• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

C. Pendidikan Agama Katolik

Agama amat penting dalam kehidupan manusia. Menyadari bahwa pentingnya agama dalam kehidupan umat manusia, maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual. Akhlak mulia itu mencakup etika, budi pekerti dan moral hal ini sebagai perwujudan dari pendidikan agama yang diimplementasikan dalam kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat, bangsa, dan negara (Komisi Kateketik KWI, 2001: 6).

1. Arti dan Makna Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik adalah suatu pelajaran yang mengutamakan pengetahuan dan ketrampilan dengan menggumuli/menginterpretasikan hidup dalam terang ajaran iman Katolik (Komisi Kateketik KWI, 2001: 12).

Heryatno (2008: 23) Pendidikan Agama Katolik adalah proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga, dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu naradidik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup mereka. Pendidikan Agama Katolik juga dipahami sebagai komunikasi penghayatan atau pengalaman iman.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Katolik adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam mengembangkan peserta didik untuk memperteguh imannya kepada Tuhan Yesus Kristus sesuai dengan ajaran Gereja Katolik dengan tetap memperhatikan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan di tengah keluarga, sekolah, masyarakat, dan dimana saja mereka berada.

2. Guru Pendidikan Agama Katolik

Konsili Vatikan II tahun 1962-1965 khususnya dalam Gravissimum

Education (GE) artikel lima belas “memberikan perhatian khusus kepada panggilan

menjadi seorang pendidik, suatu panggilan yang tepat bagi kaum awam maupun bagi mereka yang mengikuti status hidup yang lain dalam Gereja. Setiap orang yang membantu pembentukan manusia yang utuh adalah seorang pendidik; tetapi guru

menjadikan usaha membentuk manusia secara utuh sebagai profesi mereka” (GE

15).

Selanjutnya dalam Dokumen Konsili Vatikan II artikel sembilan puluh enam (1991: 121) menguraikan bahwa guru agama merupakan kunci utama dan komponen yang menentukan tujuan pendidikan di sekolah yang mau dicapai dalam proses pembelajaran. Maka guru-guru agama harus yang penuh dengan anugerah-anugerah kodrati dan adikodrati, yang mampu memberikan kesaksian kepada peserta didik mengenai anugerah-anugerah yang dimilikinya itu.

Profesi sebagai Guru Pendidikan Agama Katolik harus dihayati sebagai anugerah atau sebagai panggilan-Nya untuk secara lebih utuh menjadi murid-muridNya dan mengaktualisasi seluruh potensi hidupnya, sehingga berdasar rahmat-Nya hidup para peserta didik serta hidupnya sendiri terus bergerak maju, berkembang sampai kepada kepenuhannya.

Miller dalam Heryatno (2008: 86) menguraikan bahwa Guru Pendidikan Agama Katolik harus memiliki visi ke depan bagi perkembangan setiap peserta didiknya. Untuk menjadi sahabat dan pendamping perkembangan, ia perlu mencapai tahap perkembangan KEMI (kognitif, emosi, moral dan iman). Miller juga menegaskan bahwa Pendidikan Agama Katolik sungguh-sungguh perlu menekankan interaksi dan komunikasi yang fasilitatif dan kondusif bagi peserta didik supaya secara terus-menerus berkembang ke tahap berikutnya. Komunikasi sangat penting dalam tingkat perkembangan kognitif, emosi, moral, iman peserta didik.

Menurut Heryatno (2008: 113-117) sikap dasar dan semangat para guru Pendidikan Agama Katolik yang harus diwujudkan di dalam tugasnya yaitu: a. Meneguhkan pribadi dan jati diri

Para guru Pendidikan Agama Katolik diharapkan menghormati martabat para peserta didik yang mulia, menghargai segala talenta dan keunikan serta mempercayai kemampuan mereka sebagai titik tolak dari seluruh kegiatan pendidikan mereka. Guru juga membantu para peserta didik yang lemah dan bermasalah agar mereka memiliki peluang dan kesempatan yang sama dengan teman-teman lainnya, dan berkembang menjadi lebih baik.

b. Tetap yakin dan penuh harap

Sebagai pendidik harus penuh pengharapan dan keyakinan bahwa semua peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat-bakat yang mereka terima dari Tuhan, oleh karena kebaikan dan kemurahan hati-Nya semua peserta didik dapat sampai pada kelimpahan dan kepenuhan hidup.

c. Mengasihi

Sikap yang tidak kalah penting dari para guru Pendidikan Agama Katolik adalah mengasihi para peserta didik. Beriman, berharap, dan mengasihi hidup para peserta didik itulah yang menjadi sikap, tekad, dan kesadaran yang wajib diwujudkan dalam melaksanakan tugas panggilan mereka sebagai guru Pendidikan Agama Katolik. Dengan kasih yang bersedia berkorban seperti Yesus dari para pendidik sungguh dapat mengubah sikap dan perilaku peserta didik sekaligus memberikan hasil yang baik dan menyenangkan.

Dengan memperlakukan peserta didik sebagai subyek/pelaku utama, dalam proses pembelajaran para guru Pendidikan Agama Katolik mewujudkan relasi antara pendidik dan peserta didik bukan relasi subyek dengan obyek melainkan subyek dengan subyek. Di dalam relasi tersebut yang diharapkan oleh para peserta didik bukan semata-mata isi mata pelajaran tetapi inspirasi dan teladan hidup. Dengan memperlakukan peserta didik sebagai subyek, para guru Pendidikan Agama Katolik akan memberdayakan mereka sebagai pelaku pendidikan yang aktif, kreatif serta realisitis. Para guru Pendidikan Agama Katolik juga menciptakan suasana yang kondusif yaitu suasana akrab, saling menerima dan menghargai serta suasana kebersamaan yang sungguh menghormati inspirasi, aspirasi dan gagasan peserta didik. Dengan suasana ini pendidik mengharapkan dapat memperkembangkan diri para peserta didik secara utuh bukan hanya intelektual tetapi juga perasaan, emosi, hati dan perilaku mereka sehingga pendidikan menjadi proses perkembangan diri mereka secara utuh dan seimbang.

e. Menghormati kebebasan, hak dan tanggungjawab

Kebebasan terwujud jika para guru Pendidikan Agama Katolik menghormati hidup peserta didik sebagai pribadi dan mendorong mereka untuk bersikap serta bertindak berdasar hati nuraninya. Dengan menghormati kebebasan dan semua hak peserta didik, para guru Pendidikan Agama Katolik diharapkan menyelenggarakan proses pendidikan yang bersifat sungguh membebaskan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu hal yang penting yang dituntut dari para guru Pendidikan Agama Katolik adalah mengasihi para

peserta didik. Dengan demikian pendidikan akan mengantar mereka kepada kebenaran yang telah Allah letakkan pada inti hidup mereka dan membantu mereka menjadi orang-orang yang bebas, sehingga mereka dapat mengambil bagian di dalam perjuangan mewujudkan kehadiran nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan mereka.

Dokumen terkait