• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A. Ketentuan Umum Ju’ᾱlah

B. Definisi Multi Level Marketing

3. Pendapat Majelis Ulama Indonesia Tentang Multi Level Marketing

ِِّٖذَخ َِٓع ِْٗ١ِثَأ َْٓع ٍتْعَش ِْٓث

:

َُاٍَعَٚ ِْٗ١ٍََع ُ االلّ ٝاٍَص ِ االلّ ُي ُْٛعَس َيبَل

ْةَشْشاَٚ ًُْو

شْ١َغ ِٝف ْقاذَصَرَٚ ْظَجٌْاٚ

ٍخٍَْ١ِخَِ َلََّٚ ٍفَشَع

”Dari Amr bin Sya‟ab dari bapaknya dari kakeknya ia berkata : Rasulallah SAW bersabda : „Makanlah, minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah dengan tidak berlebih-lebihan dan menyombongkan diri”. (H.R Abu Daud

dan Ahmad).72

Ayat-ayat al-Quran dan al-Hadist di atas merupakan dasar pokok yang harus di perhatikan oleh setiap pelaku yang menjalankan bisnis dengan sistem Multi Level Marketing sehingga mewujudkan rasa aman dalam bertransaksi dan terhindar perbuatan yang merugikan antara kedua belah pihak.

3. Pendapat Majelis Ulama Indonesia Tentang Multi Level Marketing

Hidup akan terasa indah apabila selalu mengikuti ketentuan hukum yang telah ditentukan baik secara agama maupun secara umum. Dalam hal ini masyarakat Indonesia merupakan negara yang bermayoritaskan muslim terbanyak didunia oleh karenanya ada suatu Lembaga yang mengatur sedemikian rupa agar terciptanya hubungan yang baik dengan allah dan mempunyai hubungan baik dengan sesama makhluk ciptaannya. Oleh karena itu Majelis Ulama Indonesia adalah salah satu Lembaga yang sedemikian rupa mengatur atau mengeluarkan fatwa-fatwa yang berkaitan

72

dengan ummat muslim. Dalam hal ini kita wajib mengikuti perintah-perintah ulama yang benar dan berkompetensi baik dalam al-Quran telah ditegaskan:

بَٙ ٠َأَٰٓ٠

ٱ

َٓ٠ِزاٌ

ْاُٛع١ ِغَأ ْإَُِٓٛاَء

ٱ

َالل

ْاُٛع١ِغَأَٚ

ٱ

َيُٛعاشٌ

ُأَٚ

ٌِْٟٚ

ٱ

ِش َِ لْ

ِْئَف ۡۖ ُُىِِٕ

ٌَِٝإ ُٖٚ دُشَف ء َٟش ِٟف ُُز عَضََٰٕر

ٱ

ِالل

َٚ

ٱ

ِيُٛعاشٌ

ِث َُِِْٕٛ ؤُر ُُزُٕو ِْإ

ٲ

ِالل

َٚ

ٱ

َِ َٛ١ ٌ

ٱ

ِۚشِخٓ لْ

َغ حَأَٚ ش ١َخ َهٌِ َٰر

ُٓ

ًل٠ِٚ أَر

٢٢

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (Q.S An-Nisa: 59).

Kandungan makna dalam ayat ini adalah kepala pemerintah, para ulama, para hakim, para pemimpin, tumpuan hajat hidup orang banayak dan kemaslahatan umum. Jika mereka telah sepakat memutuskan suatu perkara, maka keputusan itu wajib dituruti dengan tidak bertentangan dengan hukum Allah dan al-Sunnah Rasul-nya.73

Multi Level Marketing yang diperbolehkan dalam ketentuan hukum

Islam adalah yang dapat memenuhi beberapa ketentuan oleh DSN dalam

73

Bachtiar Surin, Adz-Zikraa Terjemah dan Tafsir Al-Qurandalam Huruf Arab dan Latin (Bandung: Angkasa Bandung, 1991), h. 357.

Fatwa Nomor 75/DSN-MUI/VII/2009, dengan ketentuan sebagai berikut:

Pertama, Ketentuan Umum:

a) Penjualan langsung berjenjang adalah cara penjualan barang atau jasa melalui jaringan pemasaran yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha kepada sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut.

b) Barang adalah setiap benda berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat dimilik, diperdagangkan oleh konsumen.

c) Produk jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau pelayanan untuk dimanfaatkan oleh konsumen.

d) Perusahaan adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang dan atau produk jasa dengan sistem penjualan langsung yang terdaftar menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e) Konsumen adalah pihak pemakai barang dan atau jasa, dan tidak untuk diperdagangkan.

f) Komisi adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha atas penjualan yang besaran maupun bentuknya diperhitungkan berdasarkan prestasi kerja nyata, yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang dan atau produk jasa.

g) Bonus adalah tambahan imbalan yang diberikan perusahaan kepada mitra usaha atas penjualan, karena berhasil melampaui batas target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan perusahaan. h) Ighrᾱ‟ adalah daya tarik luar biasa yang menyebabkan orang lalai

terhadap kewajibannya demi melakukan hal-hal atau transaksi dalam rangka memperoleh bonus atau komisi yang dijanjikan.

i) Money Game adalah kegiatan penghimpun dana masyarakat atau penggandaan uang yang praktik memberikan komisi dan bonus dari hasil perekrutan atau pendaftaran mitra usaha yang baru bergabung kemudian dan bukan dari hasil penjualan produk, atau dari hasil penjualan produk namun produk dijual tersebut sebagai kamuflase atau

tidak mempunyai mutu atau kualitas yang dapat

dipertanggungjawabkan.

j) Excessive Mark-up adalah batas marjin laba berlebihan yang dikaitkan dengan hal-hal lain luar biasa.

k) Member get member adalah strategi perekrutan keanggotaan baru yang dilakukan oleh anggota yang terdaftar sebelumnya.

l) Mitra usaha (stokist) adalah pengecer (retailer) yang menjual atau memasarkan produk-produk penjualan langsung.

Kedua, ketentuan hukum:

Praktik (PLBS) Penjualan Langsung Berjenjang Syariah harus memenuhi beberapa ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a) Adanya objek transaksi rill yang diperjualbelikan berupa barang atau produk jasa.

b) Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang diharamkan dan atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram. c) Transaksi dalam perdagangan tersebut tidak mengandung unsur

gharar, maysῑr, ribᾱ, dharᾱr, dzûlm, dan maksiat.

d) Tidak ada kenaikan harga/biaya yang berlebihan (excessive mark-up) sehingga merugikan konsumen karena tidak sepadan dengan kualitas/ manfaat yang diperoleh.

e) Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang atau produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam PLBS.

f) Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) harus jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (Akad) sesuai dengan target penjualan barang atau produk jasa yang ditetapkan oleh perusahaan.

g) Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara regular tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau jasa.

h) Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) tidak menimbulkan Ighrᾱ‟.

i) Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara anggota pertama dan anggota berikutnya.

j) Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk penghargaan dan acara seremonial yang dilakukan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan akidah, syari’ah, dan akhlak mulia, kultus, maksiat, dan lain-lain.

k) Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggota yang direkrutnya tersebut.

l) Tidak melakukan kegiatan money game.

Ketiga, ketentuan akad:

Adapun akad-akad yang digunakan dalam PLBS (Penjualan Langsung Berjenjang Syari’ah) adalah:

a) Akad Bᾱ‟i (Murᾱbahah) merujuk kepada substansi Fatwa No. 4/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murᾱbahah; Fatwa No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang diskon dalam Murᾱbahah.

b) Akad wakᾱlah bil ujrah merujuk kepada substansi Fatwa No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang wakᾱlah bil ujrah pada Asuransi dan Reasuransi Syari’ah.

c) Akad ju‟âlah merujuk kepada substansi Fatwa No. 62/DSN-MUI/XII/2007 tentang akad ju‟âlah.

d) Akad ijᾱrah merujuk kepada substansi Fatwa No. 9/DSN-MUI/IV/200 tentang pembiayaan ijᾱrah.

e) Akad-akad yang lain yang sesuai dengan prinsip syari’ah setelah dikeluarkan fatwa oleh DSN-MUI.74

Ada dua aspek untuk menilai apakah bisnis Multi Level Marketing sesuai dengan syria’ah atau tidak, yaitu:75

Telah ditegaskan oleh Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 62/DSN-MUI/XII/2007:

Pertama, ketentuan umum:

1) Adalah janji atau komitmen (iltizᾱm) untuk memberikan imbalan

(reward/‟iwᾱdh/ju‟l) tertentu atas pencapaian hasil (natῑjah) yang

ditentukan dari suatu pekerjaan.

2) Jᾱ‟il adalah pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil pekerjaan (natῑjah) yang ditentukan.

3) Maj‟ul lah adalah pihak yang melaksanakan ju‟âlah.

Kedua, ketentuan akad:

Akad ju‟âlah boleh dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan jasa sebagaimana dimaksud dalam konsideran di atas dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Pihak jᾱ‟il harus memiliki kecakapan hukum dan kewenangan

(muthlaq al-tasharruf) untuk melakukan akad ju‟âlah

2) Objek ju‟âlah (mᾱhal al-„aqd/maj‟ûl „alaih) harus berupa pekerjaan yang tidak dilarang oleh syari’ah, serta tidak menimbulkan akibat yang dilarang.

74

Mardani, Hukum Perikatan Syariah Di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 214-216.

75

Gemala Dewi dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia Cet Ke-3 (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2007), h. 184.

3) Hasil pekerjaan (natῑjah) sebagaimana dimaksud harus jelas dan diketahui oleh para pihak pada saat penawaran.

4) Imbalan ju‟âlah (reward/‟iwᾱdh//ju‟l) harus ditentukan besarannya oleh jᾱ‟il dan diketahui oleh para pihak pada saat penawaran.

5) Tidak boleh ada syarat imbalan diberikan di muka (sebelum pelaksanaan objek ju‟âlah).

Ketiga, ketentuan hukum:

1) Imbalan ju‟âlah hanya berhak diterima oleh pihak maj‟ûl lahu apabila hasil dari pekerjaan tersebut terpenuhi.

2) Pihak jᾱ‟il harus memenuhi imbalan yang diperjanjikannya jika pihak

maj‟ûl menyelesaikan (memenuhi) prestasi (hasil pekerjaan/natῑjah)

yang ditawarkan.

Keempat, ketentuan penutup:

1) Jika terjadi perselisihan (persengketaan) di antara para pihak, dan tidak tercapai kesepakatan di antara mereka maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional atau melalui Pengadilan Agama.

2) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.76

76

Adapun beberapa kriteria yang lebih mendetail tentang pelaksanaan

Multi Level Marketing adalah sebagai berikut:

1. System dan Business plan

a) Tidak menjanjkan kaya mendadak, atau menjanjikan untuk mendapatkan uang dengan cepat dan mudah.

b) Tidak mengarahkan para distributor pada materialism, konsumerisme, atau gaya hidup mendorong pada kemubaziran

c) Tidak ada unsur piramida, dimana hanya yang berada pada level-level puncak saja yang diuntungkan, sedangkan pada level-level-level-level bawah mengalami kerugian.

d) Biaya pendaftaran tidak terlalu tinggi, biaya pendaftaran dapat diumpamakan sebagai pengganti biaya starter kit atau kartu anggota yang harganya relative tidak terlalu mahal.

e) Adanya transparansi sistem, yaitu semua sistem yang berkaitan dapat diketahui secara transparan dalam batas-batas tertentu. Beberapa bonus dan komisi yang didapat seorang distributor dapat dijelaskan dari mana diperolehnya sesuai aturan yang ada.

f) Bonus jelas nisbahnya sejak awal, bentuknya bisa berupa perjanjian mengenai tatacara pembagian dan mekanisme penerimaan bonus bagi setiap distributor.

2. Produk

a) Ada transaksi riil (delivery of good or services) atas barang atau jasa yang diperjualbelikan.

b) Barang dan jasa diupayakan kebutuhan pokok, bukan barang mewah yang mendorong pada konsumerisme dan pemborosan. c) Terdapat produk yang dijual, baik berupa jasa atau barang

kebutuhan pokok.

d) Barang dan jasa yang diperjualbelikan jelas kehalalannya, lebih baik lagi jika dibuktikan dengan hasil penelitian dari pihak yang berwenang.

e) Tidak ada excesive mark up atas harga produk produk yang diperjualbelikan di atas covering biaya promosi dan marketing konvensional.

f) Memiliki jaminan dikemblikan (buy buck guarantee), sehingga sebagai bagian dari layanan kepada konsumen, sehingga konsumen dapat mengembalikan bila barang yang terlanjur dibelinya ternyata tidak berkualitas atau rusak.

3. Perusahaan

a) Perusahaan memiliki track record yang baik, bukan perusahaan misterius yang menimbulkan kontroversi, atau punya hubungan dengan misi agama non-muslim.

b) Memiliki kepedulian sosial dan lingkungan. 4. Management keuangan

Sistem keuangannya bersinergi dengan sistem keuangan syariah. Mulai dari permodalan, transaksi, maupun kegiatan keuangan lainnya. 5. Support System

a) Mengajarkan kejujuran dalam bisnis, tidak mengajarkan berbohong atau menutupi cela produk pada prospek untuk menegelabuinya agar mengikuti bisnis yang ditawarkan.

b) Harus ada paradigm shift tentang orientasi dan image sukses. Sukses tidak selalu diukur lewat dimilikinya sejumlah materi, tetapi ada yang jauh lebih dari itu, yaitu kesuksesan dalam hal intelektul, emosional, dan spiritual.

6. Sistem pengawasan

a) Adanya dewan pengawas syari’ah yang melakukan monitoring dan pengawasan secara terus menerus baik atas kehalalan produk, adilnya sistem pembagian bonus dan system, Islami-nya corporate

culture yang dibagun, dan orientasi sukses yang ditumbuhkan.

b) Dilakukannya financial audit tahunan oleh pihak luar (akuntan publik) yang dengannya diharapkan pengurus Multi Level

Marketing Syari’ah akan tertib laporan dan anggota (member) bisa

melihat jalannya perusahaan tepatnya bergabung secara transparan dari waktu ke waktu.

a) Diutamakan ada pengambilan barang dan jasa produksi pengusaha menengah kecil dan koperasi sebagai wujud kepedulian pemberdayaan usaha kecil.

b) Semaksimal mungkin diutamakan produksi dari saudara seiman. c) Diupayakan mengutamakan produk buatan anak bangsa agar hemat

devisa dan meningkatkan ekspor.77

Dokumen terkait