• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

D. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian, baik jasmani maupun ruhani, secara formal, informal, maupun non-formal yang berjalan terus menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi, baik nilai insaniyah, maupun

Ilahiyah.102

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat.103

Proses pemindahan nilai dan norma itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah, pertama, melalui pengajaran, yaitu proses pemindahan nilai dan norma berupa ilmu pengetahuan dari seorang guru kepada murid dari suatu generasi ke generasi berikutnya, kedua, melalui pelatihan yang dilaksanakan dengan jalan membiasakan seseorang melakukan pekerjaan tertentu untuk memperoleh keterampilan.

ketiga , melalui indoktrinasi yang diselenggarakan agar orang meniru atau mengikuti saja apa yang diajarkan tanpa mempertanyakan nilai-nilai atau norma yang diajarkan.104

Pendidikan Islam adalah proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertakwa agar manusia menyadari kedudukan, tugas dan fungsinya di dunia sebagai abdi maupun sebagai khalifah di bumi, dengan selalu takwa dalam makna memelihara hubungan dengan Allah, diri sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya serta bertanggung jawab kepada Allah.105

102Moh. Haitami Salim & Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, cet.1 (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 29.

103Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, cet. 10 (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), h. 179.

104Ibid, h. 180. 105Ibid, h. 181.

Proses pembelajaran pendidikan agama Islam adalah sebagai perwujudan dakwah yang senantiasi dinamis dalam memunculkan kesadaran motivasi yang besar pada peserta didik guna mencari ridha Allah SWT. Jika pembelajaran agama Islam dimaknai sebagai sesuatu yang statis maka pembelajaran hanyalah menjadi rutinitas yang kurang memiliki makna. Selain itu pembelajaran pendidikan Islam hendaknya didasarkan dan digerakkan pada keimanan dan komitmen tinggi terhadap ajaran agama Islam.106

Dalam melakukan proses pembelajaran pendidikan agama Islam seorang pendidik hendaknya harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran, karena hal tersebut digunakan sebagai kontrol bagi pendidik. Berikut ini prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran yang harus diperhatikan oleh pendidik ketika proses pembelajaran berlangsung:

1. Prinsip perhatian dan motivasi; 2. Prinsip keaktifan;

3. Prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman; 4. Prinsip pengulangan;

5. Prinsip tantangan;

6. Prinsip balikan dan penguatan; 7. Prinsip perbedaan individual.107

Pembelajaran ilmu Pendidikan Agama Islam bukan sekedar upaya untuk memberikan pengetahuan yang berorientasi pada target penguasaan materi (peserta didik lebih banyak menghafal dari pada memahami dan mengimani materi) yang diberikan pendidik. Akan tetapi hendaknya pendidik juga memberikan sebuah pedoman hidup (pesan pembelajaran) kepada peserta didik yang akan dapat bermanfaat bagi dirinya dan manusia lain. Pembelajaran Agama Islam juga harus memberikan hiburan (eduatainment) kepada peserta didik agar bisa menjalankan aktivitas pembelajaran dengan menyenangkan bukan karena keterpakasaan. Karena Rasulullah pun dalam mendidik para sahabat kadang kala juga menyertakan selipan-selipan canda. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Ahmad Sabri dalam bukunya bahwa orang yang sudah melakukan proses pembelajaran diharapkan akan bisa merasa lebih bahagia, lebih pantas memanfaatkan alam sekitar, menjaga kesehatan, meningkatan pengabdian untuk

106Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat (Yogyakarta: Lkis, 2009), h. 18-19.

ketrampilan serta melakukan pembedaan (terdapat perbedaan keadaan antara sebelum dan sesudah melakukan proses pembelajaran).108

Pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seorang peserta didik. Inilah yang merupakan sebagai inti proses pembelajaran. Perubahan tersebut bersifat; 1). Intensional, yaitu perubahan yang terjadi karena pengalaman atau praktek yang dilakukan, proses pembelajaran dengan sengaja dan disadari, bukan terjadi karena kebetulan, 2). Positif-aktif, perubahan yang bersifat positif-aktif. Perubahan bersifat positif yaitu perubahan yang bermanfaat sesuai dengan harapan pelajar, disamping menghasilkan sesuatu yang baru dan lebih baik dibanding sebelumnya, sedangkan perubahan yang bersifat aktif yaitu perubahan yang terjadi karena usaha yang dilakukan pelajar, bukan terjadi dengan sendirinya, 3). Efektif fungsional, perubahan yang bersifat efektif yaitu dimana adanya perubahan yang memberikan pengaruh dan manfaat bagi pelajar. Adapun yang bersifat fungsional yaitu perubahan yang relatif tetap serta dapat diproduksi atau dimanfaatkan setiap kali dibutuhkan.109 Teori pembelajaran tidak saja berbicara tentang bagaimana peserta didik

belajar, tetapi juga mempertimbangkan hal-hal lain yang mempengaruhi peserta didik secara psikologis, biologis, antropologis, dan sosiologis.110

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan, bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam adalah proses pemindahan nilai dan norma sehingga terjadi perubahan menjadi lebih baik pada diri peserta didik, dan perubahan tingkah laku dengan unsur- unsur yang berisi nilai dan norma akhlak, keindahan atau estetika, ilmu dan teknologi, keempat unsur itu selalu terjadi dalam masyarakat, yang berbeda hanyalah dalam penekanannya

Perencanaan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) adalah bagian utuh dari fungsi manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI). Dengan adanya perencanaan maka pola pikir pendidik akan mengarah pada bagaimana agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Dengan kata lain adanya hasil yang ingin dicapai akan mewujudkan cara bagaimana memperoleh hasil tersebut. Perencanan menurut Wina Sanjaya adalah suatu proses dalam menetapkan arah dan

108Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, cet. 3 (Jakarta: Quantum Teaching, 2010), h. 32.

109Ibid, h. 34.

110Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran; Landasan dan Aplikasinya, cet 1 (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 61.

fokus tujuan yang telah ditentukan.111 Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada setiap

perencanaan minimal harus memiliki empat unsur sebagai berikut: 1) Adanya tujuan yang ingin diperoleh;

2) Terdapat strategi dalam mencapai tujuan;

3) Memiliki sumber daya yang sesuai dengan tujuan; 4) Implementasi setiap keputusan;

Pembelajaran dikatakan sebagai sistem karena di dalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.112

Hamdani, menyebutkan bahwa komponen pembelajaran pada taraf mikro mencakup pembelajaran bidang studi tertentu dalam suatu pendidikan, tahunan, semesteran. Apabila pembelajaran tersebut ditinjau dari pendekatan sistem, dalam proses akan melibatkan berbagai komponen berikut.

a) Tujuan, secara eksplisit, diupayakan melalui kegiatan pembelajaran instructional effec, biasanya berupa pengetahuan dan ketrampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam tujuan pembelajaran;

b) Subjek belajar, dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek;

c) Materi pelajaran, merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk kegiatan pembelajaran;

d) Strategi merupakan pola umum untuk mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran;

e) Media pembelajaran adalah alat atau wahana yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi meningkatkan peranan strategi pembelajaran;

f) Penunjang, dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, sumber belajar, alat pelajaran, bahan pelajaran. Penunjang berfungsi memperlancar dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran. 113

Begitu juga dengan Manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) tidak bisa lepas dari manajemen-manajemen lain dalam satu sistem pendidikan secara umum. Dapat dirumuskan bahwa manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) merupakan ilmu terapan yang sistematis yang berkenaan dengan peran seorang pendidik

111Sanjaya, Perencanaan dan Desain, h. 24. 112Ibid, h, 6

pendidikan agama Islam (PAI) melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pembelajaran.

Secara praktis dalam manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) posisi ‘proses’ sangat penting dan utama dari pada hasil untuk menentukan keberhasilan pengajaran. Karena hasil yang dilihat untuk mengetahui keberhasilan pendidikan agama Islam bukanlah dari nilai yang tertera di raport atau lembar penilaian namun sikap dan prilaku keagamaannya yang baik. Oleh karena itu pendidik sebagai fasilitator dalam pendidikan agama Islam dalam mengetahui keberhasilan pembelajaran peserta didiknya dapat terlihat pada prilaku dan sikap keagamaan peserta didik setelah di berikan pengajaran. Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah setingkat SMP biasanya dilakukan melalui proses pembelajaran intrakurikuler yaitu proses pembelajaran di kelas dan ekstrakurikuler proses pembelajaran melalui organisasi keagamaan.

Dokumen terkait