• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki suku bangsa, budaya, dan bahasa yang beragam dimana setiap bahasa menjadi sarana komunikasi yang sangat penting dalam melakukan interaksi. Pentingnya komunikasi dalam bentuk bahasa yang terarah dari kedua belah pihak dalam berinteraksi menjadi tolak ukur sampai tidaknya pesan yang disampaikan. Suku bangsa adalah kelompok etnis dan budaya masyarakat yang terbentuk secara turun temurun. sebagai bagian dari sistem budaya masyarakat, identitas dan atribut kesukuan dari suatu kelompok masyarakat akan diwariskan pada generasi berikutnya. secara kultural, identitas dan atribut suku bangsa langsung melekat pada setiap orang (akhsan et al,2010).

Salah satu alat komunikasi yang dipakai adalah telepon genggam atau telepon selular (ponsel). Telepon genggam merupakan perangkat telekomunikasi yang mempunyai kemampuan dasar sama dengan telepon konvensional yang sering kita kenal telepon rumah namu telepon selular mampu dibawa kemana-mana dan tetap dapat berkomunikasi tanpa harus terhubung dengan jaringan telepon kabel. Perkembangan telepon seluar atau handphone saat ini semakin maju. Mulai dari super handphone dengan spesifikasi processor dan pengolahan gambar yang canggih, teknologi kamera ponsel yang menyamai kamera profesional, hingga ponsel yang bisa digunakan sebagai televisi. Karena itulah telepon selular saat ini lebih dikenal dengan sebutan smartphone (suryadharma et al,2014).

2 Banyak Aplikasi yang terdapat pada telepon genggam ,salah satunya aplikasi penerjemah. Secara umum penerjemahan didefinisikan sebagai transfer teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dalam konteks ini, terjemahan minimal melibatkan dua bahasa (Catford, 1965). Selanjutnya, Catford menyatakan bahwa terjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam satu bahasa (bahasa sumber) oleh materi tekstual yang setara dalam bahasa (bahasa sasaran). Dengan demikian penerjemahan dapat dipahami tidak hanya melibatkan pengiriman pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tetapi juga untuk melakukan berbagai penyesuaian yang diperlukan sehingga hasil terjemahan dapat diterima oleh pembaca bahasa sasaran.

Suku Batak di Sumatera Utara terbagi menjadi 6 yaitu, Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakfak, Batak Simalungun, Batak Angkola, Batak Mandailing.Dan setiap suku batak memiliki tatanan Bahasa yang berbeda (Hasibuan 1972). Suku Batak Angkola Adalah salah satu suku batak yang bermukim di daerah angkola yang berada di kabupaten Tapanuli Selatan provinsi Sumatera Utara.

Dalam melakukan observasi dan wawancara dalam persadaan Batak Angkola pada tanggal 18 april 2018 didapati permasalahan diantaranya masyarakat suku Batak Angkola yang tinggal di luar wilayah teritorinya telah mengalami degradasi kebudayaan. masyarakat suku Batak Angkola yang telah lama berdomisili diluar wilayah teritorinya mayoritas sudah tidak bisa menggunakan Bahasa tersebut. Begitu juga dengan masyarakat pendatang di Tapanuli bagian selatan. Tapanuli bagian selatan merupakan salah satu daerah yang memiliki beragam jenis suku baik itu suku asli maupun pendatang. Populasi masyarakat

3 pendatang semakin meningkat, terutama semenjak adanya transmigrasi saat jaman pemerintahan soeharto dalam rangka pemerataan persebaran penduduk di indonesia.

Bahasa yang dipakai oleh masyarakat asli tapanuli selatan atau masyarakat luar tapanuli selatan untuk dapat berinteraksi adalah Bahasa Batak Angkola. Tapanuli bagian selatan sebagai salah satu daerah yang memiliki beragam jenis suku di daerah teritorinya seperti suku jawa, suku minang, melayu maupun suku batak lainnya. Selain itu suku Batak Angkola tersebar di wilayah Indonesia seperti Jakarta.

Parsadaan Batak Angkola JABODETABEK merupakan perkumpulan suku Batak Angkola yang berasal maupun keturunan dari daerah tapanuli bagian selatan yang berdomisili di wilayah JABODETABEK. Anggota parsadaan Batak Angkola memiliki beragam profesi seperti Darmin Nasution Menteri koordinator bidang perekonomian indonesia, Muhammad Ribai Subhanda Lubis pejabat eselon I bidang kesejahteraan di sekretariat negara republik indonesia, dll.

Dalam melakukan penelitian di lingkungan Trans atau wilayah pendatang. Masyarakat pendatang mayoritas belum menguasai dan kesulitan untuk berinteraksi menggunakan bahasa daerah tersebut. Hal ini dikarenakan pengaruh lingkungan yang berbeda dan kurangnya sarana dalam keinginan untuk belajar Bahasa Batak Angkola. Hal ini jelas menghambat tujuan pemerintah untuk memajukan kebudayaan yang tertuang dalam Undang – undang Republik Indonesia No 5 Tahun 2017 pasal 1 ayat 3 tentang Pemajuan Kebudayaan yang berisi kebudayaan sebagai

4 investasi membangun masa depan dan peradaban bangsa demi terwujudnya tujuan nasional.

Untuk dapat berinteraksi dan memahami bahasa yang digunakan oleh setiap daerah diperlukan suatu instrument (alat) untuk menerjemahkan kosa kata. Kamus adalah salah satu instrument yang bisa digunakan sehingga perbedaan bahasa tidak menjadi kendala dalam berinteraksi. Namun, Kamus Batak Angkola hanya terdapat di Perpustakaan Daerah Tapanuli Selatandan tidak banyak diketahui oleh masyarakat asli maupun masyarakat pendatang tapanuli bagian selatam. Selain jumlahnya yang terbatas, Kamus Batak Angkola masih berbentuk buku sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencari kosakata yang diinginkan dan dirasa kurang efektif dalam penggunaannya.

Aplikasi kamus dapat memiliki berberapa fitur, misalnya fitur OCR. Optical

character recognition (OCR) merupakan teknologi untuk mengkonversi image

menjadi sebuah teks, dengan menggunakan library tess two. Pengembangan aplikasi ini menggunakan metode RAD Selain aplikasi OCR, akan dikembangkan juga aplikasi kamus dengan memanfaatkan image sebagai input dengan menggunakan teknologi OCR serta database processing untuk proses penerjemahan (rellyani 2013).

Kemudia fitur selanjutnya yang ada pada kamus adalah Pengenalan ucapan atau suara (speech recognition). speech recognition adalah suatu teknik yang memungkinkan system komputer untuk menerima input berupa kata yang diucapkan. Kata-kata tersebut diubah bentuknya menjadi sinyal digital dengan cara

5 mengubah gelombang suara menjadi sekumpulan angka lalu disesuaikan dengan kodekode tertentu dan dicocokkan dengan suatu pola yang tersimpan dalam suatu perangkat (Budiman et al,2014).

Penelitian mengenai aplikasi kamus telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi kamus merupakan aplikasi yang sangat dibutuhkan oleh pengguna untuk memudahkan dalam pencarian kosa kata yang berbasis android. Penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Novita Rellyani (2013) dalam penelitian nya yang berjudul “PENERAPAN OPTICAL

CHARACTER RECOGNITION (OCR) UNTUK RANCANG BANGUN

APLIKASI TRANSLATOR PADA PLATFORM ANDROID”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan OCR dalam translator mempermudah proses input, Pengenalan huruf menggunkan OCR terpengaruh dengan banyaknya cahaya dan jarak fokus kamera yang digunakan dan teks yang akan diambil, Huruf yang dapat dikenali dengan baik oleh OCR adalah huruf yang tegak dan tebal dengan size huruf minimal 20.

Pada perancangan aplikasi kamus yang penulis buat ini, terdapat beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yaitu fitur pada aplikasi yang lebih komplit seperti terdapat fitur OCR pada aplikasi yang penulis buat dapat mengenali tulisan dengan font apa saja dan dapat mengenali karakter teks pada

backgound yang tidak polos atau bermotif. Selanjutnya kelebihan yang ditawarkan

adalah penggunaan system Google Cloud Vision API pada OCR yang mana dalam peneletian sebelumnya masih menggunakan system tesseract.

6 Terakhir, penggunaan fitur speech recognition yang memungkinkan sistem komputer untuk menerima input berupa kata yang diucapkan kemudian mengkoversikan nya kedalam text sehingga dalam pencarian kata akan mempersingkat waktu dalam pencariannya.

Merujuk latar belakang diatas, mendorong peneliti untuk membuat suatu aplikasi kamus berbasis android yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan aplikasi yang telah ada sebelumnya. Hal ini juga menjadikan alasan penelitian melakukan penelitian dengan judul “RANCANG BANGUN APLIKASI BATAK ANGKOLA DICTIONARY MENGGUNAKAN OPTICAL CHARACTER RECOGNITION (OCR) DAN SPEECH RECOGNITION BERBASIS ANDROID”

1.2 Rumusan Masalah

Seperti telah dipaparkan sebelumnya pada latar belakang, bahwa peneliti menawarkan lebih banyak keunggulan seperti, fitur speech recognition, OCR yang dapat mengenali semua jenis dan tipe huruf , dan penggunaan sistem Google Cloud Vision API, maka identifikasi masalah yang didapat ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana Merancang dan Membangun Aplikasi Batak Angkola Dictionary? 2. Bagaimana penerapan sistem Optical character recognition (OCR) (yang dapat

mengenali semua jenis dan tipe huruf background menggunakan Google Cloud Vision API) dalam Merancang dan Membangun Aplikasi Batak Angkola

7 3. Bagaimana penerapan sistem Speech recognition dalam Merancang dan

Membangun Aplikasi Batak Angkola Dictionary ?.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: “Bagaimana Merancang dan Membangun Aplikasi Batak Angkola Dictionary Menggunakan Optical Character Recognition (OCR) dan Speech Recognition Berbasis Android.?”

1.3 Batasan Masalah

1.3.1 Metode

1. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi , wawancara dan studi literature.

2. Metode pengembangan sistem yang dipakai dalam penelitian ini adalah Rapid

Aplication Development.

1.3.2 Tools

1. Pembuatan aplikasi menggunakan Android Studio versi 3.1.2

2. Aplikasi ini menggunakan library Google Cloud Vision API untuk scanning text pada image (OCR) dan Google voice untuk pengambilan text melalui input suara.

1.3.3 Proses

1. Aplikasi kamus ini menerjemahkan bahasa Batak Angkola ke bahasa Indonesia dan juga sebaliknya.

8 2. Aplikasi ini diperuntukan hanya pada pengguna smartphone dengan

operasi sistem android.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu menghasilkan sebuah perencanaan. Sedangkan tujuan khususnya menghasilkan:

1. Merancang dan Membangun Aplikasi Batak Angkola Dictionary.

2. Penerapan sistem Optical character recognition (OCR) (yang dapat mengenali semua jenis dan tipe huruf background menggunakan Google Cloud Vision API) dalam Merancang dan Membangun Aplikasi Batak Angkola Dictionary. 3. Penerapan sistem Speech recognition dalam Merancang dan Membangun

Aplikasi Batak Angkola Dictionary.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan pertanyaan dan tujuan penelitian yang telah disebutkan, maka diharapkan penelitian ini menghasilkan manfaat sebagai berikut:

1.5.1 Bagi Peneliti

1. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh pada waktu perkuliahan.

2. Membandingkan teori yang telah didapat pada saat perkuliahan dengan masalah yang sebenarnya.

9 3. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (s1) Teknik

informatika fakultas sains dan teknlogi uin syarif hidayatullah Jakarta.

1.5.2 Bagi Universitas

1. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan yang diperoleh di bangku kuliah.

2. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya dan sebagai bahan evaluasi.

3. Memberikan gambaran tentang kesiapan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya dan sebagai bahan evaluasi.

1.6 Metode Penelitian

Untuk melakukan analisis-analisis dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data-data terkait yang menunjang pengembangan sistem ini dengan beberapa cara antara lain:

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

1.6.1.a Studi Lapangan

1. Observasi

Menurut Sugiyono (2012), observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Karena observasi tidak selalu dengan

10 obyek manusia tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno (dalam Sugiyono, 2012) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit / kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur (peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh) maupun tidak terstruktur (peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap sebagai pengumpul datanya) dan dapat dilakukan secara langsung (tatap muka) maupun secara tidak langsung (melalui media seperti telepon) (Sugiyono, 2012).

1.6.1.b Studi Riset

1. Studi dokumen

Studi dokumen, yaitu memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto- foto, film documenter, serta data yang berkaitan dengan penelitian (Guritno et al. , 2011).

11 2. Studi literatur

Studi literatur sejenis dilakukan untuk menambah referensi teori-teori yang dilakukan dalam penelitian serta mempelajari literatur yang dapat mendukung penelitian terhadap perencanaan strategis sistem informasi.

1.6.2 Metode pengembangan RAD

Metode yang digunakan dalam merancang aplikasi Batak Angkola dictionary menggunakan optical character recognition (OCR) dan speech recognition yang terdiri dari fase :

1. Requirement Planning (Perencanaan syarat-syarat)

Dalam fase ini, pengguna dan penganalisis bertemu untuk mengidentifikasikan tujuan-tujuan aplikasi atau sistem serta untuk megidentifikasikan syarat-syarat informasi yang ditimbulkan dari tujuan-tujuan tersebut. Orientasi dalam fase ini adalah menyelesaikan masalah-masalah perusahaan. Meskipun teknologi informasi dan sistem bisa mengarahkan sebagian dari sistem yang diajukan, fokusnya akan selalu tetap pada upaya pencapaian tujuan-tujuan perusahaan (Kendall, 2010).

2. RAD Design Workshop (Workshop Desain RAD)

Fase ini adalah fase untuk merancang dan memperbaiki yang bisa digambarkan sebagai workshop. Penganalisis dan dan pemrogram dapat bekerja membangun dan menunjukkan representasi visual desain dan pola kerja kepada pengguna.

Workshop desain ini dapat dilakukan selama beberapa hari tergantung dari

12 pengguna merespon prototipe yang ada dan penganalisis memperbaiki modul-modul yang dirancang berdasarkan respon pengguna. Apabila sorang pengembangnya merupakan pengembang atau pengguna yang berpengalaman, Kendall menilai bahwa usaha kreatif ini dapat mendorong pengembangan sampai pada tingkat terakselerasi (Kendall, 2010).

3. Implementation (implementasi)

Pada fase implementasi ini, penganalisis bekerja dengan para pengguna secara intens selama workshop dan merancang aspek-aspek bisnis dan nonteknis perusahaan. Segera setelah aspek-aspek ini disetujui dan sistem-sistem dibangun dan disaring, sistem-sistem baru atau bagian dari sistem diujicoba dan kemudian diperkenalkan kepada organisasi (Kendall, 2010).

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub pokok bahasan. Adapun sistematika penulisan dari skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan.

Dokumen terkait