• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masalah gizi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yang umum disebut sebagai masalah gizi ganda yaitu masalah gizi lebih yang ditimbulkan karena kebiasaan individu mengkonsumsi makanan yang melebihi kebutuhan gizinya serta masalah gizi kurang yang ditimbulkan karena kekurangan konsumsi pangan yang minimal yang dibutuhkan individu untuk hidup sehat (Rimbawan & Baliwati 2004). Masalah gizi lebih maupun gizi kurang merupakan hasil dari pola konsumsi masyarakat yang tidak memperhatikan kebutuhan dan keseimbangan gizi yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.

Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau sekelompok orang (keluarga, institusi) pada waktu dan tujuan tertentu. Tujuan memperoleh pangan dalam aspek gizi adalah untuk mendapatkan sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh (Nasoetion & Briawan 2008).

Konsumsi pangan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Konsumsi pangan oleh masyarakat atau oleh keluarga bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga, dan kebiasaan makan secara perorangan (Almatsier 2004).

Kebiasaan makan ialah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan (Khumaidi 1994). Menurut Suhardjo (1989) kebiasaan makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan, seperti tata krama makan, frekuensi makan seseorang, pola makan, kepercayaan tentang makanan, distribusi makanan diantara anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan dan cara pemilihan bahan pangan yang hendak dimakan sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial dan budaya.

Kebiasaan makan mulai terbentuk sejak dini tetapi dapat berubah seperti pada masa remaja. Remaja adalah golongan individu yang sedang mencari identitas diri, suka ikut-ikutan, dan terkagum-kagum pada idola yang berpenampilan menarik. Selain itu, kehadiran fast food dalam industri makanan

di Indonesia juga mempengaruhi pola makan kaum remaja. Fast foodumumnya mengandung kalori tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam askorbat, kalsium, dan folat. Kandungan gizi yang tidak seimbang akan berdampak negatif pada keadaan gizi remaja (Khomsan 2002).

Di dalam tubuh ada tiga proses yang terjadi, yaitu pembakaran (tenaga), pembangunan (pertumbuhan) dan pengaturan. Tubuh memerlukan karbohidrat, lemak dan protein untuk mendapatkan tenaga. Pertumbuhan dan perkembangan memerlukan protein dan air, dan untuk mengatur supaya semua proses ini terjadi harus ada vitamin dan mineral yang didapat dari sayur dan buah. Oleh karena itu sayur dan buah sangat penting bagi tubuh, karena ada zat-zat tertentu yang hanya bisa diperoleh dari sayur dan buah. Selain sayur dan buah pangan hewani juga memiliki kandungan vitamin dan mineral. Daging merupakan pangan hewani yang memiliki kandungan mineral seperti zinc, zat besi dan selenium. Ikan memiliki protein yang lengkap, mengandung lemak dan kaya vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A dan vitamin D (Sediaoetama 2006).

Kandungan zat gizi yang ada di dalam sayur banyak juga terdapat pada buah, sehingga kekurangan zat gizi dari sayuran dapat diganti dengan buah- buahan. Kelompok pangan sayur dan buah merupakan pangan sumber vitamin dan mineral sehingga kekurangan konsumsinya berpengaruh negatif terhadap kondisi gizi. Vitamin dan mineral berperan dalam pembentukan antibodi sehingga dapat mengurangi morbiditas terutama penyakit infeksi (Winarsi 2011). Oleh karena itu, konsumsi pangan nabati sumber vitamin dan mineral (sayur dan buah) dan pangan hewani sumber vitamin dan mineral bersama-sama dengan kelompok pangan lainnya dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pada umumnya (Aswatini et al2008).

Variabel yang mencerminkan status kesehatan yaitu morbiditas dan status gizi (Depkes 2008). Orang yang menderita kekurangan gizi makro dan mikro akan memiliki respons sistem imun dan fungsi imun yang rendah. Oleh karena itu kasus malnutrisi harus diperhatikan untuk mencegah penyakit. Penyakit infeksi dapat dicegah atau diturunkan melalui perbaikan gizi karena sistem imun akan meningkat (Fatmah 2006).

Menurut hasil penelitian Wulansari (2009), konsumsi sayur dan buah pada remaja SMA dengan status sosial ekonomi yang berbeda hanya sebesar 40%. Nilai tersebut masih kurang dari jumlah konsumsi sayur dan buah yang dianjurkan pada usia remaja. Tingkat konsumsi sayuran dan buah-buahan

penduduk Indonesia masih rendah meskipun potensi berbagai jenis sayuran dan buah-buahan cukup melimpah. Sumbangan energi dari pangan hewani penduduk Indonesia baru sebesar 146 kkal/kap/hari atau 61% dari anjuran kebutuhan minimum sebesar 240 kkal/kap/hari dan konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan sebesar 95 kkal/kapita/hari atau 79% dari anjuran kebutuhan minimum sebesar 120 kkal/kapita/hari (Aswatini et al 2008). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara asupan vitamin dan mineral dengan morbiditas pada siswa di SMPN 5 Bogor dan SMPN 2 Cibinong.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Mengkaji hubungan antara asupan vitamin dan mineral dengan kejadian morbiditas pada siswa di SMPN 5 Bogor dan SMPN 2 Cibinong.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, uang saku, status gizi, dan pengetahuan gizi) dan karakteristik orangtua (besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan).

2. Menganalisis asupan energi dan zat gizi (protein, vitamin A, vitamin C dan zinc) dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi.

3. Mengkaji morbiditas penyakit infeksi (pilek, batuk, diare, dan demam).

4. Mengkaji hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi (protein, vitamin A, vitamin C dan zinc) dengan status gizi dan morbiditas contoh. 5. Mengkaji hubungan antara status gizi dengan morbiditas.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan pangan pada remaja serta menambah wawasan kepada masyarakat dan pihak sekolah pada umumnya dan bagi para remaja pada khususnya mengenai pentingnya asupan vitamin dan mineral serta hubungan asupan vitamin dan mineral dengan morbiditas.

Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan antara asupan vitamin dan mineral dengan morbiditas. H1: Ada hubungan antara asupan vitamin dan mineral dengan morbiditas.

TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait