• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Implementasi Mata Pelajaran Agama Islam dan Akhlak Mulia 1. Konsep Pendidikan Agama Islam

2. Pendidikan Agama Islam dan Akhlak Mulia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia dalam meyakini, memahami, menghayat dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan

nasional.111 Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi

tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat, baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.

Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk dan meningkatkan kemampuan spiritual peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika (baik-buruk, hak-kewajiban), budi pekerti (tingkah laku), dan moral (baik-buruk menurut

111 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 19.

umum) sebagai perwujudan dari keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pembentukan dan peningkatan kemampuan spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Pembentukan dan peningkatan kemampuan spiritual tersebut bertujuan untuk optimalisasi berbagai kemampuan yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Pendidikan Agama Islam: Al-Qur’an-Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh, dan Kebudayaan Islam. Berdasarkan keragaman agama yang dianut peserta didik, penilaian mata pelajaran agama mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar pendidikan agama masing-masing. Kompetensi yang dikembangkan dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia terfokus pada aspek kognitif atau pengetahuan dan aspek afektif

atau perilaku.112

Masing-masing mata pelajaran memiliki karakteristiknya masing-masing dan hal ini dipertimbangkan ketika merumuskan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. Pendidikan Agama Islam memiliki karakteristik113:

a. Memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitraj manusia serta bertujuan untuk mensucikanmanusia, memelihara dari penyimpangan dan menjaga keselamatan fitrah manusia.

b. Mewujudkan tujuan pendidikan Islam yaitu memurnikan peribadatan kepada Allah .

c. Sesuai dengan tingkatan pendidikan baik dalam hal karakteristik, tingkat pemahaman serta tugas-tugas kemasyarakatan yang telah dirancang kurikulum.

d. Pelaksanaan pendidikan Agama Islam mengajarkan bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-112BSNP, Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Agama dan Akhlak Mulia, Op. Cit, hlm. 10.

113Abdul Majid, Diyan Andayani,Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2005, hlm. 79

hari. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. e. Dapat memberikan hasil pendidikan yang behavioristik, dan tidak

meninggalkan dampak emosiaonal dalam generasi muda.

f. Tujuan akhir mata pelajaran Agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia. Tujuan pelajaran pendidikan agama Islam disekolah tidak bersinggungan oleh tujuan ajaran Islam yang merupakan misi utama di utusnya Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, pendidikan akhlak merupakan tujuan utama dari Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah.

Konten Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dinyatakan dalam bentuk SKL yang kemudian dikembangkan menjadi Standar kompetensi ( SK ) pada setiap jenjang pendidikan dan kompetensi dasar ( KD ) untuk setiap mata pelajaran, kemudian Kompetensi Dasar dirinci menjadi Indikator yang hendak dicapai dalam setiap materi pelajaran.

Kompetensi Pendidikan Agama Islam SD/MI pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan antara lain:

1. Mampu membaca Al-qur’an dengan benar

2. beriman kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, hari kiamat dan qada’ dan qadar Allah

3. Berperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari perilaku tercela dan bertata krama dalam kehidupan sehari-hari

4. Mengenal dan melaksanakan rukun Islam mulai dari bersuci (thaharah)

sampai zakat serta mengetahui tata cara pelaksanaan ibadah haji114

5. Menceritakan kisah nabi-nabi serta mengambil teladan dari kisah tersebut dan menceritakan kisah tokoh orang-orang tercela dalam kehidupan nabi

Pendidikan Agama Islam di jenjang sekolah dasar menggunakan alokasi waktu 3 jam pelajaran dengan waktu 35 menit per satu jam pelajaran, nama mata pelajaran Pendidikan agama Islam adala Pendidikan Agama Islam dan Akhlak Mulia. Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak mulia

114

dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

Pendidikan agama Islam di sekolah dasar diberikan mulai jenang kelas I sampai dengan kelas VI dengan cakupan materi Al-Qur’an dan Hadis, akidah akhlak, ketauhidan, fiqih, dan tarikh dengan muatan materi yang berbeda-beda sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing. Pemberian materi secara bertahap mulai dari yang mudah, sedang dan sulit ditujukan untuk anak supaya dapat memahaminya dengan mudah disamping itu perkembangan daya fikir anak juga bertahap dari jenjang rendah ke jenjang yang lebih tinggi.

Tabel 2.1

Contoh Pengembangan kompetensi dasar ( KD ) ke dalam Indikator

Kompetensi Dasar Materi

Pembelajaran Indikator (2) (3) (5) 1.1 Berdoa sebelum dan sesudah belajar sebagai bentuk pemahaman terhadap surat Al Fatihah Berdo’a sebelum dan sesudah belajar

1.1.1 Membaca do’a sebelum belajar dengan benar (disiplin)

1.1.2 Membaca do’a sesudah belajar dengan benar (disiplin)

1.2 Mensyukuri karunia dan pemberian sebagai implementasi dari pemahaman Surat Al Fatihah Bersyukur atas segala karunia dan pemberian yang diterimanya

1.2.1 Menyebutkan contoh perilaku bersyukur atas karunia dan pemberian yang diterima sebagai implementasi dari pemahaman surat Al fatihah dan Al Ikhlas

Kompetensi Dasar Materi

Pembelajaran Indikator

dan Surat Al Ikhlas

atas segala karunia dan pemberian yang diterima sebagai implementasi dari pemahaman surat Al fatihah dan Al Ikhlas (bersyukur) 1.3 Bersuci sebelum beribadah Bersuci sebelum beribadah 1.3.1 Menunjukkan tatacara bersuci (Kebersihan) 1.3.2 Mempraktikan tata cara

bersuci (percaya diri)

Pendidikan Agama Islam tingkat sekolah dasar menggunakan pembelajaran dengan sistem kegiatan belajar mengajar atau disebut dengan istilah KBM yang memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. pemberdayaan ini diarahkan untuk mendorong individu belajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar. KBM dilandasi prinsip-prinsip sebagai berikut:115

1) Berpusat pada peserta didik

2) Mengembangkan kreativits peserta didik

3) Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang 4) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam 5) Belajar melalui berbuat

Standar penilaian yang terdapat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan berorientasi pada tingkat penguasaan kompetensi yang ditargetkan dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Dalam Peraturan Pemerintah (PP) 19 Pasal 1 butir 5 dinyatakan bahwa SI adalah

115Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 26.

ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dalam Pasal 1 butir 4 yang dimaksud SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Berdasarkan PP 19 Pasal 63 ayat (1) penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (a) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (b) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (c) penilaian oleh pemerintah. Untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia penilaian dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran (Pasal 64 ayat (1) dan (2)). Pasal 64 ayat (3) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik; serta ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.

Pasal 65 Ayat (2) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

PP 19 Pasal 64 ayat (7) menyatakan bahwa untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menerbitkan panduan penilaian untuk lima kelompok mata pelajaran, yang salah satunya adalah panduan penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Panduan ini berisi penjelasan mengenai rasional serta tujuan dan manfaat panduan, pengertian, prinsip-prinsip, serta teknik dan prosedur penilaian.

Berdasarkan PP 19 Tahun 2005, aspek yang dinilai pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia adalah aspek afektif dan kognitif. Penilaian aspek kognitif dilakukan oleh guru agama melalui ujian, ulangan, atau perilaku dilakukan melalui pengamatan. Untuk aspek afektif atau perilaku, guru agama memperoleh informasi ataupun nilai dari pendidik dan guru mata pelajaran lain.

Dokumen terkait