• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN Lampiran 1. Proposal Penelitian

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu keadaan darurat kesehatan global terbesar pada abad ke 21 ini. International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015 menyatakan, jumLah total penderita DM di dunia mencapai 415 juta penderita. Indonesia memiliki prevalensi penyakit diabetes sebesar 6,2% pada tahun 2015 (IDF, 2015). Peningkatan populasi penderita DM akan berdampak pada peningkatan kejadian ulkus kaki diabetik sebagai komplikasi kronis DM, dimana sebanyak 15-25% penderita DM akan mengalami ulkus kaki diabetik dalam hidup mereka (Singh, Armstrong, & Lipsky, 2005), dan diantaranya 84% penderita mengalami amputasi kaki (Brem & Tomic-Canic, 2007).

DM berhubungan dengan kerusakan seluler yang mencegah terbentuknya fibroblas untuk membuat matriks ekstraseluler dan keratinosit dalam jumLah yang cukup untuk mengepitalisasi luka (Hamed et al., 2014), yang menyebabkan adanya penurunan pembentukan dan pengaturan dari jaringan kolagen (Asai et al., 2012). Kandungan kolagen pada kulit akan menurun sebagai hasil dari menurunnya biosintesis dan atau degradasi yang dipercepat pada kolagen yang baru disintesis (Gutierrez, 2006). Kolagen dapat didegradasi oleh matrix metalloproteinases (MMPs). Kadar gula yang tinggi dapat meningkatkan ekspresi dari MMP-9 (McLennan, Min, & Yue, 2008). Penghambatan induksi MMP-9 diharapkan mampu mempercepat proses penyembuhan luka bagi penderita diabetes (Asai et al., 2012; Gutierrez, 2006; Hamed et al., 2014; McLennan et al., 2008).

Ibuprofen merupakan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) derivat asam propionat (Bushra & Aslam, 2010). Prinsip farmakodinamik dari ibuprofen yang terlibat dalam mengatur reaksi nyeri akut, demam, dan inflamasi akut, adalah penghambatan dari siklooksigenase (COX) 1 dan COX-2 yang

19

memproduksi prostaglandin (PGE2) pada inflamasi dan nyeri (Rainsford, 2009). Adanya PGE2 dapat secara signifikan meningkatkan regulasi ekspresi MMP-9 (Yen, Khayrullina, & Ganea, 2008). Ibuprofen berpotensi mempercepat penyembuhan luka kronis pada penderita DM dengan mekanisme penghambatan COX-2 yang menyebabkan turunnya produksi PGE2 sehingga ekspresi MMP-9 juga menurun (Asai et al., 2012; Rainsford, 2009; Yen et al., 2008). Pada penelitian Patricia (2015), ibuprofen dengan konsentrasi 5% dalam sediaan sudah memiliki aktivitas penghambatan enzim siklooksigenase.

Wound dressing atau pembalut luka menjadi hal yang penting dalam perawatan luka. Fungsi dari pembalut luka adalah untuk membuat luka tetap kering dengan mengeluarkan eksudat dari luka dan mencegah masuknya bakteri yang berbahaya ke dalam luka. Lingkungan luka yang lembab juga memungkinkan terjadinya penyembuhan luka yang cepat (Boateng, Matthews, Stevens, & Eccleston, 2008). Dalam memilih pembalut luka bagi ulkus kaki diabetik, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu adanya eksudat yang harus dikontrol sehingga mencegah luka menjadi basah, adanya bau karena infeksi, harus nyaman dan diterima oleh pasien saat digunakan, serta tidak menimbulkan rasa sakit apapun, terutama saat penggantian pembalut luka (Hilton, Williams, Beuker, Miller, & Harding, 2004).

Hydrocolloid matrix merupakan sediaan pembalut luka yang diperoleh dari bahan koloidal (agen pembentuk gel) yang dikombinasikan dengan bahan lain seperti elastomer dan adhesif. Hydrocolloid matrix dapat digunakan pada luka eksudat ringan hingga moderat, dan juga pada pengelolaan ulkus kaki (Boateng et al., 2008). Pembuatan hydrocolloid matrix dengan bahan aktif ibuprofen akan memberikan lingkungan yang lembab pada luka sehingga proses penyembuhan luka dapat berjalan dengan baik dan optimal, serta sebagai sarana pengobatan yang cocok untuk penanganan ulkus kaki diabetik (Boateng et al., 2008; Hilton et al., 2004; Seaman, 2002).

Pembalut luka modern kebanyakan terbuat dari polimer yang berfungsi sebagai pembawa untuk melepaskan dan menghantarkan obat ke tempat luka (Boateng et al., 2008). Kebanyakan pembalut luka menggunakan polimer sebagai

20

basis dikarenakan polimer dapat membantu dalam melindungi luka dari mikroorganisme, menyerap eksudat, dan meningkatkan penampilan fisik sediaan (Kataria, Gupta, Rath, Mathur, & Dhakate, 2014).

Penelitian terkait formulasi ibuprofen dengan polimer sebagai pembawa telah banyak dilakukan. Penelitian (Madhulata & Ravikiran, 2013) menemukan perbandingan optimal polimer Chitosan dan HPMC dalam formulasi sediaan transdermal ibuprofen yaitu 75:25. Sementara dalam penelitian (Thu, Zulfakar, & Ng, 2012) menggunakan polimer Natrium Alginat dan Gelatin dalam formulasi sediaan pembalut luka hydrocolloid dengan perbandingan 3:2.

Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) atau hypromellose merupakan polimer yang biasa digunakan dalam formulasi sediaan oral, optalmik, nasal, dan juga topikal (Rowe, Sheskey, & Quinn, 2009). HPMC sering digunakan sebagai agen pengental, penstabil, pengemulsi, penampung air, film-forming, yang penting pada preparasi bahan pembalut luka (Uslu & Aytimur, 2012). Sebagai agen film-forming, konsentrasi HPMC yang dibutuhkan adalah 2-20% b/b (Rowe et al., 2009). HPMC dapat digunakan sebagai polimer yang mengontrol laju pelepasan obat dan juga sebagai agen penstabil (Amjad, Ehtheshamuddin, & Chand, 2011).

Dalam penelitian ini dilakukan optimasi konsentrasi HPMC untuk mengetahui formula yang paling optimal pada sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing dengan bahan aktif ibuprofen, agar dapat tercapai efek terapetik obat maksimal dalam durasi yang lebih lama dan pelepasan obat yang lebih terkontrol.

1.2. Rumusan Masalah

a. Berapa konsentrasi HPMC optimal pada hydrocolloid matrix diabetic wound healing dengan bahan aktif ibuprofen?

b. Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi HPMC terhadap sifat dan stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing

21 1.3. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui konsentrasi HPMC optimal pada sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing dengan bahan aktif ibuprofen.

b. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi HPMC terhadap sifat dan stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing

ibuprofen.

1.4. Urgensi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen sebagai sediaan diabetic wound healing yang dapat mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes sehingga angka kejadian amputasi akibat ulkus kaki diabetik dapat menurun.

1.5. Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu kefarmasian di Indonesia yang berkaitan dengan diabetes, khususnya bagi penanganan luka diabetes yang berpotensi menjadi ulkus kaki diabetik, dengan sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen untuk mempercepat proses penyembuhan luka.

1.6. Luaran yang Diharapkan

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkan konsentrasi polimer HPMC optimal dalam hydrocolloid matrix ibuprofen yang mampu mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes serta pengaruh polimer HPMC terhadap sifat dan stabilitas fisika dan kimia hydrocolloid matrix

ibuprofen.

1.7. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu kefarmasian, khususnya yang berkaitan dengan aktivitas dan

22

formulasi ibuprofen sebagai diabetic wound healing untuk mempercepat penyembuhan luka diabetes terutama dalam pencegahan terjadinya amputasi akibat ulkus kaki diabetik. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah mengenai daya penyembuhan luka oleh sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen dengan formula yang paling optimal sebagai diabetic wound healing.

Dokumen terkait