• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

E. Media LKS

5. Pendekatan Scientific

Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan scientific dalam pembelajaran. Pendekatan scientific diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Upaya penerapan Pendekatan

scientific/ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013, yang tentunya menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut.

Pendekatan scientific adalah konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Menurut Kemendikbud (2013: 200-201) pendekatan scientific ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan

tentang suatu kebenaran. proses pembelajaran menggunaan pendekatan Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

Kemendikbud (2013: 277-231), Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

Gambar 1. Langkah-Langkah Pendekatan Scientific

Kemendikbud (2013)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik/scientific approach merupakan suatu pendekatan yang mengarahkan pembelajaran pada aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor yang didasarkan pada tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

6. Penilaian Autentik

Penilaian merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Diberlakukannya Kurikulum 2013 yang menekankan pada pembelajaran berbasis aktivitas, maka penilaiannya lebih menekankan pada penilaian proses baik pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian seperti inilah yang disebut penilaian autentik/asesmen autentik.

Menurut Komalasari (2011: 148) penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia nyata, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Sedangkan menurut Mueller dalam Nurgiyantoro (2011: 23) menyatakan bahwa penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan Kunandar (2013: 35-36) penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi

yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Hanafiah dan Cucu Suhana (2010: 76) menyatakan bahwa penilaian yang sebenarnya (Autentic Assesment) adalah penilaian yang menekankan pada proses pembelajaran, serta data yang dikumpulkan berasal dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan kegiatan pembelajaran. Kemajuan peserta didik dinilai dari proses, tidak semata dari hasil belajarnya.

Depdiknas dalam Nurgiyantoro (2011: 34) menunjukkan sejumlah penilaian autentik yang dapat dilakukan, yaitu penilaian kinerja, observasi sistematik, pertanyaan terbuka, portofolio, penilaian pribadi, dan jurnal.

Dari penjelasan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada proses maupun hasil belajar yang berasal dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan kegiatan pembelajaran dengan berbagai instrumen penilaian yang telah ditentukankan.

H. Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian ini adalah input, proses, dan output. Input penelitian ini yaitu masalah-masalah yang ada pada saat proses pembelajaran berlangsung, yakni; (1) guru belum maksimal melakukan pendekatan scientific, (2) penilaian guru belum menggunakan penilaian autentik, (3) belum optimalnya penerapan variasi model pembelajaran

yang dilakukan oleh guru, (3) belum berfungsinya media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran tematik.

Adapun proses yang dilakukan untuk menunjang pembelajaran yaitu menggunakan silabus, bahan ajar, media LKS, dan model pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk menerapkan model pembelajaran

cooperative learning tipe Group Investigation pada pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri 1 Nambahrejo, output yang diharapkan adalah siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran, aktivitas siswa meningkat, dan hasil belajar siswa meningkat.

Kerangka pikir penelitian dengan menerapkan model cooperative learning tipe group investigation menggunakan media LKS, digambarkan sebagai berikut:

INPUT PROSES OUTPUT

1. Guru belum maksimal melakukan

pendekatan scientific

2. Penilaian guru belum menggunakan penilaian autentik,

3. Belum optimalnya penerapan variasi model pembelajaran yang dilakukan oleh guru,

1. Siswa akan lebih aktif, mampu memecahkan masalah,

2. Aktivitas belajar siswa ≥ 80 %

aktif

3. Hasil belajar siswa, untuk aspek kognitif, afektif dan psikomotor ≥75% memenuhi KKM

Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian

Skenario pembelajaran cooperative learning tipe Group Investigation

sebagai berikut: A. Identitas

Satuan pendidikan : SD Negeri 1 Nambahrejo Kalas/Semester : IV/II

Waktu : 6 x 35 Menit

Sub Tema : Keanekaragaman Hewan Dan Tumbuhan

Tahapan Model Cooperative Learning Tipe GI:

1. Pengelompokan Atau Pemilihan Topik

2. Perencanaan 3. Penyelidikan 4. Pengorganisasian 5. Presentasi 6. Evaluasi Penggunaan media LKS:

1. Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan

pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai variasi belajar mengajar

2. Dapat mempercepat pengajaran dan mempersingkat waktu penyajian materi pelajaran sebab LKS ini dapat disiapkan diluar jam pelajaran

3. Memudahkan penyelesaian tugas perorangan, kelompok, atau klasikal karena tidak setiap peserta didik dapat memahami persoalan itu pada keadaan bersamaan

4. Mengoptimalkan penggunaan alat bantu pengajaran

5. Membangkitkan minat belajar siswa jika LKS disusun secara menarik.

Kompetensi Inti

1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar : 1. Matematika:

3.7 Menentukan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan desimal

4.2 Menyatakan pecahan ke bentuk desimal dan persen

2. Bahasa Indonesia:

3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.4 Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

3. IPA:

3.7 Mendeskrpisikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

4.6 Menyajikan laporan tentang sumberdaya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat

B. Skenario Pembelajaran

1) Kelas dibagi menjadi enam kelompok, setiap kelompoknya terdiri dari enam siswa.

2) Setiap kelompok menempati dua meja yang sudah digabungkan dan duduk melingkar.

3) Guru memperlihatkan sebuah teks cerita yang berhubungan dengan petualangan. Di dalam teks tersebut terdapat berbagai macam gambar hewan, kemudian siswa diminta mendiskusikannya dengan teman kelompoknya untuk membedakan antara hewan langka dan tidak langka.

4) Melalui diskusi kelompok, siswa bersama kelompoknya merencanakan prosedur pembelajaran untuk menyelesaikan masalah yang akan diinvestigasi (membedakan antara hewan langka dan tidak langka melalui gambar yang telah disajikan). 5) Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitsi

serta membantu siswa yang mengalami kesulitan.

6) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki dari berbagai sumber yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diselidiki.

7) Masing-masing anggota kelompok memberi masukan pada setiap kegiatan kelompok.

8) Siswa saling bertukar pendapat dan mempersatukan ide dan pendapat.

9) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan mempersiapkan presentasi hasil penyelidikan.

10)Siswa membagi tugas sebagai pemimpin, moderator, notulis dalam presentasi investigasi.

11)Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dihadapan teman kelompok lain.

12)Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dari jawaban siswa yang maju.

13)Sebagai kegiatan akhir, guru dan siswa melakukan evaluasi materi yang dipelajari hari ini.

I. Hasil Penelitian yang Relevan

Usaha pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran saai ini masih terus dilakukan untuk mencapai tujuan. Namun terkadang masih terdapat siswa yang sulit memahami meteri pembelajaran. Pada dasarnya suatu penelitian tidak berjalan dari nol secara murni. Akan tetapi umumnya telah ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Oleh karena itu, perlu dikemukakan penelitian yang terdahulu dan relevansinya.

Telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari penyebab ketidakstabilan dalam pembelajaran. Hasil penelitian Rendy Hermawan (2012) dalam penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Group Investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan keaktifan siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Penelitian yang ada tersebut menunjukan bahwa model Cooperative Learning tipe Group Investigation sangat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu untuk lebih mengembangkan penelitian yang ada sehingga memberikan hasil yang lebih baik, maka peneliti akan menerapkan model Cooperative Learning tipe Group Investigation dalam pembelajaran di kelas khususnya untuk pembelajarn tematik di kelas IV.

Dokumen terkait