• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.2. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

2.1.8 Pendekatan Saintifik

2.1.8.1Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaranyang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu. (Hosnan, 2014:34)

Pendekatan Saintifik diatur dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah santifik dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Dalam proses pembelajaran menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik, ranah sikap mencangkup transformasi substansi atau materi ajar agar anak didik “tahu mengapa”. Ranah keterampilan mencangkup substansi atau materi ajar agar anak didik “tahu bagaimana”. Sedangkan ranah pengetahuan mencangkup transformasi substansi atau materi ajar anak didik “tahu apa”.

Pembelajran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik (1) berpusat pada siswa, (2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hokum, atau prinsip, (3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat siswa, dan (4) dapat mengembangkan karakter siswa. Dan tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah (1) untuk meningkatkan kemampua intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, (2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (3) terciptanya kondisi

pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, (4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi, (5) untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide khususnya dalam menulis artikel ilmiah, dan (6) untuk mengembangkan karakter siswa ( Hosnan, 2014:36-37).

Dari pengertian diatas dalam pembelajaran dengan model Problem Based Learning berbantuan media Audio Visual pada muatan IPA tema cita-citaku dikelas IV SD bahwa pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang yang berpusat pada siswa dirancang agar peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi tahapan yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengolah data/eksperimen dan mengkomunikasikan, sehingga apa yang mereka dapatkan dalam pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

2.1.8.2Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Menurut Permendikbud nomor 81A, Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: a)mengamati; b)menanya; c)mengumpulkan informasi; d)mengasosiasi; dan e) mengkomunikasikan.

1) Mengamati

Kegiatan pertama dalam pendekatan ilmiah adalah langkah mengamati/observing. Dalam kegiatan ini, siswa mengamati objek yang akan dipelajari. Kegaiaan belajarnya adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). (Hosnan, 2014:39-40).

2) Menanya

Kompetensi yang dikembangkan adalah kreativitas rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa melakukan pembelajaran bertanya. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sam21pai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang

lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. (Hosnan, 2014:48-49).

3) Mengumpulkan Informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. (Hosnan, 2014:57)

4) Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar

Kegiatan Belajar yang dapat dilakukan menurut (kemendikbud, 2013):

1. Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

2. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat atauran, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan (Wagiran, 2014:27, dalam Ambarsari 2013:66).

5) Mengkomunikasikan

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan inti adalah mengembangkan sikap jujur, tliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar (Hosnan, 2014:76).

2.1.8.3Prinsip – Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Hosnan (2014:37) menjelaskan beberapa prinsip pendekatan saintitifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Pembelajaran berpusat pada siswa.

2) Pembelajaran membentuk students self concept.

3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.

6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.

7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip dalam dikontruksikan dalam struktur kognitifnya.

Dokumen terkait