dikembangkan dan

terlebih dahulu perlu juga untuk diidentifikasi tentang kemampuan awal

masing-masing peserta didik sesuai dengan usianya.12

Dari hal tersebut, peneliti mulai tertarik melakukan sebuah penelitian

untuk mengetahui bagaimana kebijakan sekolah dan pendidik dalam membentuk

karakter peserta didik melalui program yang dilaksanakan dan penelitian ini

berjudul “Implementasi Pembelajaran Kecakapan Hidup dalam Membangun Karakter Peserta Didik Kelas II di SDIT Permata Bunda 2 Bandar Lampung”. Penulis melakukan penelitian ini, dengan harapan dapat menjadi sebuah referensi

sebagai salah satu upaya yang bukan hanya membangun kecerdasan intelektual,

melainkan juga membangun akhlak yang berkarakter bagi setiap peserta didik

12

Peserta Didik Kelas II, Pembelajaran Berbasis Kecakapan Hidup Kelas II Mata Pelajaran IPA, Hasil Observasi yang dilakukan Penulis pada Tanggal 24 Januari 2018 Jam 11.00 di SDIT Permata Bunda II Bandar Lampung

yang sangat penting untuk dimiliki sebagai bekal untuk kehidupan masa depannya

kelak.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka, dapat

ditemukan identifikasi masalah yang ada dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan dan pembangunan karakter merupakan salah satu hal yang dinilai

penting dalam peradaban bangsa untuk mampu berkompetisi dalam

menghadapi perkembangan serta kemajuan zaman.

2. Generasi bangsa yang cenderung bergaul dalam hal-hal negatif disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satu diantaranya yaitu penempatan peranan pendidikan

yang kurang tepat.

3. Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik saat ini cenderung dituntut untuk

memahami materi serta mampu memperoleh angka/nilai yang tinggi dalam

materi pembelajaran yang dilaluinya.

4. Pembangunan karakter peserta didik bukanlah hanya menjadi tugas dan

tanggung jawab sekolah melainkan perlu adanya upaya yang dilakukan secara

bersama-sama oleh sekolah, keluarga dan juga masyarakat yang saling

membahu dalam mewujudkan karakter yang diharapkan.

5. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan cenderung kurang menyentuh

C. Batasan Masalah

Adapun yang difokuskan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya difokuskan pada kecakapan personal dan kecakapan sosial

peserta didik yang sesuai dangan tingkat perkembangan peserta didik Sekolah

Dasar.

2. Penelitian ini terfokus pada pembangunan karakter yang meliputi religius,

tanggung jawab, disiplin dan gemar membaca dalam diri peserta didik.

3. Penelitan ini hanya dibatasi pada pembelajaran Agama Islam, Bahasa

Indonesia, dan PKn pada peserta didik kelas II Harun SDIT Permata Bunda 2

Bandar Lampung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana implementasi

pembelajaran kecakapan hidup dalam membangun karakter peserta didik kelas II

di SDIT Permata Bunda 2 Bandar Lampung?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

implementasi pembelajaran kecakapan hidup dalam membangun karakter peserta

didik kelas II di SDIT Permata Bunda 2 Bandar Lampung.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan beberapa manfaat,

1. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi kepala sekolah maupun dewan guru

dalam membuat kebijakan-kebijakan yang strategis dalam pelaksanaan

kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta pemahaman kepada peserta

didik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, bahwasanya demi

keberlangsungan hidup dan kepentingan dalam mengikuti perkembangan serta

kemajuan zaman pada masa yang akan datang, serta setiap anak perlu

berproses dalam pendidikan untuk dapat membentuk dasar karakter yang

diharapkan.

3. Bagi peneliti diharapkan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru

Dokumen terkait