• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1. Latar Belakang

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek penting dalam suatu organisasi, karena sumber yang mengendalikan organisasi dan mempertahankan serta mengembangkan organisasi dalam menghadapi tuntutan zaman (Gutteres & Supartha, 2016:429). Hal ini karena ialah yang mengelola semua sumber daya yang ada dalam organisasi sehingga menjadi bermanfaat. Tanpa adanya SDM, maka sumber daya lainnya menjadi tidak berarti. Oleh karena itu, SDM harus diperhatikan, dijaga dan dikembangkan agar diperoleh SDM yang bermutu dan berkualitas.

Pendidikan merupakan sarana strategis dan pilar utama untuk meningkatkan kualitas SDM yang ada pada suatu bangsa. Menurut Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Tujuan Nasional Bangsa Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Berbagai kebijakan telah dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia, keberhasilan pendidikan di Indonesia dapat terwujud melalui campur tangan tenaga-tenaga kependidikan yang dapat diandalkan. Karena guru dan tenaga kependidikan yang profesional merupakan salah satu syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan.

Guru merupakan komponen yang paling penting dalam menentukan sistem pendidikan secara keseluruhan karena sosok guru adalah penentu kualitas mutu pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan peningkatan kualitas mutu guru yaitu adanya Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 disebutkan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah”. Guru merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan pendidikan

suatu negara, maka dari itu seorang guru harus memiliki loyalitas dan kinerja yang baik agar mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang berilmu dan memiliki karakter yang baik. Semakin tinggi loyalitas dan kinerja guru yang dimiliki suatu sekolah maka akan semakin mudah dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.

Hasibuan (2018:95) menyatakan bahwa loyalitas menunjukkan kesetiaan yang dicerminkan oleh kesediaan karyawan dalam menjalankan profesinya. Guru yang memiliki loyalitas tinggi akan bertanggung jawab dan serius dalam menjalankan pekerjaanya. Mangkunegara (2016:67) kinerja menunjukkan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja guru juga menunjukkan kemampuan seorang guru dalam menjalankan

tugasnya di sekolah serta menggambarkan adanya suatu perbuatan yang ditampilkan guru dalam atau selama melakukan aktivitas pembelajaran (Supardi, 2013:54). Penilaian loyalitas guru terhadap institusi pendidikan ikut menentukan kualitas pembelajaran. Idealnya guru diharuskan memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaanya.

Oleh karena itu, loyalitas dan kinerja guru dapat dilihat dari hasil kerja dalam proses pembelajaran dan selama aktivitas di sekolah yang berhubungan dengan pekerjaan guru. Proses yang dimaksud disini adalah interaksi dari setiap komponen seperti penyusunan perangkat pembelajaran yang meliputi penyusunan program pembelajaran, perumusan tujuan pembelajaran, memilih model dan metode pembelajaran, memilih media pembelajaran dan yang terakhir melakukan evaluasi pembelajaran. Seorang guru yang mengerjakan tugasnya dengan baik akan mewujudkan sekolah yang berkompeten dan berdaya saing tinggi, baik dibidang akademik maupun non akademik.

Loyalitas guru dapat diukur melalui ketaatan pada peraturan, tanggung jawab guru terhadap sekolah, kemauan untuk bekerjasama, rasa memiliki, hubungan antar pribadi dan kesukaan terhadap pekerjaan. Sedangkan kinerja guru dapat diukur melalui seberapa besar kompetensi–kompetensi yang dipersyaratkan dipenuhi, “Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional” (Undang–Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Sehingga untuk menilai hasil dari kinerja guru didasarkan atas keempat kompetensi tersebut.

SMK Pelita Nusantara 1 Semarang merupakan sekolah kejuruan yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi No. 40 Gayamsari, Kota Semarang. Sekolah tersebut terletak strategis karena dekat dengan pemukiman warga dengan tingkat keramaian dan kebisingannya rendah menjadikan SMK Pelita Nusantara 1 Semarang nyaman untuk menimba ilmu bagi masyarakat sekitar. SMK Pelita Nusantara 1 Semarang memiliki empat (4) kompetensi keahlian yaitu Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran (OTKP), Akuntansi dan Keuangan Lembaga (AKL), Bisnis Daring dan Pemasaran (BDP) dan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

Dari hasil wawancara dan observasi maka diperoleh dua (2) permasalahan di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang terkait dengan guru. Permasalahan yang pertama adalah mengenai loyalitas guru, berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Fentya guru OTKP pada tanggal 30 Januari 2020 Pukul 10.05 WIB di ruang perpustakaan, dikatakan bahwa di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang sering terjadi turnover guru. Permasalahan tersebut terjadi salah satunya disebabkan oleh guru yang mendapatkan tawaran pekerjaan di tempat lain yang lebih menjanjikan, sehingga lebih memilih untuk keluar dari pekerjaanya. Hal ini menyebabkan permasalahan terhadap proses belajar mengajar. Karena ketika guru mengalami

turnover maka siswa juga diharuskan beradaptasi. Ketika siswa beradaptasi pada

satu guru dan satu guru yang lain maka kadang ada juga siswa yang kemudian kehilangan mood belajar. Dari hasil observasi juga didapatkan data pendukung mengenai tingkat turnover pada lima (5) tahun terakhir pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1. Turnover Guru Tahun 2015 - 2019

No Tahun Jumlah Keluar Jumlah Masuk

1 2015 1 - 2 2016 3 2 3 2017 2 1 4 2018 3 1 5 2019 4 4 Jumlah 13 8

Sumber: Data Primer diolah tahun 2020

Tabel 1.1. menunjukkan bahwa setiap tahun di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang mengalami keluar masuk (turnover) guru. Pada tahun 2017 sampai 2019 jumlah guru yang keluar mengalami peningkatan, sedangkan jumlah guru yang masuk sedikit. Sehingga menyebabkan terjadinya kekurangan guru dan mengakibatkan terganggunya aktivitas belajar mengajar. Selain itu, dengan adanya turnover guru membuat jadwal belajar mengajar berubah karena harus menyesuaikan dengan mata pelajaran yang diampu guru tersebut. Jika guru sudah tidak loyal terhadap instansi maka guru tersebut tidak memiliki gairah dan semangat untuk bekerja secara maksimal, malah sebaliknya guru akan cenderung mengabaikan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan.

Selanjutnya, berdasarkan salah satu indikator loyalitas guru yaitu taat pada peraturan terdapat beberapa guru yang tidak menaati peraturan yang dibuat sekolah, yang dapat dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini:

Tabel 1.2.

Data Absensi Guru SMK Pelita Nusantara 1 Semarang

No Jenis Kegiatan Seharusnya Realita Kesenjangan

1. Kehadiran 100% 96% 4%

2. Terlambat datang ke

sekolah 100% 92% 8%

3. Terlambat masuk kelas 100% 75% 25%

4. Pulang awal 100% 90% 10%

Tabel 1.2. menunjukkan bahwa 25% guru terlambat masuk kelas, dengan adanya hal tersebut menandakan bahwa masih banyak guru yang tidak tepat waktu dalam mengisi jam belajar di kelas. Hal tersebut juga mengakibatkan berkurangnya jam belajar siswa, sehingga membuat proses belajar menjadi terhambat. Selain itu, terdapat 10% guru yang pulang bekerja lebih awal dari jam yang ditentukan. Hal itu menandakan bahwa guru tersebut tidak taat terhadap peraturan dan hanya memenuhi target kehadiran saja sehingga dapat dikatakan kurang profesional dalam bekerja.

Kemudian, permasalahan yang kedua terkait kinerja guru, dari hasil observasi dan wawancara pada hari Jumat tanggal 17 Januari 2020 pukul 08.30 WIB, dengan Bapak Drs. Sunarto sebagai Waka Kurikulum mengatakan bahwa penilaian kinerja guru di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang belum dilakukan secara optimal. Dikarenakan belum adanya kesiapan sekolah dalam menyusun pedoman dan indikator-indikator terkait dengan penilaian kinerja guru. Sehingga penilaian kinerja guru di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang hanya menggunakan data absensi kehadiran dan keterlambatan mengajar. Selanjutnya, terkait dengan penyusunan dan pembuatan perangkat pembelajaran, masih ada beberapa guru yang mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran karena setiap tahun perangkat pembelajaran mengalami perubahan sehingga membutuhkan penyesuaian kembali. Selain itu, adanya guru yang bukan berasal dari sarjana pendidikan melainkan sarjana ilmu murni sehingga membutuhkan bimbingan dalam menyusun perangkat pembelajaran. Kemudian, adanya beberapa guru yang mengumpulkan perangkat pembelajaran tidak tepat waktu dan lengkap hanya

mengumpulkan Silabus dan RPP tanpa mengumpulkan Prota dan Promes. Serta adanya guru yang mengajar lebih dari satu mata pelajaran dan bukan pada bidangnya membuat kinerja guru belum dilakukan secara maksimal.

Dari permasalahan kinerja guru, dapat dilihat bahwa pada peringkat hasil Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2017/2018 dan 2018/2019 di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang mengalami penurunan yang semula pada urutan ke lima (5) menjadi urutan ke tujuh (7). Berikut ini tabel 1.3. hasil Ujian Nasional (UN) SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang:

Tabel 1.3.

Capaian Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2017/2018 dan 2018/2019 SMK Swasta Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang

No Nama Satuan Pendidikan 2017/2018 2018/2019

Peserta Rerata Peringkat Peserta Rerata Peringkat

1 SMK PL Tarcisius 1 239 55,39 1 229 53, 89 1

2 SMK Hidayah Semarang 121 50,25 2 130 50,21 2

3 SMK PGRI 01 Semarang 169 48,38 3 140 49,78 4

4 SMK Antonius 91 47,60 4 67 50,40 3

5 SMK Pelita Nusantara 1 251 47,38 5 226 47,73 7

6 SMK Cut Nya Dien 179 46,46 6 180 47,84 6

7 SMK Palebon Semarang 292 46,34 7 374 47,55 8

8 SMK Bina Nusantara 123 45,21 8 175 44,87 9

9 SMK Setiabudhi 113 44,56 9 91 44,37 11

10 SMK Teuku Umar Semarang 182 44,15 10 183 47,98 5

11 SMK Tri Mulya 30 43,49 11 32 43,07 12

12 SMK Kristen Gergaji 31 43,06 12 23 43,56 10

Gambar 1.1.

Grafik Hasil Ujian Nasional 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 4 3 7 6 8 9 11 5 12 10 0 10 20 30 40 50 60 RERA T A

GRAFIK HASIL UJIAN NASIONAL

2017/2018 2018/2020 PERINGKAT

Tabel 1.3. menunjukkan bahwa hasil UN tahun pelajaran 2017/2018 SMK Pelita Nusantara 1 Semarang menduduki peringkat kelima (5) dari 12 SMK swasta bisnis dan manajemen di Kota Semarang dengan jumlah peserta yang mengikuti ujian nasional (UN) sebanyak 251 siswa dan rata-rata nilai sebesar 47,38. Sedangkan, pada tahun ajaran 2018/2019 menunjukkan bahwa SMK Pelita Nusantara 1 Semarang menduduki peringkat ketujuh (7) dengan rata-rata nilai 47,73 dari 12 Sekolah Swasta Bisnis dan Manajemen di Kota Semarang yang terdapat jurusan Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran (OTKP). Sehingga, dilihat dari tabel 1.3. dan Gambar 1.1. dapat dikatakan bahwa SMK Pelita Nusantara mengalami penurunan peringkat. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat masalah peningkatan kinerja sekolah dan hasil belajar siswa di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang. Selain hal itu, dalam kurun waktu lima (5) tahun terakhir nilai Ujian Nasional (UN) di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang mengalami penurunan yang dapat dilihat dari nilai hasil Ujian Nasional (UN) pada tabel 1.4. sebagai berikut:

Tabel 1.4.

Hasil Ujian Nasional SMK Pelita Nusantara 1 Semarang

No Tahun Ajaran Rerata Nilai UN

1. 2014/2015 78,48

2. 2015/2016 60,26

3. 2016/2017 56,26

4. 2017/2018 47,38

5. 2018/2019 47,73

Sumber: Data diolah tahun 2020

Berdasarkan tabel 1.4. perolehan nilai Ujian Nasional (UN) dari tahun ajaran 2014/2015 sampai dengan tahun ajaran 2018/2019 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sementara pada tahun ajaran 2017/2018 ke tahun 2018/2019 mengalami kenaikan nilai yang tidak terlalu jauh hanya selisih 0,35.

Oleh karena itu, peringkat sekolah yang menurun dan hasil ujian nasional yang menurun dapat dijadikan acuan bahwa kinerja guru di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang belum optimal. Jika kinerja guru baik maka output dari sekolah dan mutu pendidikan akan baik pula. Hal tersebut sesuai pernyataan Slameto (2010:54)bahwa hasil belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor yang meliputi, 1) faktor dari dalam siswa dapat berupa faktor jasmani, psikologis seperti intelegensi, perhatian, motivasi, dan minat, 2) faktor dari luar berupa lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah salah satunya dari cara guru atau kinerja guru dalam pembelajaran sekolah.

Dari dua permasalahan tersebut yaitu loyalitas guru dan kinerja guru di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Susanto (Purba, 2017:2) faktor yang mempengaruhi loyalitas diantaranya lingkungan kerja, kompensasi, komunikasi yang efektif, motivasi yang diberikan, tempat bekerja yang nyaman, partisipasi kerja, pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja serta hubungan antara karyawan satu dengan lainnya. Sedangkan menurut Sedarmayanti (Widodo, 2015:133), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja antara lain: 1) Sikap dan mental (motivasi kerja, disiplin kerja, dan etika kerja), 2) Pendidikan, 3) Keterampilan, 4) Manajemen Kepemimpinan, 5) Tingkat penghasilan, 6) Gaji dan kesehatan, 7) Jaminan sosial, 8) Iklim kerja, 9) Sarana dan prasarana, 10) Teknologi, dan 11) Kesempatan berprestasi. Kemudian, menurut Sudarmanto (2015:30) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menentukan kinerja individu adalah motivasi kerja, kepuasan kerja, desain pekerjaan, komitmen/loyalitas, kepemimpinan, partisipasi,

fungsi-fungsi manajemen, kejelasan arah karier, kompetensi, budaya organisasi, dan sistem penghargaan. Dari banyaknya faktor yang mempengaruhi loyalitas dan kinerja guru maka peneliti tertarik untuk mengidentifikasi tiga faktor yang sama-sama mempengaruhi kedua variabel dependen tersebut yaitu kepemimpinan kepala sekolah, kompensasi, dan motivasi kerja.

Variabel bebas yang pertama adalah kepemimpinan kepala sekolah. Menurut Sudarmanto (2009:133) kepemimpinan salah satu kompetensi yang sangat menentukan terhadap keberhasilan organisasi. Selanjutnya, esensi pokok kepemimpinan untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, kepemimpinan termasuk aspek yang sangat penting bagi sekolah karena kepemimpinan sebagai faktor penggerak organisasi melalui penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukan sehingga keberadaan pemimpin memberikan dampak positif dan negatif bagi organisasi itu sendiri. Kemudian, menurut Susanto (2016:12) kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengembangan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu profesional guru ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting bagi kemajuan dan kualitas dari peserta didik. Pemimpin dibantu dalam segala aktivitasnya baik secara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan pendidikan dan meningkatkan mutu kualitas pendidikan. Yang menjadi perhatian utama atau yang diprioritaskan dalam aktivitasnya adalah memperbaiki dan

meningkatkan mutu pembelajaran dengan memperbaiki loyalitas dan kinerja guru dalam menanganinya.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sya’roni (2017:190) bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas tenaga pendidik, artinya semakin baik kepemimpinan kepala sekolah maka dapat meningkatkan loyalitas tenaga pendidik. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Pratikto & Susanta (2016:7) yang menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas. Penelitian tersebut berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Gasthi et

al., (2014:42) yang menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh negatif

terhadap loyalitas.

Kemudian pernyataan mengenai kepemimpinan kepala sekolah yang berpengaruh terhadap kinerja guru, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Firmawati & Usman (2017:169) yang menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Dengan demikian semakin baik kepemimpinan kepala sekolah maka akan meningkatkan kinerja guru. Hasil penelitian tersebut didukung penelitian yang dilakukan Manik & Bustomi (2011:105), yang menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Penelitian tersebut berbanding terbalik dengan penelitian Shalahuddin (2013:95) yang menyatakan bahwa kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikansi 0,459>0,05. Dengan demikian walaupun kepemimpinan ditingkatkan tidak berdampak langsung pada peningkatan kinerja.

Kemudian selain kepemimpinan kepala sekolah, faktor kedua yang diduga mempengaruhi loyalitas dan kinerja guru di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang adalah kompensasi. Menurut Hasibuan (2018:118) kompensasi merupakan semua pendapatan berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Yani (Widodo, 2012:139), menyatakan bahwa kompensasi sebagai bentuk pembayaran dalam bentuk manfaat dan insentif untuk memotivasi karyawan agar produktivitas kerja semakin meningkat. Pembentukan sistem kompensasi yang efektif merupakan bagian penting dari manajemen sumber daya manusia karena membantu menarik dan mempertahankan pekerja-pekerja yang berbakat.

Menurut Ulfatin & Triwiyanto (2016:127), menyatakan bahwa kompensasi dapat memotivasi pegawai dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas pada tingkat tertinggi. Adanya program kompensasi yang dirasa adil, maka pegawai akan merasa puas, dan sebagai dampaknya akan termotivasi untuk mencapai produktivitas yang tertinggi dan meningkatkan loyalitasnya serta meningkatkan kinerjanya. Kompensasi merupakan masalah penting dalam dunia pendidikan terkait dengan kesejahteraan guru, hal ini karena gaji yang diterima para guru atau pendidik dan tenaga kependidikan honorer selama ini diberbagai sekolah dikatakan belum layak dan sering dibawah standar kerja.

Pernyataan mengenai kompensasi yang berpengaruh terhadap loyalitas guru sesuai dengan penelitian yang dilakukan Onsardi & Thamrin (2017:7594) yang menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas, yang menunjukkan semakin besar kompensasi yang diberikan akan

meningkatkan loyalitas. Selanjutnya, penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Al Tarom & Yuniawan (2019:11) yang menyatakan bahwa koefisien regresi pengaruh variabel kompensasi terhadap loyalitas karyawan diperoleh hasil sebesar 0,475. Nilai koefisien regresi tersebut memberikan makna bahwa variabel kompensasi yang tinggi akan meningkatkan loyalitas karyawan. Penelitian tersebut berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Iqbal, et al., (2015:8) yang menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap loyalitas.

Kemudian, pernyataan mengenai kompensasi yang berpengaruh terhadap kinerja guru, sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sudiardhita, et al,. (2018:10) menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kompensasi yang diberikan maka akan meningkatkan kinerja guru yang ada. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Dwianto (2019:184) yang menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Namun pernyataan tersebut berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Murty & Hudiwinarsih (2012:225), yang menyatakan bahwa kompensasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

Selanjutnya, selain kepemimpinan kepala sekolah dan kompensasi kerja, faktor terakhir yang diduga dapat mempengaruhi loyalitas dan kinerja guru adalah motivasi kerja. Menurut Hasibuan (2007:95) motivasi sebagai pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk

mencapai kepuasan. Dengan adanya motivasi dapat menimbulkan dorongan agar guru lebih giat dalam melakukan pekerjaanya. Dengan kata lain motivasi mendorong guru untuk dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsinya sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Motivasi yang baik adalah motivasi yang mampu mendorong seseorang untuk mengerjakan sesuatu yang baik pula sehingga dapat mempengaruhi loyalitas dan kinerjanya.

Pernyataan mengenai motivasi kerja yang berpengaruh terhadap loyalitas guru sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kitriawaty, dkk (2017:6) yang menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi maka akan meningkatkan loyalitas. Penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Ikhram (2017:30) bahwa motivasi kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap loyalitas. Namun, penelitian tersebut berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Ariyanti (2016:280) yang menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap loyalitas.

Kemudian, pernyataan terkait motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Guterres & Supartha (2016:446), yang menyatakan bahwa nilai koefisien regresi motivasi kerja sebesar 0,313 dengan tingkat signifikansi 0,028 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa motivasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Penelitian ini menginformasikan bahwa semakin baik motivasi kerja guru maka akan mampu meningkatkan kinerja guru. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Sudiardhita, et al,. (2018:10) yang menyatakan bahwa

adanya pengaruh yang positif dan signifikan motivasi terhadap kinerja dengan memberikan kontribusi sebesar 36,9% terhadap pembentukan kinerja guru.

Namun pada penelitian yang dilakukan Sampurno & Wibowo (2015:176), menyatakan bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja dengan nilai sig 0,635 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun guru memiliki motivasi yang baik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerjanya.

Kemudian, variabel terakhir yang diduga dapat mempengaruhi kinerja guru adalah loyalitas. Loyalitas merupakan bentuk kesetiaan guru dalam menjalankan tugas profesinya. Guru yang memiliki komitmen tinggi akan menunjukkan loyalitas kerja yang dapat diketahui melalui keseriusan guru dalam menjalankan pekerjaanya. Loyalitas yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya motivasi yang rendah dan kompensasi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh karyawan. Loyalitas yang rendah menyebabkan perputaran karyawan menjadi tinggi, yang berimbas pada menurunnya kinerja guru. Loyalitas dapat diukur dari hasil kinerja, ketaatan atau kepatuhan, bertanggung jawab, pengabdian dan kejujuran. Menurut Hasibuan (2018:95) loyalitas atau kesetiaan merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian kinerja karyawan yang mencangkup kesetiaan terhadap pekerjaanya, jabatannya dan organisasinya. Kesetiaan dicerminkan melalui kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab.

Ardana, dkk (2012:137) mengatakan bahwa bila karyawan mempunyai loyalitas tinggi maka secara kesinambungan kinerja karyawan dapat lebih terjamin dari waktu ke waktu. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfiyah (2016:151), yang menyatakan bahwa loyalitas kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja yang artinya semakin tinggi loyalitas maka akan berdampak pada peningkatan kinerja. Selanjutnya, penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Rindyantama & Astuti (2016:76), yang menyatakan bahwa loyalitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Namun, penelitian tersebut berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Tamba, dkk (2018:40) menyatakan bahwa loyalitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah,

Kompensasi dan Motivasi Kerja terhadap Loyalitas Guru dan Kinerja Guru di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Adanya turnover guru di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang dan adanya guru

Dokumen terkait