• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN 1 : PETUNJUK UMUM

E. Pendekatan dan Model Pembelajaran

3. Pendekatan Pembelajaran

Paradigma belajar bagi siswa menurut jiwa Kurikulum 2013 adalah siswa aktif mencari bukan lagi siswa menerima. Oleh karena itu, pembelajaran harus dikembangkan menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif dan kreatif. Di Indonesia ini sebenarnya sudah lama dikembangkan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan Paikem. Pendekatan ini nampaknya sangat relevan dengan kemauan model pembelajaran untuk mendukung pelaksanakan Kurikulum 2013. Pembelajaran Sejarah Indonesia sangat cocok dengan pendekatan Paikem. Paikem adalah singkatan dari prinsip pembelajaran: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.

• Aktif, maksudnya agar guru berusaha menciptakan suasana sedemikian rupa agar siswa aktif melakukan serta mencari pengetahuan dan pengalamannya sendiri.

• Inovatif, pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ada, dan tidak monoton. Guru selalu mencari model kontekstual yang dapat menarik siswa.

• Kreatif, agak mirip dengan inovatif, guru harus mengembangkan kegiatan belajar yang beragam, menciptakan pembelajaran baru yang penuh tantangan, pembelajaran berbasis masalah sehingga mendorong siswa untuk merumuskan masalah dan cara pemecahannya.

• Efektif, guru harus secara tepat memilih model dan metode pembelajaran sesuai dengan tujuan, materi dan situasi sehingga tujuan dapat tercapai dan bermakna bagi siswa

• Menyenangkan, guru harus berusaha dan menciptakan proses

pembelajaran Sejarah Indonesia itu menjadi menyenangkan bagi siswa. Apabila suasana menyenangkan siswa akan memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Sesuai dengan pendekatan siswa aktif tersebut dewasa ini sedang populer dengan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Pendekatan kontekstual ini memiliki ciri antara lain:

1). Materi pembelajaran dipilih sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan siswa.

2). Materi pembelajaran dikaitkan dengan dunia nyata dan kekinian

3). Materi pembelajaran disesuaikan dengan pengetahuan dan

kemampuan siswa.

4). Materi pembelajaran akan menarik dengan mengintegrasikan dengan beberapa cabang ilmu lain.

5). Siswa akan terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. 6). Dalam proses belajar siswa akan lebih banyak untuk menggali informasi,

Dalam proses pembelajaran Sejarah Indonesia, setiap siswa perlu juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1). Setiap awal pembelajaran, siswa harus membaca teks yang tersedia di dalam buku teks pelajaran Sejarah Indonesia

2). Siswa perlu memperhatikan beberapa hal yang dipandang penting seperti istilah, konsep atau kejadian penting, bahkan mungkin angka tahun yang memiliki makna atau pengaruh yang sangat kuat dan luas dalam peristiwa sejarah berikutnya. Oleh karena itu, setiap siswa perlu memamahami prinsip sebab akibat dalam peristiwa sejarah.

3). Peserta didik selaku warga belajar perlu memperhatikan dan mencermati beberapa gambar, foto, peta atau ilustrasi lain yang ada pada buku teks.

4). Dalam mengembangkan pembelajaran Sejarah Indonesia ini, guru perlu banyak menambah bacaan atau literatur lain yang relevan dengan materi pembelajaran. Para siswa juga didorong memperbanyak sumber belajar, menambah bacaan buku sejarah lain yang relevan. Kemudian dalam kegiatan pembelajaran Sejarah Indonesia ini siswa perlu banyak melakukan pengamatan objek sejarah dan banyak mempelajari peristiwa sejarah yang ada di lingkungannya. Misalnya kebetulan peristiwa sejarah yang sedang dikaji di daerahnya tidak dapat mengambil contoh lain di daerah lain yang paling dekat. Misalnya apabila daerahnya tidak ada situs atau peristiwa penjajahan VOC, bisa mengambil contoh tempat lain yang ada situs zaman penjajahan VOC.

b.

Pembelajaran berbasis nilai

Dalam pembelajaran Sejarah Indonesia ini terkait dengan pengembangan nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme, di samping nilai-nilai lain seperti kejujuran, kearifan, menghargai waktu, ketertiban/kedisiplinan. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran berbasis nilai penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran Sejarah Indonesia. Bagaimana nilai-nilai kesejarahan atau nilai kebangsaan, nasionalisme, patriotisme, persatuan, kejujuran, kearifan itu dapat dihayati dan dapat diamalkan oleh siswa pada kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan materi biografi atau perjuangan para tokoh penting untuk disajikan. Dalam hal ini model pembelajaran Values Exploration dan Values Clariication Technique (VCT).

c.

Pendekatan Saintifik

Pola pikir yang berubah, menuntut perubahan dalam pendekatan pembelajarannya. Pendekatan scientiic atau pendekatan ilmiah dipilih sebagai pendekatan dalam pembelajaran dalam kurikulum 2013. Siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas ilmiah yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (exsperimenting), membentuk jejaring (networking). Mengenai pendekatan scientiic ini dalam Permendikbud No. 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, sebagaimana disempurnakan dengan Permendik No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dijelaskan adanya lima pengalaman belajar sebagai berikut.

1) Mengamati

Dalam pembelajaran sejarah, kegiatan mengamati atau mengobservasi, dilakukan dengan membaca dan menyimak bahan bacaan atau mendengar penjelasan guru atau mengamati foto/gambar/diagram yang ditunjukkan atau ditentukan guru. Agar lebih efektif kegiatan mengamati ini, tentunya guru sudah menentukan obyek dan atau masalah dan aspek yang akan dikaji

2) Menanya

Setelah proses observasi selesai, maka aktivitas berikutnya adalah siswa mengajukan sejumlah pertanyaan berdasarkan hasil pengamatannya. Jadi, aktivitas menanya bukan aktivitas yang dilakukan oleh guru, melainkan oleh siswa berdasarkan hasil pengamatan yang telah mereka lakukan. Dalam pelaksanaannya:

• Guru memberikan motivasi atau dorongan agar siswa

mengajukan pertanyaan-pertanyaan lanjutan dari apa yang sudah mereka baca dan simpulkan dari kegiatan yang dilakukan • Siswa dapat dilatih bertanya berkaitan dengan pertanyaan

yang faktual dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat hipotetik (bersifat kausalitas).

3) Mengumpulkan informasi

Setelah proses menanya, aktivitas berikut dalam kegiatannya adalah mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber seperti buku, dokumen, artefak, fosil, termasuk melakukan wawancara kepada nara sumber. Data dan informasi dapat diperoleh secara langsung dari lapangan (data primer) maupun dari berbagai bahan bacaan (data sekunder). Hasil pengumpulan data tersebut kemudian menjadi bahan bagi siswa untuk melakukan penalaran. Misalnya mengumpulkan informasi atau data tentang Perang Gerilya yang dipimpin Jenderal Sudirman pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan. 4) Mengasosiasi/Mengolah informasi

Mengolah informasi atau data yang telah dikumpulkan, baik pengolahan dan analisis data terkait dengan hasil pengamatan dan kegiatan pengumpulan informasi/.data, maupun pengolahan dan analisis informasi/data untuk menambah keluasan dan kedalaman sampai pengolahan atau analisis informasi untuk mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat berbeda bahkan sampai pendapat yang bertentangan, sehingga dapat ditarik kesimpulan. Misalnya mengolah informasi atau menganalisis tentang Serangan Umum 1 Maret 1949.

5) Membangun jejaring (Networking) atau mengomunikasikan.

Membangun jejaring dalam konteks pendekatan pembelajaran saintifik dapat berupa penyampaian hasil dan temuan atau kesimpulan berdasarkan hasil analisis, baik secara lisan, tertulis atau media lainnya. Misalnya hasil diskusi kelompok dipresentasikan, karya tulis dipajang di “Majalah Dinding” atau dimuat di surat kabar atau majalah selolah.

Dokumen terkait