• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapat Hakim Pengadilan Agama Banjarbaru tentang Tenggang Waktu Kebolehan Pengajuan Isbat Nikah

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dilapangan yaitu di Pengadilan Agama Banjarbaru. Dalam laporan hasil penelitian ini, penulis akan menguraikan pendapat masing-masing Informan, dengan uraian sebagai berikut:

1. Informan 1

a. Identitas Informan

Nama : H. Khoirul Huda S.Ag, SH.

Umur : 40 Tahun

Jabatan : Hakim Pratama Madya

Pendidikan Terakhir : S1 Ilmu Hukum STIH Sultan Adam b. Pendapat Informan

Bapak Khoirul Huda berpendapat bahwa Pencatatan perkawinan adalah mencatatkan peristiwa hukum tentang adanya perkawinan kepada pejabat yang berwenang sebagai sebuah usaha yang bertujuan untuk menwujudkan ketertiban perkawinan dalam

3

masyarakat, dengan maksud sewaktu-waktu dapat dipergunakan bilamana perlu dan dipakai sebagai alat bukti yang autentik.

Pernikahan harus dicatatkan karena dampak negatif tidak dicatatkannya perkawinan adalah :

1) Perkawinan dianggap tidak sah, meski perkawinan dilakukan menurut agama dan kepercayaannya, namun dimata negara perkawinan tersebut dianggap tidak sah jika belum tercatat oleh Kantor Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil

2) Anak hanya mempunyai hubungan perdata degan ibu dan keluarga ibu, anak-anak dilahirkan diluar perkawinan atau perkawinan yang tidak tercatat, selain dianggap tidak sah, juga hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibu (pasal 42 dan 43 Undang-Undang Perkawinan). Sedang hubungan perdata dengan ayah tidak ada.

3) Anak dan ibunya tidak berhak atas nafkah dan warisan, akibat lebih jauh dari perkawinan yang tidak tercatat adalah baik istri maupun anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut tidak berhak menuntut nafkah ataupun warisan dari ayahnya.

Isbat nikah adalah permohonan pengesahan nikah yang diajukan ke Pengadilan Agama agar pernikahan dibawah tangan yang telah mereka lakukan dinyatakan sahnya sehingga memiliki

kekuatan hukum. Landasan yuridis pengesahan nikah/isbat nikah diatur dalam pasal 2 ayat (5) UU No.22 Tahun 1946 jo. Pasal 49 angka 22 penjelasan UU No. 7 Tahun 1989 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan UU No. 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama dan pasal 7 ayat (2), (3), dan (4) Kompilasi Hukum Islam.

Dalam mengajukan permohonan isbat nikah, Pengadilan Agama Banjarbaru tidak memberikan batasan. Jadi dalam hal ini pihak pengadilan selalu menerima perkara permohonan isbat nikah yang diajukan sepanjang masih termasuk kompetensi absolut dan relatif Pengadilan Agama Banjarbaru.

Landasan yuridisnya adalah Kompilasi Hukum Islam pasal 7 Huruf e menyatakan bahwa sepanjang tidak ada halangan perkawinan maka perkawinan tersebut bisa diisbatkan. Selain itu memperhatikan dari kemaslahatannya bahwa isbat nikah ini adalah hal yang sangat penting karena jika pernikahannya dicatat maka akibat dari pernikahan itu akan mempunyai kekuatan hukum, yaitu anak akan dapat membuat akta kelahiran untuk kepentingan masuk sekolah, istri dan anak juga akan mempunyai hak untuk mendapatkan nafkah ataupun warisan dari ayahnya.

Menurut bapak Khoirul Huda jika diberikan batasan tentang perkara permohonan isbat nikah yang boleh diajukan maka hal ini tentu bertentangan dengan Undang-undang karena

Undang-undang saja tidak ada mengatur tentang hal itu. Selain itu apabila diberikan batasan secara otomatis pada perkara tertentu yang tidak termasuk dalam batasan itu pasti permohonannya akan ditolak.

Pada Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 10 ayat (1) yaitu: “Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.” Kemudian Pasal 5 ayat (1) UU 48/2009 yang berbunyi: “Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.” Jadi suatu pengadilan tidak punya alasan untuk menolak suatu perkara yang diajukan kepadanya kecuali perkara yang diajukan bukan kompetensi relatif atapun kompetensi absolute Pengadilan Agama tersebut.4

2. Informan 2

a. Identitas Informan

Nama : Dra. Hj. Amalia Murdiah, S.H.

Umur : 50 Tahun

Jabatan : Hakim Madya Utama

Pendidikan Terakhir : S1 Ilmu Hukum STIH Sultan Adam

4 Khoirul Huda, Hakim PA Banjarbaru, Wawancara Pribadi, PA Banjarbaru, 20 maret 2017

b. Pendapat Informan

Menurut Ibu Amalia Murdiah, pencatatan perkawinan adalah pendataan administrasi perkawinan yang ditangani oleh Pegawai Pencatat Nikah. Pendataan ini dimaksudkan agar tercipta tertib administrasi dalam perkawinan.

Dampak dari perkawinan yang tidak dicatat tentu ada. Kalau dilihat dari tujuan pencatatan adalah untuk kepastian hukum, ketertiban hukum, sehingga jika perkawinan tidak dicatatkan maka perkawinan tidak memiliki kekuatan hukum dan pencatatannya menjadi tidak tertib. Sedangkan untuk para pihak juga memiliki dampak terutama pada pihak istri dan anak. Pada suami juga memiliki dampak dalam hal waris apabila istri atau anaknya meninggal maka ia tidak mendapat waris jika pembagian waris dilakukan di Pengadilan karena tidak ada bukti yang menyatakan antara pewaris dan ahli waris memiliki hubungan baik sebab nasab ataupun perkawinan.

Isbat nikah menurut Ibu Amalia adalah orang yang telah melakukan pernikahan secara sah menurut agama akan tetapi perkawinan tersebut tidak tercatat sehingga tidak memperoleh pengakuan dari negara bahwa perkawinan tersebut telah terjadi. Sehingga dilakukanlah isbat nikah agar perkawinannya dapat

diakui negara dan memiliki kekuatan hukum. Landasan yuridis dari isbat nikah pasal 7 ayat (2), (3), dan (4) Kompilasi Hukum Islam.

Dalam hal pengajuan isbat nikah pada Pengadilan Agama Banjarbaru tidak ada batasan mengenai tenggang waktu kebolehan pengajuan permohonan isbat nikah. Selama ini siapapun yang berperkara di Pengadilan tersebut selalu diterima karena memang tugas dari pengadilan adalah melayani para pihak yang berperkara. Sedangkan dikabulkan atau tidak permohonan tersebut tergantung pada saat sidang, apabila memang buktinya terpenuhi maka akan dikabulkan, jika sebaliknya maka permohonan tidak dikabulkan.

Jadi selama ini perkara isbat nikah selalu diterima tanpa memandang perkawinan tersebut telah terjadi berapa lama, jika para pihak mengajukan permohonan isbat nikah maka perkara akan diterima kemudian diperiksa apakah dapat dikabulkan atau tidak itu tergantung pada saat persidangan.5

3. Informan 3

a. Identitas Informan

Nama : H. Muhlis, SHI, MH

Umur : 40 Tahun

Jabatan : Hakim

Pendidikan Terakhir : S2 Universitas Sumatera Utara

5

Amalia Murdiah, Hakim PA Banjarbaru, Wawancara Pribadi,PA Banjarbaru, 22 maret 2017.

b. Pendapat Informan

Menurut bapak Muhlis Pencatatan nikah adalah suatu kegiatan administrasi yang dilakukan oleh PPN atas pernikahan yang telah dilangsungkan oleh seseorang.

Dampak negatif perkawinan yang tidak dicatatkan adalah :

1) Berselingkuh merupakan hal wajar

2) Akan ada banyak kasus poligami yang terjadi

3) tidak ada kejelasan status istri dan anak baik dimata hukum maupun pada masyarakat sekitar

4) Pelecehan seksual terhadap kaum hawa, karena tujuan pernikahan itu hanya sebagai pelampiasan nafsu sesaat bagi laki-laki

Isbat Nikah adalah Permohonan yang diajukan ke Pengadilan Agama tentang sebuah penikahan yang dilangsungkan tanpa dicatat agar dapat memperoleh kekuatan hukum. Landasan yuridis dari isbat nikah adalah pasal 7 ayat (2), (3), dan (4) Kompilasi Hukum Islam.

Prosedur Pengajuan Isbat Nikah Pada Pengadilan Agama Banjarbaru yang dalam hal ini ketiga Hakim berpendapat sama dikarenakan ini adalah ketentuan dari Pengadilan Agama Banjarbaru yaitu:

Langkah 1. Datang dan Mendaftar ke Kantor Pengadilan Agama Setempat.

a) Mendatangi Kantor Pengadilan Agama di wilayah tempat tinggal anda.

b) Membuat surat permohonan isbat nikah. Surat permohonan dapat dibuat sendiri (seperti terlampir). Apabila anda tidak bisa membuat surat permohonan, anda dapat meminta bantuan kepada Pos Bakum (Pos Bantuan Hukum) yang ada pada pengadilan setempat secara cuma-cuma.

c) Surat permohonan isbat nikah ada dua jenis sesuai dengan tujuan yaitu 1) surat permohonan isbat nikah digabung dengan gugat cerai dan 2) surat permohonan isbat nikah. d) Memfotokopi formulir permohonan Isbat Nikah sebanyak 5

rangkap, kemudian mengisinya dan menandatangani formulir yang telah lengkap. Empat rangkap formulir permohonan diserahkan kepada petugas Pengadilan, satu fotokopi anda simpan.

e) Melampirkan surat-surat yang diperlukan, antara lain surat keterangan dari KUA bahwa pernikahannya tidak tercatat.

Langkah 2. Membayar Panjar Biaya Perkara

a) Membayar panjar biaya perkara. Apabila anda tidak mampu membayar panjar biaya perkara, anda dapat mengajukan permohonan untuk beperkara secara cuma-cuma (Prodeo).

Rincian informasi tentang Prodeo dapat dilihat di Panduan Prodeo.

b) Apabila anda mendapatkan fasilitas Prodeo, semua biaya yang berkaitan dengan perkara anda di pengadilan menjadi tanggungan pengadilan kecuali biaya transportasi anda dari rumah ke pengadilan. Apabila anda merasa biaya tersebut masih tidak terjangkau, maka anda dapat mengajukan Sidang Keliling. Rincian informasi tentang Sidang Keliling dapat dilihat di Panduan Sidang Keliling.

c) Setelah menyerahkan panjar biaya perkara jangan lupa meminta bukti pembayaran yang akan dipakai untuk meminta sisa panjar biaya perkara.

Langkah 3. Menunggu Panggilan Sidang dari Pengadilan

Pengadilan akan mengirim Surat Panggilan yang berisi tentang tanggal dan tempat sidang kepada Pemohon dan Termohon secara langsung ke alamat yang tertera dalam surat permohonan.

Langkah 4. Menghadiri Persidangan

a) Datang ke Pengadilan sesuai dengan tanggal dan waktu yang tertera dalam surat panggilan. Upayakan untuk datang tepat waktu dan jangan terlambat.

b) Untuk sidang pertama, bawa serta dokumen seperti Surat Panggilan Persidangan, fotokopi formulir permohonan yang telah diisi. Dalam sidang pertama ini hakim akan menanyakan identitas para Pihak misalnya KTP atau kartu identitas lainnya yang asli. Dalam kondisi tertentu hakim kemungkinan akan melakukan pemeriksaan isi permohonan. c) Untuk sidang selanjutnya, hakim akan memberitahukan kepada Pemohon/ Termohon yang hadir dalam sidang kapan tanggal dan waktu sidang berikutnya. Bagi Pemohon/Termohon yang tidak hadir dalam sidang, untuk persidangan berikutnya akan dilakukan pemanggilan ulang kepada yang bersangkutan melalui surat.

d) Untuk sidang kedua dan seterusnya, ada kemungkinan anda harus mempersiapkan dokumen dan bukti sesuai dengan permintaan hakim. Dalam kondisi tertentu, hakim akan meminta anda menghadirkan saksi-saksi yaitu orang yang mengetahui pernikahan anda di antaranya wali nikah dan saksi nikah, atau orang-orang terdekat yang mengetahui pernikahan anda.

Langkah 5. Putusan/Penetapan Pengadilan

a) Jika permohonan anda dikabulkan, Pengadilan akan mengeluarkan putusan/ penetapan isbat nikah.

b) Salinan putusan/penetapan isbat nikah akan siap diambil dalam jangka waktu setelah 14 hari dari sidang terakhir. c) Salinan putusan/penetapan isbat nikah dapat diambil sendiri

ke kantor Pengadilan atau mewakilkan kepada orang lain dengan Surat Kuasa.

d) Setelah mendapatkan salinan putusan/penetapan tersebut, anda bisa meminta KUA setempat untuk mencatatkan pernikahan anda dengan menunjukkan bukti salinan putusan/penetapan pengadilan tersebut.

Permohonan isbat nikah yang diajukan tidak ada batasan karena mengacu pada pasal Kompilasi hukum Islam pasal 7 angka 3 huruf e. Jadi jika seseorang melakukan pernikahan dibawah tangan kemudian mereka ingin mengajukan isbat nikah maka permohonan itu akan diterima sepenjang perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan Agama dan Kepercayaannya masing-masing.

Jika dilakukan pembatasan terhadap permohonan isbat nikah yang boleh diajukan maka hal ini akan menyulitkan para pihak yang ingin berperkara, harus kemana lagi mereka mengajukan isbat nikah kalau tidak ke pengadilan agama. Ketika para pihak mengajukan isbat nikah artinya para pihak tersebut telah sadar akan pentingnya sebuah pengakuan hukum, tanpa isbat nikah maka sampai kapanpun pernikahan mereka tidak akan memiliki kekuatan

hukum karena mereka tidak memiliki akta autentik yang membuktikan pernikahannya. Kesadaran hukum seperti inilah yang diharapkan oleh para penegak hukum karena akan mempermudah dalam penegakan dan penerapan hukum.6