• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORETIS

A. Behavioral Operant Conditioning 1. Teori Operant Conditioning Skinner

2. Pendidikan Agama Islam

Sedangkan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman.23 Selain itu, dapat pula dipahami dari dua sudut pandang yaitu pertama, pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut pembelajaran (remedia pengayaan). Kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat peserta didik berakhlak baik.24

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ialah suatu perilaku yang permanen, pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan melaluui proses.

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam, dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntutan untuk

23John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, h. 266.

22

menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.25

Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengelaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim, bertakwa kepada Allah swt. berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidapannya. Sedangkan menurut A. Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.26

Jadi, pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Tugas Pendidikan Agama Islam

Tugas pendidikan Islam senantiasa bersambung (kontinu) dan tanpa batas. Hal ini karena hakikat pendidikan Islam merupakan proses tanpa akhir sejalan dengan consensus universal yang ditetapkan oleh Allah swt. dan Rasul-Nya. Pendidikan yang

25Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Cet. 2; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 11-12.

23

terus-menerus dikenal dengan istilah “min al-mahdi ila al-lahd” (dari buaian sampai liang lahad) atau dalam istilah lain “life long education” (pendidikan sepanjang hayat dikandung badan). Demikian juga tugas yang diberikan pada lembaga pendidikan Islam bersifat dinamis, progresif dan inovatif mengikuti kebutuhan peserta didik dalam arti yang luas. Menurut Ibnu Taimiyah, sebagaimana yang dikutip oleh Majid „Irsan al-Kaylani, tugas pendidikaan Islam pada hakikatnya tertumpu pada dua aspek, yaitu pendidikan tauhid dan pendidikan pengembangan tabiat peserta didik.27

Jadi, tugas pendidikan agama Islam yaitu memberikan pendidikan ketauhidan kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat meyakini serta melaksanakan ajaran ketauhidan yang telah dipelajarinya. Selain itu, tugas pendidikan agama Islam ialah mengembangkan tabiat (watak atau budi pekeri) peserta didik yang tidak lepas dari ajaran ketauhidan.

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat.

27Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. 4; Jakarta: Kencana, 2014), h. 51.

24

3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkunagn sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungnnya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam, nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnnya.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.28

Jadi, fungsi pendidikan agama Islam ialah sebagai pengembang, penanaman nilai-nilai, penyesuaian mental, perbaikan, pencegahan, penyaluran serta sebagai pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum.

d. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Di samping itu, tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha, agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, dan yang terpenting lagi adalah dapat memberi penilaian atau evaluasi pada usaha-usaha pendidikan. Perumusan tujuan pendidikan

25

Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya, misalnya:

Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia. Manusia hidup bukan karena

kebetulan dan sia-sia. Ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas hidup tertentu. Sebagaimana firman Allah swt. di dalam QS. Al-Imran ayat 191 yang berbunyi:













































Terjemah:

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.29

Tujuan diciptakan manusia hanya untuk mengabdi kepada Allah swt. Indikasi tugasnya berupa ibadah (sebagai ‘abd Allah) dan tugas sebagai wakil-Nya di bumi (khalifah).30

Kedua, memperhatikan sifat-sifat dasar (nature) manusia, yaitu konsep

tentang manusia sebagai makhluk unik yang mempunyai beberapa potensi bawaan

29Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Juz. 3; Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang, 2002), hal. 96.

26

seperti fitrah, bakat, minat, sifat dan karakter yang berkecenderungan rindu akan kebenaran dari Tuhan.

Ketiga, tuntutan masyarakat. Tuntutan ini baik berupa pelestarian nilai-nilai

budaya yang telah melembaga dalam kehidupan suatu masyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan dunia modern.

Keempat, dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dimensi kehidupan

dunia ideal Islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat, serta mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang lebih membahagiakan, sehingga manusia dituntut agar tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki.31

Jadi, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah sebagai petunjuk bagi manusia bahwa manusia itu diciptakan oleh Allah swt. semata-mata hanya untuk menyembah kepada Allah swt.

e. Prinsip-Prinsip dalam Formulasi Tujuan Pendidikan Islam

1) Prinsip universal (syumuliyah). Prinsip yang memandang keseluruh aspek agama (akidah, ibadah dan akhlak, serta muamalah), manusia (jasmani, rohani, dan nafsani), masyarakat dan tatanan kehidupannya, serta adanya wujud jagat raya dan hidup. Prinsip ini menimbulkan formulasi tujuan pendidikan dengan membuka, mengembangkan dan mendidik segala aspek pribadi manusia dan kesediaan-kesediaan segala dayanya, dan meningkatkan keadaan kebudayaan,

27

sosial, ekonomi, dan politik untuk menyelesaikan semua masalah dalam mengahadapi tuntutan masa depan.

2) Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (tawazun qa iqtishadiyah). Prinsip ini adalah keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi, berbagai kebutuhan individu dan komunitas, serta tuntutan pemeliharaan kebudayaan silam dengan kebutuhan kebudayaan masa kini serta berusaha mengatasi masalah-masalah yang sedang dan akan terjadi.

3) Prinsip kejelasan (tabatun). Prinsip yang di dalamnya terdapat ajaran dan hukum yang memberi kejelasan terhadap kejiwaan manusia (qalb, akal, dan hawa nafsu) dan hukum masalah yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan, kurikulum, dan metode pendidikan.

4) Prinsip tak bertentangan. Prinsip yang di dalamnya terdapat ketiadaan pertentangan antara berbagai unsur dan cara pelaksanaannya, sehingga antara satu komponen dengan komponen yang lain saling mendukung.

5) Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan. Prinsip yang menyatakan tidak adanya kekhayalan dalam kandungan program pendidikan, tidak berlebih-lebihan, serta adanya kaidah yaang praktis dan realistis, yang sesuai dengan fitrah dan kondisi sosioekonomi, sosiopolitik, dan sosiokultural yang ada.

6) Prinsip perubahan yang diingini. Prinsip perubahan struktur diri manusia yang meliputi jasmaniah, ruhaniyah, dan nafsiyah, serta perubahan kondisi psikologis, sosiologis, pengetahuan, konsep, pikiran, kemahiran, nilai-nilai, sikap peserta didik untuk mencapai dinamisasi kesempurnaan pendidikan.

28

7) Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu. Prinsip yang memerhatikan perbedaan peserta didik baik berciri-ciri, kebutuhan, kecerdasan, kebolehan, minat, sikap, tahap kematangan jasmani, emosi, sosial, dan segala aspeknya. 8) Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi

pelaku pendidikan serta lingkungan di mana pendidikan itu dilaksanakan.32 Jadi, prinsip-prinsip dalam formulasi tujuan pendidikan Islam meliputi prinsip universal, tidak bertentangan, dinamis, menjaga perbedaan, perubahan yang diinginkan, realisme, kejelasan, kesimbangan dan kesederhanaan.

29

BAB III