• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Akhlak Terhadap Orang Tua ( Birr Al- Wālidayn)

ANALISIS PERAN AYAH DALAM PENDIDIKAN ANAK

I. Karakteristik Pendidikan Yang Terdapat Dalam QS Luqman Ayat 13-19

2. Pendidikan Akhlak Terhadap Orang Tua ( Birr Al- Wālidayn)

Pendidikan akhlak sangatlah penting bagi seorang ayah untuk mendidik anak-anaknya, akhlak secara bahasa merupakan bentuk jamak dari kata

khulukun yang berarti budi pekerti, perangai, tabiat, adat, tingkah laku, atau sistem perilaku yang dibuat. Akhlak secara terminologis adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terbaik dan tercela, baik itu berupa perkataan maupun perbuatan manusia, lahir dan batin.7 Akhlak

93 merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan membuat hidup menjadi lebih baik. Akhlak merupakan alat kontrol psihis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang.8

Pendidikan akhlak anak dalam Al-Qur’an adalah dijadikan sebagai

pegangan hidup juga dijadikan sebagai dasar atau alat pengukur baik buruknya sifat seseorang. Apa yang baik menurut Al-Qur’an itu berarti baik dan harus

dijalankan sedangkan apa yang buruk menurut Al Qur’an berarti tidak baik

dan harus dijauhi. Tujuan terutama dalam pendidikan ialah pendidikan akhlak, baik perangai dan tingkah laku, halus budi pekerti, keras kemauan, membedakan yang baik dari yang buruk, mengerjakan kebaikan, dan menjauhi kejahatan.

Diantara akhlak yang perlu ditanamkan seorang ayah kepada anak adalah tentang akhlak kepada orang tua atau Birr al-Wālidayn. Seperti yang terdapat didalam surat Luqman ayat 14

ٱ ۡينَم َعَ ٱفِ ۥُهُلَٰ َصٱفَو ٖنۡهَو ََٰ َعَل اًنۡهَو ۥُهُّمُأ ُهۡتَلَ َحَ ٱهۡيَ ٱلَِٰ َوٱب َنَٰ َسنٱلۡٱ اَنۡي َّصَوَوۡ

ُيۡ ٱصَمۡلٱ َّلَٱإ َكۡيَ ٱلََِٰوٱلَو ٱلَ ۡرَ ُكۡشٱ ٱنَأ

١٤

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang

ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah

kembalimu”

8Hery Noer Aly, MA, Dan H. Munzier S, MA. Watak Pendidikan Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), h, 89

94 Kata ( ُ ناَسْنِلاا ) al-insan yang diartikann dengan “manusia” berasal dari kata ( ُ سْن أ ) uns, yang bermakna senang, “jinak” dan “harmonis’, atau dapat juga ia terambil dari kata ( ُ يْسِن ) nis-y yang berarti “lupa”. Ada pula yang berpendapat terambil dari kata ( ُ سْوَن ) nawsun berarti bergerak dan dinamika.9 Pengertian-pengertian di atas setidaknya memberikan gambaran tentang potensi atau sifat makhluk tersebut, yaitu bahwa ia memiliki sifat lupa, kemampuan bergerak yang melahirkan dinamika. Ia juga adalah makhluk yang senantiasa melahirkan rasa harmonis, senang, dan kebahagiaan kepada pihak-pihak lain.

Kata ( ُِھْیَدِلاَوِب) bermakna kedua orang tuanya, berasal dari kata tunggal (ُ دِلَو ) walid yangberarti orang tua kandung, Kata ( ُ رَب ) barran memiliki makna sama dengan birr yang memiliki akar kata dari huruf ( ب) ba, (ر) ra’, yang berarti baik hikayat, suara, daratan dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan Kata

barran dalam ayat tersebut mengartikan bahwa banyak kebaktian atau yang

banyak melimpah kebaikan. Jadi berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang dicintai oleh Allah Subḥanahu wa Ta’āla. 10

Makna yang dapat disimpulkan dalam ayat 14 adalah bahwa pendidikan yang diberikan Luqman tidak terbatas pada pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya dalam keluarga, hal ini dikarenakan ayat yang berisi pesan agar berbuat baik kepada kedua orang tua diletakkan di tengah-tengah konteks pembicaraan peristiwa Luqman. Itu sebabnya, wasiat yang diberikan Luqman kepada anaknya menjadi dasar bagi pendidikan pada

9 M. Quraish, Shihab, Op, Cit., h. 87

95 umumnya baik dalam keluarga maupun yang lainnya, antara lain adalah upaya mendidik anak untuk berbuat baik kepada orang tuanya.

Di dalam ayat 14 materi agar senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tua dijelaskan melalui anjuran untuk dapat menghayati penderitaan dan kesulitan seorang ibu selama mengandung. Cara seperti ini merupakan cara yang sangat efektif karena mampu menggugah emosional seorang anak, sehingga berdampak kuat terhadap perubahan sikap dan perilaku sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Selain itu kematangan dalam aspek emosi atau mental merupakan konsekuensi dari perkembangan pada tatanan psikologis. Emosi adalah kekuatan pengetahuan dan perasaan yang terdapat dalam jiwa manusia. Setiap hal yang berhunungan dengan perasaan (al-Wujdāniyah) merupakan hakikat-hakikat yang diketahui melalui emosi, hal ini merupakan fitrah bagi manusia yang dibawanya sejak ia dilahirkan.

Daidalam surah Luqman ayat 14 juga, Allah Subḥanahu wa Ta’āla

menghendaki agar setiap anak berbakti kepada kedua orang tua mereka dan bersifat lemah lembut kepada keduanya, apabila hal itu dilakukan maka masih jauh dari cukup bila dibandingkan dengan kesulitan dan kelelahan orang tua dalam mengandung, membesarkan dan mendidik anak hingga bertumbuh dewasa.

Karena sangat pentingnya berbuat baik kepada orang tua di ayat yang lain Allah mensejajarkan antara mentauhidkan kepada Allah dengan berbuat baik kepada kedua orang tua, yaitu Al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 23,

96

َّٓ

لَٱإ ْآوُدُبۡعَت َّلََأ َكُّبَر َٰ َضََقَو۞

َكَدنٱع َّنَغُلۡبَي اَّمٱإ ُۚاًنَٰ َسۡحٱإ ٱنۡيَ ٱلََِٰوۡلٱٱبَو ُهاَّيٱإ

ٗ

لَۡوَق اَمُهَّل لُقَو اَمُهۡرَهۡنَت لََو َٖ ّفُأ ٓاَمُهَّل لُقَت َلََف اَمُه َٱكِل ۡوَأ ٓاَمُهُدَحَأ َ َبَٱكۡلٱ

اٗميٱرَك

٢٣

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan

menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang

mulia.”

Dari ayat di atas dapat kita pahami, bahwa semua manusia yang hidup di dunia ini berhutang budi kepada orang tua. Allah memerintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada ke dua orang tua/ibu bapak. Oleh karena itu anak berkewajiban menghormati dan menjalin hubungan baik dengan ibu dan bapak. Serta taat terhadap semua perintahnya selama yang diperintahkan tidak bertentangan dengan aturan Allah. Namun jika perintahnya bertentangan degan perintah Allah maka seorang anak tidak harus taat kepada orang tuanya sebagaimana tetulis dalam al-Qur’an surat Lukman ayat 15,

ِۖاَمُهۡعٱطُت َلََف ٞمۡلٱع ۦٱهٱب َكَل َسۡيَل اَم ٱبِ َكٱ ۡشُۡت نَأ َٰٓ َعَل َكاَدَهَٰ َج نوَإِ

َّلَٱإ َّمُث ُۚ ََّ لَٱإ َباَنَ َأ ۡنَم َليٱبَس ۡعٱبَّتٱَو ِۖاٗفوُرۡعَم اَيۡنُّلِٱ ٱفِ اَمُهۡبٱحا َصَو

َنوُلَمۡعَت ۡمُتنُك اَمٱب مُكُئٱّبَنأَف ۡمُكُعٱجۡرَمُ

١٥

ُ

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku

sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah

97 Dalam QS Luqman ayat 15 diatas dijelaskan bahwasanya ketaatan kepada kedua orang hanyalah kepada perbuatan yang diperintahkan Allah. Bukan pada hal yang Allah larang, jika mereka (orang tua) memaksa terhadap apa yang tidak kamu ketahui hakekatnya, yaitu berbuat syirik kepada Allah. Maka kita dilarang untuk taat kepada mereka. Pendidikan akhlak terhadap orang tua atau Birr Al-Wālidayn ini tentunya tidak lepas dari pendidikan tauhid yang telah diajarkan terlebih dahulu, karena melalui pemahaman tahuid yang sempurnalah seorang anak mampu bersikap baik kepada kedua orang tuanya serta berani untuk meloak selagala perintah yang bertentangan dengan perintah Allah.