• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintifik dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang

dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik (Zamroni, 2000; &Semiawan, 1998).5

Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer, 1991). Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur: 1998), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan: 1992). Model ini juga

5

http://martinis1960.wordpress.com/2010/07/29/model-pembelajaran-scoffolding/ Download, Rabu, 11 Juni 2014 jam 17:20.

tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.

Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans: 1990).6

Pembelajaran dirancang dengan basis fakta dan fenomena yang bisa diobservasi. Pembelajaran memberi peluang kepada siswa untuk secara aktif mengkonstruksi (membangun) konsep, prinsip, hukum berdasarkan fakta dan data. Pembelajaran dilaksanakan dengan tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah), merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, mengananalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, prinsip, hukum yang ”ditemukan”.

Pembelajaran adalah kegiatan ilmiah karena itu pendekatan dalam pembelajaran harus memenuhi kriteria ilmiah, seperti berbasis fakta / fenomena dan data, melalui penalaran ilmiah, dapat diuji dengan teori yang diakui. Dengan demikian pembelajaran terhindar dari kegiatan non ilmiah seperti intuisi, prasangka, penemuan, coba-coba (untung-untungan). Pembelajaran adalah proses siswa mengkontruksi konsep, prinsip dan hukum. Pendekatan saintifik memperlakukan siswa sebagai ”saintis muda” yang menjalankan proses ilmiah untuk ”menemukan” konsep, prinsip dan hukum. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar guru mentransfer pengetahuan (”guru memberi tahu”), siswa mengumpulkan pengetahuan dan menghafal.

Adapun langkah pendekatan saintifik yaitu: a. Mengamati,

b. Menanya,

c. Mengumpulkan informasi, d. Mengasosiasi, dan

e. Mengkomunikasikan.

Adapun prinsip-prinsip pembelajaran ilmiah yaitu:

 Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu.

 Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

 Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

 Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

 Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

 Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.

 Pembelajaran berpusat pada siswa itu, dan menghilangkan verbalisme, serta membentuk student’s self concept.

 Pembelajaran memberi kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasikan konsep, prinsip dan hukum.

 Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa, khususnya berpikir tingkat tinggi (higher order thingking).

 Adanya proses validasi terhadap konsep, prinsip dan hukum yang dikontruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

 Memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

Adapun macam-macam pembelajaran saintifik, yaitu:  Pembelajaran Berbasis Masalah

 Pembelajaran Berbasis Proyek  Pembelajaran Berbasis Discovery7

Langkah Pembelajaran

Kegiatan Belajar Kompetensi yang Dikembangkan Mengamati

(Observe)

Membaca, mendengar,

menyimak, dan melihat (tanpa atau dengan alat).

Melatih kesungguhan, kesabaran, ketelitian, dan kemampuan

membedakan informasi yang umum dan khusus, kemampuan berpikir analitis, kritis, dedukatif, dan komprehensif. Menanya (Question /

Ask)

Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari pada yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari

Mengembangkan kreaktivitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk

critical minds yang

perlu untuk hidup cerdas

7 Tim Sanata Dharma Yogyakarta, Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013, Pusat Penelitian dan Pelayanan Pendidikan, tidak diterbitkan, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma.

pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).

dan belajar sepanjang hayat. Mengumpulkan informasi (experiment / explore)  Melakukan eksperimen  Membaca sumber lain

selain buku teks  Mengamati objek /

kejadian aktivitas  Wawancara dengan

narasumber.

Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

menerapkan kemampuan mengumpulkan

informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,

mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mengasosiasikan /

mengolah informasi (analyze / associate)

 Mengelola informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan /

eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan

mengumpulkan informasi.  Pengolahan informasi yang

dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada

pengelolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan

kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Mengkomunikasikan (Communicate)

Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,

mengungkapkan

pendapat dengan singkat dan jelas, dan

mengembangkan kemampuan berbahasa dengan baik dan benar.

Mencipta Memodifikasi, menyusun kembali untuk menemukan yang baru, dan menemukan yang baru secara original.

Kreaktivitas dan

kejujuran serta apresiasi terhadap karya orang lain dan bangsa lain. Pembelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah bertujuan mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap atau nilai-nilai. Sejarah sebagai mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai proses perubahan dan berkembangnya masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga masa kini, oleh karena itu pengajaran sejarah harus mampu mendorong siwa berpikir kritis-analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang.

Dokumen terkait