• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN

1. Pendekatan SAVI

Pendekatan SAVI merupakan salah satu pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran matematika. Dave Meier menyatakan bahwa, “Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indera. Unsur-unsur yang terdapat dalam SAVI adalah somatik, auditori, visual dan intelektual. Keempat unsur ini harus ada dalam peristiwa pembelajaran, sehingga belajar bisa optimal.1

Pendekatan belajar ini didasari oleh fakta bahwa setiap siswa memiliki gaya berfikir dan gaya belajar yang berbeda-beda. Sebagaimana dikemukakan oleh Bobbi De Porter tentang tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditorial, dan modalitas kinestetik. Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial belajar dengan cara mendengar, dan pelajar kinestetik belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh.2

Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Tapi, sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebih suka membentuk

1

Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook (Terjemahan), (Bandung: Kaifa, 2002), h. 91 2

Bobi DePorter, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2013), h. 113.

kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut.

Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika kita menyadari bagaimana kita menyerap dan mengola informasi, kita dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya belajar kita sendiri. Ada dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas), dan kedua, cara kita mengatur dan mengelola informasi tersebut (dominasi otak). Gaya belajar seseorang adalah kombinasi bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengelola informasi.3

Pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakan gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakan bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakan belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengindentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan menerapkan.4

Dave Meier menyatakan orang dapat belajar paling baik dalam lingkungan fisik, emosi, dan sosial yang positif, yaitu lingkungan yang tenang sekaligus mengugah semangat, ada rasa keutuhan, keamanan, minat dan kegembiraan

3

Ibid., h. 110-112 4

sangat penting untuk mengoptimalkan pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas maka suasana belajar dikatakan baik apabila didukung dengan keadaan yang positif dan ada minat dari pembelajar sehingga dapat mengoptimalkan pembelajaran. Menurutnya ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan SAVI dalam kegiatan sehari-hari, antara lain:

1) Dapat terciptanya lingkungan yang positif (lingkungan yang tenang dan menggugah semangat).

2) Keterlibatan pembelajar sepenuhnya (aktif dan kreatif). 3) Adanya kerja sama di antara pembelajar.

4) Menggunakan metode yang bervariasi tergantung dari pokok bahasan yang dipelajari.

5) Dapat menggunakan belajar kontekstual. 6) Dapat menggunakan alat peraga.5

b. Karakteristik Pendekatan SAVI

1) Somatic

Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh (soma). Istilah somatik sama artinya dengan kinestetik. Belajar somatik berarti belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan secara langsung.6 Belajar somatik sesuai untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Menurut Bobbi de Porter dkk para pelajar kinestetik suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghapal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Jadi para pelajar kinestetik mengutamakan belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh.7

Belajar somatik memerlukan usaha yang dapat merangsang pembelajar untuk melibatkan tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan

5

Meier, op. cit., h. 111-128. 6

Colin Rose, Accelerated Learnung For The 21st Century, (Bandung: Nuansa, 2009), h. 131. 7 DePorter, op. cit., h. 111-112.

suasana belajar yang dapat membuat pembelajar bangkit aktif secara fisik. Namun tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan aktivitas aktif dan pasif secara fisik, dapat membantu keberhasilan seseorang dalam pembelajaran.

Belajar somatik dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, misalnya:

a) Peragakan konsep sambil memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari langkah demi langkah seperti menyebutkan ada berapa sisi yang terdapat dalam kubus.

b) Menggunakan alat bantu (kerangka yang terbuat dari karton) saat belajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu.

c) Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dan lain-lain).

d) Melakukan tinjauan lapangan, lalu lintas, gambar dan bicarakan tentang apa yang dipelajarinya.8

2) Auditory

Belajar auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran. Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia. Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari seseorang mampu membuat beberapa area penting di dalam otak menjadi aktif.9

Proses pembelajaran tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik tanpa adanya keterlibatan indera pendengaran. Mendengar merupakan salah satu aktivitas dalam belajar. Penyampaian informasi, materi pembelajaran

8

Bobi DePorter, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Kaifa, 2010), h. 124.

9

secara lisan maupun komunikasi antara guru dan siswa pada saat berinteraksi di kelas tidak mungkin dapat dilakukan apabila siswa tidak menggunakan telinganya untuk mendengar. Guru hanya membimbing siswa agar dalam proses pembelajaran, mereka dapat memanfaatkan indera pendengarnya secara maksimal sehingga kinerja telinga dan otak dapat berkembang dengan baik dan menghasilkan hasil belajar yang sesuai dengan harapan.

Ciri-ciri tipe auditori adalah :

a) Suka mendengarkan radio, musik, sandiwara, drama, dan debat. b) Ingat dengan baik nama orang.

c) Bagus dalam mengingat fakta.

d) Suka berbicara dan punya perbendaharaan kata luas.

e) Menerima dan memberikan penjelasan arah dengan kata-kata (verbal). f) Suka mengungkapkan emosi secara verbal melalui perubahan nada

bicara atau vokal.

g) Suka bermmain musik, membuat cerita lucu, berdebat, dan berfilosofi.10 Belajar auditori yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi, dapat diterapkan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa yang memiliki cara belajar auditori harus diberikan suasana belajar yang mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari dan mengikutsertakan keterlibatan indera pendengaran mereka secara aktif, tidak hanya sekedar duduk untuk mendengarkan penjelasan guru semata.

Belajar auditori dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, misalnya:

a) Menyanyikan konsep kunci atau meminta siswa mengarang lagu mengenai konsep tersebut.

10

b) Setelah pembelajaran selesai, minta siswa memberitahukan teman di sebelahnya satu hal yang dia pelajari.

c) Gunakan pengulangan, minta siswa menyebutkan kembali konsep kunci dan petunjuk.

d) Gunakan musik sebagai aba-aba untuk kegiatan rutin.11

3) Visual

Belajar visual adalah belajar dengan menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambarkan, mendemonstrasikan, menggunakan media dan alat peraga. Di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap orang lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. Dan mereka dapat belajar lebih baik lagi jika menciptakan peta gagasan, ikon, diagram, dan citra mereka sendiri dari hal-hal yang mereka pelajari.

Ciri-ciri pembelajar visual: a) Suka membaca.

b) Mengingat orang melalui penglihatan.

c) Memberi/menerima penjelasan arah lebih suka memakai peta/gambar. d) Menyatakan emosi melalui ekspresi muka.

e) Memiliki aktivitas kreatif, seperti: menulis, menggambar, melukis, dan merancang (mendesain).12

Belajar visual dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, misalnya:

a) Dorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan peta, diagram, warna.

11

DePorter, Quantum Teaching, op.cit., h. 123.

12

b) Gunakan bahasa ikon dalam presentasi dengan menciptakan symbol visual atau ikon yang mewakili konsep kunci.

c) Gantungkan gambar berisi informasi penting disekitar ruangan pada saat menyajikan materi.13

4) Intellectual

Belajar intelekual adalah dengan memecahkan masalah dan berpikir. Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Aspek intelektual dalam belajar dapat terlatih jika pembelajar terlibat dalam aktivitas seperti memecahkan masalah, melahirkan gagasan yang kreatif, mengajarkan perencanaan yang strategis, mencari dan menyaring informasi, dan merumuskan pertanyaan.

Menurut Dave Meier, intelektual adalah pencipta makan dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman diterapkan menjadi kearifan.14

c. Tahapan Pendekatan SAVI

Menurut Meier, Pembelajaran SAVI akan tercapai dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan jika empat tahap berikut dilaksanakan dengan baik. Empat tahap tersebut adalah sebagai berikut: 15

13

DePorter, Quantum Teaching. loc. cit. 14

Meier, op. cit., h. 99. 15Ibid., h. 103.

1) Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal sebagai berikut

a) Memberikan sugesti positif.

b) Memberikan pernyataan memberi manfaat kepada siswa. c) Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna.

d) Membangkitkan rasa ingin tahu.

e) Menciptakan lingkungan fisik yang positif.

2) Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)

Pada tahap ini guru membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenakangkan, relavan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal yang dapat dilakukan dikelas adalah sebagai berikut:

a) Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan. b) Pengamatan fenomena dunia nyata.

c) Pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh. d) Presentasi interaktif.

e) Grafik dan sarana yang menarik.

f) Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar. g) Proyek belajar berdasarkan kemitraan dan tim.

h) Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok). i) Pengalaman belajar didunia nyata yang kontekstual. j) Pelatihan memecahkan masalah.

3) Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)

Pada tahap ini guru membantu siswa mengitegrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik adalah sebagai berikut:

a) Aktivitas pemrosesan siswa.

b) Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali. c) Simulasi dunia nyata.

d) Permainan dalam belajar. e) Pelatihan aksi pembelajaran. f) Aktivitas pemecahan masalah. g) Refleksi dan artikulasi individu.

h) Dialog berpasangan atau berkelompok. i) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif.

j) Aktivitas praktis yang membangun ketrampilan. k) Mengajar balik.

4) Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Penutup)

Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal yang dapat dilakukan di kelas adalah sebagai berikut.

a) Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera. b) Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi.

c) Aktivitas pengeuatan penerapan. d) Materi penguatan pascasesi. e) Pelatihan terus menerus.

f) Umpan balik dan evaluasi kinerja. g) Aktivitas dukungan kawan.

Dokumen terkait