• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK

E. Pendataan dan Penilaian

1. Mobil milik anggota Koperasi Swadharma yang disewa oleh PT. Bank Negara Indonesia (Tbk)

NO Jenis Mobil Tahun Masa Sewa Cabang Penyewa 1 Toyota Avanza 2009 5 BNI USU

2 Toyota Avanza 2009 5 BNI USU 3 Toyota Avanza 2009 5 BNI USU

4 Toyota Avanza 2009 5 BNI Tebing Tinggi 5 Toyota Avanza 2009 5 BNI USU

6 Toyota Avanza 2009 5 BNI Gunung Sitolo 7 Toyota Inova 2009 5 BNI Cabang Medan 8 Toyota Vios 2009 5 BNI Balige Tobasa 9 Toyota Vios 2009 5 BNI Tebing Tinggi 10 Toyota Avanza 2009 5 BNI Tanjung Balai 11 Toyota Vios 2009 5 BNI Sigli

12 Toyota Avanza 2009 5 BNI Sigli

13 Toyota Avanza 2010 5 BNI Cabang Medan 14 Toyota Avanza 2010 5 BNI Cabang Medan

15 Toyota Avanza 2009 5 BNI Wilayah 01 Medan

2. Pembayaran Sewa Mobil dari PT. Bank Negara Indonesia (Tbk) kepada Koperasi Swadharma Medan untuk setiap 3 bulan sebagai berikut :

No Jenis Mobil Diterima Anggota Koperasi (Rp) PPN 10% (Rp) Total Sewa (Rp) 1 Toyota Avanza 9,272,727 927,273 10,200,000 2 Toyota Avanza 9,272,727 927,273 10,200,000 3 Toyota Avanza 9,272,727 927,273 10,200,000 4 Toyota Avanza 9,272,727 927,273 10,200,000 5 Toyota Avanza 9,272,727 927,273 10,200,000 6 Toyota Avanza 9,272,727 927,273 10,200,000 7 Toyota Inova 16,090,909 1,609,091 17,700,000 8 Toyota Vios 17,590,909 1,759,091 19,350,000 9 Toyota Vios 17,590,909 1,759,091 19,350,000 10 Toyota Avanza 9,245,455 924,545 10,170,000 11 Toyota Vios 15,545,455 1,554,545 17,100,000 12 Toyota Avanza 9,245,455 924,545 10,170,000 13 Toyota Avanza 9,245,455 924,546 10,170,000 14 Toyota Avanza 9,245,455 924,546 10,170,000 15 Toyota Avanza 10,909,091 1,090,909 12,000,000

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

Setelah dilakukan pembahasan secara teoritis dan penelitian pada perusahaan, maka pada bagian ini penulis akan melakukan analisa dan evaluasi terhadap data dan informasi yang penulis peroleh dari perusahaan.

Sebagaimana telah penulis jelaskan sebelumnya bahwa tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dilaksanakan pada Koperasi Swadharma Medan adalah untuk mengetahui pelaksanaan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai sewa mobil milik anggota koperasi dan hambatan-hambatan yang dihadapi serta upaya-upaya untuk mengatasi hambatan yang terjadi pada sewa mobil di Koperasi Swadharma Medan.

A. Objek Pemungutan dan Saat Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

Sebelum menjelaskan secara lebih rinci mengenai proses pemungutan, maka ada baiknya bila penulis menjelaskan objek pemungutan dan saat pemungutan Pajak Pertambahan Nilai.

1) Objek Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

a. Setiap pembayaran yang dilakukan oleh pemungut Pajak Pertambahan Nilai. b. Atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.

2) Adapun PPN yang tidak dipungut oleh pemungut PPN dalam hal sebagai berikut : a. Pembayaran paling banyak Rp 1,000,000 dan tidak merupakan pembayaran

yang terpecah-pecah.

b. Pembayaran untuk pembebasan tanah.

c. Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bukan BBM oleh Pertamina.

d. Pembayaran atas rekening televon.

e. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan.

f. Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.

3) Saat Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

a) Pemungutan PPN dilakukan pada saat pembayaran oleh badan-badan tertentu kepada rekanan yang bersangkutan.

b) Pemungutan dan pencatatan, penyetoran PPN yang dipungut dilakukan pada saat pembayaran Kantor Perbendaharaan Keuangan Negara (KPKN) kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) rekanan pemerintah.

c) Pemungutan PPN dilakukan pada saat pembayaran oleh bendaharawan pemerintah kepada PKP rekanan pemerintah.

Berdasarkan hasil penelitian dengan melihat data-data yang diperoleh dari perusahaan tersebut, maka perusahaan ini pada tahun 2010 telah melaksanakan kewajiban dalam melaporkan pemotongan Pajak Pertambahan Nilai 10%.

B. Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Sewa Mobil Milik Anggota Koperasi Swadharma Medan

1. Pengisian Faktur Pajak Standar sesuai dengan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-159/Pj/2006 Tanggal 30 Oktober 2006.

2. Setelah pengisian lengkap dan ditanda tangani oleh Ketua Koperasi Swadharma Medan langsung disetor ke rekening Menteri Keuangan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Cabang Medan, pelaksanaan setoran sejak tanggal 1 sampai dengan 10 setiap bulan, jika terlambat dikenakan denda sebesar 2% perbulan. 3. Setelah pembayaran Wajib Pajak melaporkan kepada KPP Kota Madya Medan

paling lambat tanggal 20 pada bulan pembayaran, bila terlambat maka dikenakan denda sebesar 2% perbulan.

4. Saat Pelaksanaan Pelaporan

a) Bagi Pihak Koperasi Swadharma Medan sebagai Pemungut dan Penyetor PPN, prosedur yang harus dilakukan dalam melaporkan PPN adalah Pemungut PPN terlebih dahulu membuat Faktur Pajak Standar setiap pembayaran yang dilakukan 3 bulan, dan melaporkan penyetoran terhadap pajak yang terutang setiap 3 bulannya.

Berikut ini data-data Faktur Pajak Standar : No Jenis Mobil Harga Jual/Penggantian (DPP)

(Rp) PPN = 10% x DPP (Rp) 1 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 2 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 3 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 4 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 5 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 6 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 7 Toyota Inova 15,803,572 1,580,357 8 Toyota Vios 17,276,786 1,727,678 9 Toyota Vios 17,276,786 1,727,678 10 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 11 Toyota Vios 17,276,786 1,727,678 12 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 13 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 14 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 15 Toyota Avanza 9,107,143 910,714

C. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Dalam Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Pada Koperasi Swadharma Medan

Menurut pengamatan dan data yang penulis dapatkan selama mengadakan penelitian di perusahaan ini, penulis melihat ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh Koperasi Swadharma sehubungan dengan proses pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dalam sewa mobil. Salah satunya adalah bank penyewa mobil telah membayarkan Pajak Pertambahan Nilai kepada Koperasi Swadharma Medan oleh koperasi setoran tersebut dipergunakan untuk keperluan lain, sehingga pembayaran PPN dilakukan pada akhir tanggal pembayaran yaitu tanggal 10 perbulan. Namun demikian Koperasi Swadharma Medan tidak pernah terlambat sehingga tidak ada beban denda.

D. Upaya-upaya untuk Mengatasi Hambatan dalam Pemungutan PPN

Potensi penggalian dana dari pajak masih ada dalam jumlah besar, persoalan pajak tetap amat kompleks diantaranya seperti yang dihadapi oleh Koperasi Swadharma dalam pelayanan sistem administrasi yang diberikan fiskus dan juga harus tegas bahwa penggunaan setoran PPN tidak dikenakan untuk keperluan lainnya, sehingga tidak mengalami hambatan atas setoran pajak. Untuk itu penulis ingin agar dari pelayanan yang diberikan fiskus, wajib pajak merasa bahwa pajak itu bukanlah merupakan suatu beban tetapi merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan karena pajak merupakan sumber utama penerimaan pemerintah dalam membiayai pembangunan di segala bidang dan digunakan untuk kepentingan masyarakat umum

dengan cara lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk mendapatkan kesan sebaik-baiknya.

Pelayanan yang dapat meningkatkan penerimaan pajak tersebut adalah pelayanan yang baik. Pelayanan tersebut mempunyai formula yaitu suatu pelayanan yang mampu mengantisipasi atau mengatasi masalah-masalah yang muncul dan berkembang dalam masyarakat yang tertuang dalam peraturan pelaksanaan yang mudah dimengerti, dipahami dan terhadap aparat pajak harus tanggap dan cepat menyelesaikan masalah yang muncul serta mudah menyelesaikannya dan terakhir hasilnya benar dan sesuai dengan ketentuan.

Selain itu, masalah yang paling mendasar yang dihadapi oleh Koperasi Swadharma adalah kurangnya penyuluhan dan sosialisasi perpajakan kepada wajib pajak. Sehingga menimbulkan kesalahan dalam pemungutan pajak dan pajak yang salah dipungut tersebut telah dilaporkan, yang mengakibatkan kurangnya penyuluhan-penyuluhan tentang peraturan-peraturan perpajakan yang baru.

Penyuluhan ini dimaksudkan agar masyarakat yang terkait dengan bidang tersebut dapat sesegera mungkin mengetahui segala bentuk aturan pelaksanaan dan undang-undang yang baru agar mudah menyesuaikan kepengurusan perpajakannya.

Maka dalam hal ini, komunikasi yang baik sangat diharapkan demi terciptanya suatu kerja sama yang baik antara aparatur perpajakan dengan wajib pajak sehingga wajib pajak merasa tidak ada batas antara aparatur perpajakan dengan wajib pajak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah membahas dan menganalisa data-data penelitian, maka selanjutnya penulis akan membuat beberapa kesimpulan dan saran yang mungkin akan berguna bagi para pembaca. Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Pengorganisasian Koperasi Swadharma Medan memakai sistem organisasi garis. Hal ini dilaksanakan oleh ketua karena dianggap lebih baik dan lebih sesuai, dimana garis kekuasaan dan tanggung jawab bercabang pada setiap tingkat mulai dari pimpinan yang paling tinggi sampai kepada karyawan tingkat bawah, sehingga hubungan setiap PPN dalam sewa mobil milik anggota koperasi yang telah dipungut oleh Koperasi Swadharma disetorkan melalui Bendaharawan. 2. Proses pemungutan PPN dalam sewa mobil milik anggota Koperasi Swadharma

pada PT. Bank Negara Indonesia (Tbk) Medan tidak begitu mengalami hambatan atau kesulitan yang berarti dikarenakan Koperasi Swadharma Medan hanya meneliti kebenaran Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, dan bank penyewa mobil telah membayarkan Pajak Pertambahan Nilai kepada Koperasi Swadharma Medan oleh koperasi setoran tersebut dipergunakan untuk keperluan lain, sehingga pembayaran PPN dilakukan pada akhir tanggal pembayaran yaitu tanggal 10 perbulan.

B. Saran

Melalui kesempatan ini pula penulis ingin memberikan beberapa saran yang semoga dapat menjadi masukan bagi para pembaca. Adapun saran yang akan penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Koperasi Swadharma Medan agar selalu meneliti kembali setiap penghitungan PPN agar tidak terjadi kesalahan dalam penghitungan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan sebelum melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak.

2. Mengikuti Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku di Indonesia sering mengalami perubahan, diharapkan kepada pihak perusahaan untuk terus-menerus memantau dan mengikuti perubahan-perubahan tersebut. Sehingga setiap perhitungan yang dilakukan itu selalu sesuai dengan perubahan yang telah dilakukan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti, 2005, Perpajakan Teori dan Kasus Buku 1 Edisi 4, PT. Salemba Empat, Yogyakarta.

Suandy, Erly, 2008, Hukum Pajak Edisi Empat, PT. Salemba Empat, Yogyakarta. Sukardji, Untung, 2001, Pajak Pertambahan Nilai Edisi Empat, PT. RajaGrafindo

Persada, Jakarta

Waluyo, 2006, Perpajakan Indonesia, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang perubahan

ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Kementerian Republik Indonesia, Buku Petunjuk Pajak Pertambahan Nilai, Direktorat Jenderal Pajak.

Dokumen terkait