• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penurunan produksi padi tahun 2014 terjadi di Pulau Jawa sebesar 0,83 juta ton, sedangkan produksi padi di luar Pulau Jawa mengalami kenaikan sebanyak 0,39 juta ton. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 41,61 ribu hektar (0,30 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 0,17 kuintal/hektar (0,33 persen)(Badan Pusat Statistik, 2015).

Dalam budidaya tanaman padi banyak terjadi serangan hama tikus, sebab tikus merupakan hama yang relatif sulit dikendalikan karena memiliki kemampuan adaptasi, mobilitas, dan kemampuan berkembangbiak yang pesat serta daya rusak yang tinggi, hal ini menyebabkan hama tikus selalu menjadi ancaman pada pertanaman padi. Kehilangan hasil produksi akibat serangan tikus cukup besar, karena menyerang tanaman sejak di persemaian hingga menjelang panen. Potensi perkembangbiakantikus sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan yang tersedia(Alfian dan Fatmal, 2008).

Perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT) periode laporan 15 Maret 2015 yang perlu menjadi perhatian pada tanaman padi sawah terjadi luas tambah akibat tikus seluas 24,4 ha sebagian besar terdapat di Kabupaten Simalungun, Tapanuli Utara dan Asahan(Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2015).

Usaha mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh tikus dapat dilakukan dengan berbagai alternatif pengendalian, baik secara kultur teknis, fisik mekanik, maupun secara kimia. Pengendalian hama tikus secara kimiawi merupakan alternatif yang paling umum dilakukan karena hasilnya dapat segera terlihat

dan mudah diaplikasikan pada areal yang luas. Namun penggunaan bahan kimia secara terus menerus untuk mengendalikan berbagai hama dan penyakit telah menimbulkan berbagai masalah baru, terutama bagi lingkungan. Solusi dari permasalahan tersebut salah satunya dengan mengaplikasikan rodentisida nabati berbahan dasar tumbuhan yang dapat menekan populasi tikus sehingga kerugian akibat serangan tikus dapat diminimalisir (Ayuning et al., 2013).

Tanaman secara alamiah diketahui menghasilkan senyawa sekunder yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi dirinya dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Hasil ekstraksi senyawa kimia ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang lebih selektif dan kurang persisten di alam jika dibandingkan dengan bahan aktif pestisida sintetis sehingga penggunaannya aman bagi para petani, pengguna, dan lingkungan di sekitarnya. Lebih dari 1500 tanaman berkhasiat sebagai bahan pestisida nabati untuk pengendalian hama (Laba, 2012).

Menurut Gunawan (2011), daun ruku-ruku mengandung minyak atsiri dengan eugenol sebagai komponen utama. Cara kerja dari senyawa ini ialah dengan bertindak sebagai racun perut yang mengakibatkan alat pencernaannya terganggu. Selain itu, senyawa ini juga menghambat reseptor perasa pada mulut larva yang mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa, sehingga tidak mampu mengenali makanannya dan pada akhirnya larva mati kelaparan.

Dhika et al., (2015) pada penelitiannya tentang toksisitas minyak atsiri menunjukkan bahwa minyak atsiri O. basilicum pada dosis 1500 mg/kgBB menyebabkan kerusakan fungsional pada saluran pencernaan dan hati pada

tikus.Pemberian eugenol sebesar 400-600 mg/kgBB mengakibatkan terjadinya kerusakan hati pada mencit dan sitotoksik pada sel hepatosit tikus jika diberikanper oral, tetapi tidak mengakibatkan sitotoksik pada pemberian 50% ekstrak etanol yang diberikan intraperitoneal (1g/kgBB) dan intradermal (10g/kgBB).

Sejauh ini belum ada laporan tentang penggunaan daun ruku-ruku untuk mengendalikan hama tikus sawah. Diharapkan daun ruku-ruku dapat dijadikan alternatif rodentisida nabati untuk mengendalikan tikus sawah. Selain cukup aman bagi lingkungan dan mudah terdegradasi oleh alam, bahan tersebut mudah dibudidayakan dan dapat membantu petani dalam segi ekonomi serta dapat dibuat dengan formulasi yang relatif sederhana sehingga mudah dikembangkan di masyarakat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui efikasi daun ruku-ruku (O. sanctum L.) terhadap mortalitas tikus sawah (Rattus argentiventer Robb& Kloss.).

Tujuan Penelitian

Mengetahui efikasi daun ruku-ruku (O. sanctum L.) terhadap mortalitas tikus sawah (Rattus argentiventer Robb& Kloss.).

Hipotesa Penelitian

Daun ruku-ruku (O. sanctum L.) efektif terhadap mortalitas tikus sawah (Rattus argentiventer Robb& Kloss.).

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai sumber informasi untuk pengendalian hama tikus sawah dansalah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program

ABSTRACT

Christine Nofriaeti Lusiana Sinaga.2016. Efficacy Test Botanical Rodenticides Ruku-ruku’s Leaves (O. sanctum L.) for mortality of rice field rat (R. rattus argentiventer Robb & Kloss.) in Laboratory supervised by Maryani Chyccu Tobing and Mukhtar Iskandar Pinem. The objective of the research was to know efficacy of botanical rodenticides ruku-ruku’s leaves for mortality of rice field rat. The research is held in Laboratory Vertebrate Pest Control Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BP2TP) from

December-Pebruary 2016. The method used was Randomized Complete Design non

factorial. Parameter observed were body weight of rats, bait consumption, mortality

percentage, behaviour of rats.

The result showed that ruku-ruku’s leaves affected reduction in body weight of R. rattus argentiventer. The highest bait consumption was showed on P3 (19,93%) and the lowest P0 (13,67%) on first day after application. The highest mortality percentage was showed on P3 (16,67%) and the lowest was showed on P0 (0,00%) on day eighteen after application. Behaviour of rats rest (46,64%), shiver (15,06%), along the floor (13,87%), biting cage (8,39%), bitting food/water box (6,75%), repeat salto (5,79%), lack of appetite (1,86%), tidak inactivity (0,98%), dan bleeding on eye/nose (0,66%).

ABSTRAK

Christine Nofriaeti Lusiana Sinaga. 2016. “Uji Efikasi Rodentisida Nabati Daun Ruku-ruku (Ocimum sanctum L.) Terhadap Mortalitas Tikus Sawah (Rattus rattus argentiventer Robb & Kloss.) di Laboratorium” dibawah bimbingan Maryani Cyccu Tobing dan Mukhtar Iskandar Pinem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi daun ruku-ruku (O. sanctum L.) terhadap mortalitas tikus sawah (Rattus argentiventer Robb & Kloss.). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hama Vertebrata Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BP2TP) pada Desember-Februari 2016. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial. Parameter yang diamati adalah perubahan bobot tubuh, tingkat konsumsi umpan, persentase mortalitas dan perilaku tikus.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan daun ruku-ruku berpengaruh terhadap penurunan bobot tubuh tikus sawah. Tingkat konsumsi umpan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (19,33g) dan terendah terdapat pada perlakuan P0 (13,67g) pada hari ke-1 setelah aplikasi. Persentase mortalitas tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (60% kandungan ruku-ruku dalam umpan) dan terendah terdapat pada perlakuan P0 (0% kandungan ruku-ruku dalam umpan) pada hari ke-18 setelah aplikasi. Perilaku tikus sawah yang diamati yaitu istirahat (46,64%), menggigil (15,06%), menyusur lantai (13,87%), menggigiti kandang (8,39%), menggigiti tempat makan/minum (6,75%), gerakan salto berulang (5,79%), kurang nafsu makan (1,86%), tidak aktif bergerak (0,98%), dan keluar darah pada mata/hidung (0,66%).

UJI EFIKASI RODENTISIDA NABATI DAUN RUKU - RUKU (Ocimum sanctum L.) TERHADAP MORTALITAS TIKUS SAWAH Rattus rattus argentiventer

Robb & Kloss. DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH:

CHRISTINE N L SINAGA

Dokumen terkait