• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam penelitian, setiap hal temuan harus dicek keabsahannya, agar hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan keabsahannya. Dan untuk pengecekan keabsahan temuan ini teknik yang dipakai oleh peneliti adalah triangulasi.

Triangulasi menurut Moleong adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu”.5 Pengecekan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

1. Triangulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dengan data hasil dengan dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh.

2. Triangulasi metode, yaitu dengan cara mencari data lain tentang sebuah fenomena yang diperoleh menggunakan metode yang berbeda yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian hasil yang diperoleh menggunakan metode ini dibandingkan dan disimpulkan sehingga memperoleh data yang bisa dipercaya.

3. Triangulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan kebenaran suatu fenomena berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti, baik dilihat dari dimensi waktu maupun sumber yang lain.6

5Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.

178.

6Emzir, Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 76.

Penelitian ini menggunakan triangulasi dengan data yakni dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dan data hasil dengan dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh.

46

BENTENGNGE KECAMATAN WATANG SAWITTO KABUPATEN PINRANG)

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kabupaten Pinrang

Kabupaten Pinrang adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Secara administratif, Kabupaten Pinrang terdiri atas 12 Kecamatan, 40 Kelurahan dan 69 Desa. Kabupaten Pinrang memiliki garis pantai sepanjang 93 km sehingga terdapat areal pertambakan sepanjang pantai, pada dataran rendah didominasi oleh areal persawahan, hingga perbukitan dan pegunungan. Kondisi ini mendukung Kabupaten Pinrang sebagai daerah potensial untuk sektor pertanian dan memungkinkan berbagai komoditas pertanian seperti tanaman pangan, perikanan, perkebunan dan peternakan untuk dikembangkan.

Secara geografis, Kabupaten Pinrang merupakan salah satu dari 21 Kabupaten dan 3 Kota di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak 185 km dari Kota Makassar dan menjadi Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Barat. Secara astronomis, Kabupaten Pinrang berada pada posisi 3°19′13″ sampai 4°10′30″ Lintang Selatan dan 119°26′30″ sampai 119°47′20″ Bujur Timur dengan luas mencapai 1.961,77 km². Berdasarkan letak geografisnya, batas-batas wilayah Kabupaten Pinrang sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Sidenreng Rappang

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Polman Provinsi Sulawesi Barat

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Parepare

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Presentasi terhadap Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Pinrang Tahun 2020

No. Kecamatan Luas Wilayah Presentase (%)

1 Suppa 74,20 3,7

2 Mattiro Sompe 96,99 4,94

3 Lanrisang 73,01 3,72

4 Mattiro Bulu 132,49 6,75

5 Watang Sawitto 58,97 3,01

6 Paleteang 37,29 1,90

7 Tiroang 77,73 3,96

8 Patangpanua 136,85 6,98

9 Cempa 90,30 4,60

10 Duampanua 291,86 14,88

11 Batulappa 158,99 8,10

12 Lembang 733,09 37,37

Total 1.961,77 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2020

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan di Kabupaten Pinrang memiliki luas 1.961,77 km², dengan kecamatan terluas adalah di Kecamatan Lembang dengan luas 733,09 km² sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah di Kecamatan Paleteang dengan luas 37,29 km². Secara kependudukan, Kabupaten Pinrang merupakan daerah dengan laju pertumbuhan yang cukup pesat yaitu 403.994 jiwa. Untuk selengkapnya, dapat dilihat di tabel berikut

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Pinrang Tahun 2020

No. Kecamatan Penduduk

(jiwa)

1 Suppa 34.434

2 Mattiro Sompe 30.155

3 Lanrisang 19.713

4 Mattiro Bulu 31.524

5 Watang Sawitto 56.570

6 Paleteang 42.630

7 Tiroang 23.409

8 Patangpanua 37.577

9 Cempa 19.543

10 Duampanua 50.226

11 Batulappa 11.281

12 Lembang 46.932

Total 403.994

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2021

2. Kondisi Umum BTN Sekkang Mas Kelurahan Bentengnge

BTN Sekkang Mas merupakan perumahan yang berada di Lingkungan Sekkang, Kelurahan Bentengnge, Kecamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang. Secara administratif, wilayah Kelurahan Bentengnge terdiri atas 2 (Dua) Lingkungan, 10 (Sepuluh) RW dan 17 (Tujuh Belas) RT yaitu Lingkungan Ruba’e terdiri atas 5 (Lima) RW dan 8 (Delapan) RT, Lingkungan Sekkang terdiri atas 5 (Lima) RW dan 9 (Sembilan) RT. Di perumahan BTN Sekkang Mas sendiri terdiri atas 2 (Dua) RW dan 1 (Satu) RT. Secara umum, penggunaan wilayah Kelurahan Bentengnge sebagian besar untuk lahan pertanian berupa persawahan dan perkebunan, lokasi perumahan masyarakat, sarana dan prasarana pemerintahan, pendidikan, keagamaan dan perkuburan.1

B. Pola Asuh Orangtua di BTN Sekkang Mas Kelurahan Bentengnge Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

Keluarga adalah ikatan laki-laki dan perempuan berdasarkan hukum dan undang-undang perkawinan yang sah. Dalam keluarga inilah terjadi interaksi

1Dicky (37 Tahun), Staf Kantor Kelurahan Bentengnge, Pengumpulan Data, Kantor Lurah Bentengnge, 9 Agustus 2021.

pendidikan pertama dan utama bagi anak yang akan menjadi pondasi dalam pendidikan selanjutnya. Dengan demikian, berarti dalam masalah pendidikan, keluargalah yang memegang peranan utama dan memegang tanggung jawab terhadap anak.

Pola asuh orangtua di BTN Sekkang Mas Kecamatan Watang Sawitto ini terbilang masih kurang, karena bentuk perhatian dari keluarga serta masalah kedisiplinan kurang terjadi. Kebanyakan orangtua kalah dengan keinginan anak-anaknya yang tidak memperhatikan perkataan orangtua. Kebanyakan pola yang diterapkan kepada anak-anak dalam keluarga di BTN Sekkang Mas ini sudah cukup baik, akan tetapi ada sebagian pola yang digunakan para orangtua itu kurang tepat terhadap karakter anak.

1. Gambaran 5 Keluarga

a) Keluarga pak Jakariya dan ibu Syaflinda

Pak Jakariya merupakan salah seorang warga di Blok D/3 di BTN Sekkang Mas Kelurahan Bentengnge Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Pak Jakariya kini berusia 42 tahun sedangkan ibu Syaflinda berusia 38 tahun. Pak Jakariya adalah seorang pekerja swasta adapun sang istri bekerja sebagai guru di SD (UPT SD) Negeri 250 Pinrang. Mereka dikaruniai 3 orang anak, anak pertama bernama Jasyadam (laki-laki) yang berusia 19 tahun anak berkebutuhan khusus sejak kecil mengidap penyakit yang menyebabkan dia tidak menempuh pendidikan formal di sekolah, anak kedua bernama Febrianto (laki-laki) yang berusia 10 tahun kini bersekolah di SD (UPT SD) Negeri 245 Pinrang kelas IV dan anak yang ketiga bernama Triagata (laki-laki) yang berusia 5 tahun dan belum bersekolah.2

b) Keluarga pak Andi dan ibu Fahmizah

2Jakariya (42 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 9 Juli 2021.

Pak Andi merupakan salah seorang warga di Blok G/10 di BTN Sekkang Mas Kelurahan Bentengnge Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Pak Andi kini berusia 55 tahun sedangkan ibu Fahmizah berusia 52 tahun. Pak Andi merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Pinrang sedangkan sang istri adalah seorang ibu rumah tangga. Istri pak Andi bernama ibu Fahmizah, mereka telah dikaruniahi 3 orang anak, anak pertama bernama Fathur (laki-laki) yang berusia 25 tahun sekarang kuliah di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar semester akhir, anak kedua bernama Fadhilah (perempuan) yang berusia 18 tahun sekarang kuliah di Univeritas Negeri Tadulako Palu semester II dan anak ketiga bernama Fardhiyah (perempuan) berusia 16 tahun sekarang sekolah di SMA Negeri 7 Pinrang kelas XI.3

c) Keluarga pak Muhadir dan ibu Haeriyah

Pak Muhadir merupakan salah seorang warga di Blok G/12 di BTN Sekkang Mas kelurahan Bentengnge Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Pak Muhadir kini berusia 46 tahun sedangkan ibu Haeriyah berusia 44 tahun. Pak Muhadir bekerja sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Perhubungan (Dishub) Pinrang. Istri pak Muhadir bernama ibu Haeriyah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang.

Mereka memiliki 3 orang anak, anak pertama bernama Ahmad (laki-laki) yang berusia 13 tahun sekarang menempuh pendidikan di Pesantren Uswatul Ummah Lapalopo Pinrang kelas VIII, anak kedua bernama Mutiah (perempuan) yang berusia 12 tahun sekarang sekolah di SD 161 Pinrang kelas VI dan anak ketiga

3Andi (55 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

bernama Maritza (perempuan) yang masih berusia 5 tahun dan baru berada dalam tahap pendidikan Playgroup (Pendidikan Anak Usia Dini).4

d) Keluarga pak Hamdani dan ibu Hesti

Pak Hamdani merupakan salah seorang warga di Blok H/25 di BTN Sekkang Mas Kelurahan Bentengnge Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Pak Hamdani kini berusia 53 tahun sedangkan ibu Hesti berusia 43 tahun. Pak Hamdani merupakan seorang pegawai swasta adapun istri bekerja sebagai Honorer Pemda. Mereka memiliki 3 orang anak, anak pertama bernama Ukhaila (perempuan) yang berusia 20 tahun sekarang kuliah di Unpar semester II, anak kedua bernama Nurul (perempuan) yang berusia 15 tahun sekarang sekolah di SMA Negeri 1 Pinrang kelas XI dan anak ketiga bernama Afrin (perempuan) yang masih berusia 2 tahun.5

e) Keluarga pak Subhan dan ibu Rahmah

Pak Subhan merupakan salah seorang warga di Blok N/3 di BTN Sekkang Mas Kelurahan Bentengnge Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Pak Subhan kini berusia 48 tahun sedangkan ibu Rahmah berusia 39 tahun. Pak Subhan bekerja sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Inspektorat Pinrang sedangkan sang istri seorang pedagang. Mereka memiliki 3 orang anak, anak pertama bernama Aliyah (perempuan) yang berusia 14 tahun kini sekolah di MTs Negeri 1 Makassar kelas IX, anak kedua bernama Alfiya (perempuan) yang berusia 13 tahun juga bersekolah di MTs Negeri 1 Makassar kelas VII dan anak ketiga bernama Irfan (laki-laki) yang berusia 6 tahun bersekolah di TK al-Ikhlas Pinrang.6

4Muhadir (46 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

5Hamdani (53 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

6Subhan (48 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

2. Pola asuh orangtua pada lima keluarga

Dalam hal ini, penyusun memaparkan pola asuh atau pola pembinaan orangtua terhadap anaknya, pada pembahasan ini mengacu pada pembinaan ibadah, berupa salat dan membaca al-Qur’an, pembinaan akhlak kepada sesama manusia seperti berpamitan dan mencium tangan orangtua sebelum berangkat ke sekolah, memantau kegiatan dan pergaulan anak, cara menasihati anak ketika melakukan kesalahan, serta membatasi pergaulan anak. Penulis akan memaparkan hasil penelitian wawancara yang seluruhnya.

a) Salat

1) Keluarga pak Jakariya

Salat merupakan tiang agama Islam, salat diwajibkan bagi umat Islam untuk dilaksanakan dan apabila ditinggalkan mendapat dosa. Hasil wawancara dengan pak Jakariya pada proses wawancara, sebagai berikut:

“Saya tidak pernah menyuruh anak-anak salat karena mereka masih kecil apalagi mereka pasti diajar di sekolah dan di TPA.”7

Hasil wawancara dengan pak Jakariya sama dengan yang diungkapkan oleh Febrianto pada proses wawancara bahwa:

“Saya tidak pernah diajar salat sama bapak, bapak jarang di rumah sementara ibu sibuk mengajar akan tetapi saya belajar di sekolah tentang salat.”8

Hasil wawancara menunjukkan bahwa pak Jakariya dan ibu Syaflinda tidak memperhatikan dengan baik urusan ibadah pada anak-anaknya termasuk ibadah salat. Sehingga anak kurang lancar bacaan salat karena tidak pernah dituntun oleh orangtuanya, untungnya anak diajarkan salat di sekolah sehingga Febrianto bisa mempraktikkan salat meskipun belum lancar bacaan salat.

2) Keluarga pak Andi

7Jakariya (55 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 9 Juli 2021.

8Febrianto (10 Tahun), Anak Pak Jakariya, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 9 Juli 2021.

Berbeda dengan yang diungkapkan pak Andi pada proses wawancara yang dilakukan di rumahnya mengenai salat bahwa:

“Saya selalu memperhatikan ibadah anak-anak saya apalagi tentang salat, saya selalu mengajak anak ke masjid salat berjamaah.”9

Begitupun hasil wawancara yang dilakukan dengan Fardhiyah anak dari pak Andi dan ibu Fahmizah bahwa:

“Bapak dan ibu dari kecil mengajarkan kami salat selain itu kami juga belajar di sekolah.”10

Hasil wawancara menunjukkan bahwa pak Andi dan ibu Fahmizah selalu mengontrol salat anak-anaknya bahkan, mereka merupakan orangtua yang sangat memperhatikan ibadah anak-anaknya terkhusus dalam hal salat, mereka sudah mengajarkan salat kepada anak-anaknya dari kecil sehingga anak sudah mampu mempraktikkan salat dengan baik.

3) Keluarga pak Muhadir

Lain halnya yang diungkapkan oleh pak Muhadir dan ibu Haeriyah pada proses wawancara yang dilakukan di rumahnya bahwa:

“Kami selalu menyuruh anak salat, akan tetapi kalau mereka tidak melaksanakannya, saya hanya bisa diam karena anak tidak boleh dipaksa.”11

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mutiah anak dari pak Muhadir dan ibu Haeriyah:

“Iya, bapak dan ibu sering menyuruh saya salat tapi kalau saya tidak mengindahkan kata-kata mereka.”12

Jadi, hasil wawancara menunjukkan bahwa pak Muhadir dan ibu Haeriyah selalu menyuruh anak-anaknya salat. Akan tetapi, ketika mereka tidak

9Andi (55 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

10Fardhiyah (16 Tahun), Anak Pak Andi, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

11Muhadir (46 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

12Mutiah (12 Tahun), Anak Pak Muhadir, Wawancara,BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

melaksanakan dengan berbagai alasan yang dilontarkan, tidak ada bentuk teguran yang diberikan. Seharusnya, orangtua tidaklah diam namun memberikan arahan dan nasihat kepada anaknya. Akibatnya Mutiah belum mampu menghafal bacaan salat dengan baik.

4) Keluarga pak Hamdani

Lain lagi yang diungkapkan oleh pak Hamdani dan ibu Hesti pada proses wawancara yang dilakukan di rumahnya:

“Kami selalu menyuruh anak kami salat, tapi setiap kali kami menyuruh mereka, mereka selalu membalas dengan alasan sebentar.”13

Hal yang sama juga diungkapkan Nurul anak dari pak Hamdani dan ibu Hesti:

“Iya, saya selalu disuruh ibu sama bapak salat, namum saya tidak langsung pergi.”14

Hasil wawancara menunjukkan bahwa keluarga pak Hamdani seharusnya memberikan perhatian lebih pada anak-anaknya dengan cara lemah lembut serta memberikan nasihat dan arahan agar anak melakukan salat tepat waktu.

Seharusnya pak Hamdani juga memberikan contoh kepada anak-anaknya terlebih dahulu jangan hanya sekedar ucapan dan perintah. Akan tetapi, Nurul sudah bisa mempraktikkan salat dengan baik.

5) Keluarga pak Subhan

Jawaban yang sama pun dikemukakan oleh pak Subhan pada proses wawancara berlangsung bahwa:

“Sebenarnya saya tidak langsung memantau kondisi anak saya karena saya sibuk kerja, sementara ibunya juga berjualan. Akan tetapi, saya memantau melalui alat komunikasi yaitu telepon.”15

13Hamdani (53 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

14Nurul (14 Tahun), Anak Pak Hamdani, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

15Subhan (48 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

Adapun hasil wawancara dengan Aliyah anak dari pak Subhan terkait dengan salat yakni:

“Iya, saya sering disuruh bapak, mama dan nenek menunaikan salat”16 Hasil wawancara menunjukkan bahwa pak Subhan sebagai seorang pekerja kantor dan ibu Rahmah sebagai seorang pedagang tidak terjun langsung memantau kegiatan ibadah anaknya. Akan tetapi, memantau melalui alat komunikasi yakni telepon. Seharusnya, sesibuk apapun sebagai orangtua menjadi tanggung jawab mereka untuk memberikan perhatian lebih pada anak. Namun demikian, Aliyah sudah mampu mempraktikkan salat meskipun belum mampu menghafal bacaan salat dengan lancar.

b) Membaca al-Qur’an 1) Keluarga pak Jakariya

Membaca al-Qur’an merupakan salah satu upaya orangtua dalam mendidik dan membina akhlak anak di mana al-Qur’an merupakan pedoman umat Islam, dari hasil wawancara dengan pak Jakariya, maka dapat diperoleh informasi bahwa:

“Kami menyerahkan anak kami untuk diajar membaca al-Quran di TPA yang dekat dari rumah. Namun, saya dan istri juga mengajarkan anak kami sekali-kali membaca al-Quran jika ada waktu luang.”17

Hal serupa juga diungkapkan oleh Febrianto pada proses wawancara yang dilakukan bahwa:

“Saya mengaji di masjid kadang juga mengaji di rumah kalau ibu suruh”18 Hasil wawancara menunjukkan bahwa pak Jakariya dan istrinya menyerahkan sepenuhnya urusan mengaji kepada pihak TPA yang diadakan di

16Aliyah (14 Tahun), Anak Pak Jakariya, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

17Jakariya (42 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 9 Juli 2021.

18Febrianto (10 Tahun), Anak Pak Jakariya, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 9 Juli 2021.

masjid. Walaupun demikian, pak Jakariya dan istri juga mengajarkan anaknya membaca al-Quran sekali-kali ketika ada waktu kosong, sehingga Febrianto masih belum mampu membaca al-Quran dengan lancar.

2) Keluarga pak Andi

Berbeda halnya dengan yang diungkapkan pak Jakariya dan ibu Syafilnda dengan jawaban pak Andi dan ibu Fahmizah bahwa: 3)

“Kami selalu mengontrol anak dalam hal ini mengaji, biasanya kami menyuruhnya mengaji tiga kali sehari yakni, setelah salat subuh, sepulang sekolah dan setelah salat magrib.”19

Hal serupa juga diungkapkan oleh Fardhiyah pada proses wawancara yang dilakukan:

“Selain mengaji di masjid saya juga mengaji di rumah 3 kali sehari.”20 Hasil wawancara menunjukkan bahwa keluarga pak Andi memang selalu menuntut anaknya agar pandai dalam membaca al-Quran di mana al-Quran merupakan pedoman umat Islam. Mereka selalu mengajarkan dan membimbing anaknya dalam membaca al-Quran sebanyak 3 kali sehari, sehingga anak sudah mampu membaca al-Quran dengan baik.

3) Keluarga pak Muhadir

Berbeda halnya yang diungkapkan pak Muhadir saat di wawancara di rumahnya:

“Saya mengikutsertakan anak di pengajian masjid dan menyerahkan urusan mengaji pada TPA di masjid.”21

Begitupun hasil wawancara dengan Mutiah anak pak Muhadir dan ibu Haeriyah:

19Andi (55 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

20Fardhiyah (16 Tahun), Anak Pak Andi, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

21Muhadir (46 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

“Saya mengaji di masjid setiap hari setelah pulang sekolah”22

Hasil wawancara menunjukkan bahwa pak Muhadir dan ibu Haeriyah menyerahkan sepenuhnya pendidikan agama anak pada pihak sekolah seperti dalam halnya mengaji, orangtua tidak mengingatkan dan menuntun anak agar bisa mengaji sehingga pendidikan agama anak kurang akan tetapi meskipun demikian Mutiah sudah mampu membaca al-Quran dengan baik.

4) Keluarga pak Hamdani

Jawaban keluarga pak Hamdani hampir sama dengan jawaban pak Muhadir pada saat wawancara:

“Di keluarga kami anak disekolahkan dan diarahkan mengaji di masjid, saya tidak menuntut mengaji di rumah karena dia sudah mengaji di masjid.”23

Begitupun hasil wawancara dengan Nurul yang merupakan anak dari pasangan pak Hamdani dan ibu Hesti bahwa:

“Saya selalu mengaji di masjid setiap hari setelah pulang sekolah.”24

Jadi, dapat diketahui bahwa pak Hamdani dan ibu Hesti menyerahkan urusan agama pada pihak sekolah dan tempat mengaji anaknya, mereka kurang berperan dalam urusan agama anaknya. Sedangkan seharusnya orangtualah yang berperan penting dalam hal tersebut dimana orangtua merupakan pendidik pertama dalam keluarga. Akan tetapi, Nurul sudah mampu membaca al-Quran meskipun masih belum lancar.

5) Keluarga pak Subhan

Berbeda lagi yang diungkapkan pak Subhan pada proses wawancara yang dilakukan di rumahnya bahwa:

“Saya tidak memiliki waktu yang banyak untuk anakku, tapi mengenai membaca al- Quran saya serahkan sama mama atau neneknya karena saya sibuk dengan pekerjaan.”25

22Mutiah (12 Tahun), Anak Pak Muhadir, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

23Hamdani (53 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

24Nurul (15 Tahun), Anak Pak Hamdani, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

Hasil wawancara dengan pak Subhan sama dengan hasil wawancara dengan Aliyah, dia menyatakan:

“Saya tidak diajar mengaji sama bapak karena bapak sibuk bekerja setiap hari. Tapi, saya kadang belajar sama mama atau nenek dan saya juga belajar mengaji di masjid.”26

Hasil wawancara menunjukkan bahwa pak Subhan tidak mengontrol urusan membaca al-Quran anaknya dikarenakan sibuk dengan pekerjaan, mengenai membaca al-Quran pak Subhan menyerahkan sepenuhnya kepada mamanya dan neneknya. Selain itu, Aliyah juga belajar mengaji di masjid.

Seharusnya sebagai orangtua sesibuk bagaimanapun harus meluangkan waktu dengan anaknya sehingga anak masih bisa merasakan kasih sayang dari orangtuanya terutama ayah.

c) Pamit dan mencium tangan orangtua sebelum berangkat ke sekolah 1) Keluarga pak Jakariya

Anak harus dibudayakan pamit dan mencium tangan sebelum berangkat ke sekolah, agar ilmu yang diperoleh di sekolah mendapat berkah. Menurut pak Jakariya sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan di rumahnya bahwa:

“Anak kami tidak pernah pamit ketika berangkat ke sekolah.”27

Adapun hasil wawancara yang dilakukan kepada Febrianto anak dari pak Jakariya dan ibu Syaflinda bahwa:

“Saya tidak pernah pamit kepada orangtua sebelum berangkat ke sekolah karena kalau pagi-pagi saya sering terlambat bangun, jadi saya sering terburu-buru berangkat ke sekolah.”28

Hasil wawancara menunjukkan bahwa, sebagai orangtua pak Jakariya seharusnya mengajarkan anak akhlak salah satunya pamit sebelum berangkat ke

25Subhan (48 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas PInrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

26Aliyah (14 Tahun), Anak Pak Subhan, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

27Jakariya (42 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 9 Juli 2021.

28Febrianto (10 Tahun), Anak Pak Jakariya, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 9 Juli 2021.

sekolah sehingga ilmu yang didapat di sekolah mendapat berkah dari Allah swt.

serta seharusnya pak Jakariya maupun ibu Syaflinda membangunkan anak-anak mereka pagi-pagi sehingga anak dapat melaksanakan salat subuh tepat pada waktunya dan tidak tergesa-gesa berangkat ke sekolah.

2) Keluarga pak Andi

Berbeda dengan yang diutarakan pak Andi dan ibu Fahmizah pada proses wawancara yang dilakukan bahwa:

“Anak kami selalu pamit sebelum berangkat ke sekolah, kami memang selalu mengajarkan anak demikian.”29

Begitu pula hasil wawancara yang dilakukan dengan Fardiyah anak dari pak Andi dan ibu Fahmizah bahwa:

“Saya selalu pamit sebelum berangkat ke sekolah, saya selalu diajarkan oleh ibu dan bapak agar pamit ketika keluar rumah.”30

Hasil wawancara menunjukkan bahwa, keluarga pak Andi memang selalu memperhatikan akhlak anak-anak mereka terutama akhlak pada orangtua, mereka juga mengajarkan anaknya agar pamit ketika akan meninggalkan rumah dan sebelum berangkat ke sekolah.

3) Keluarga pak Muhadir

Jawaban yang sama yang diutarakan pak Muhadir pada proses wawancara yang dilakukan saat berada di rumahnya bahwa:

“Anak kami selalu pamit sebelum ke sekolah serta tak lupa minta uang jajan.”31 Adapun hasil wawancara yang dilakukan kepada Mutiah anak kedua dari pasangan pak Muhadir dan ibu Haeriyah bahwa:

“Saya selalu pamit kepada bapak dan ibu sebelum berangkat ke sekolah sekaligus minta uang jajan.”32

29Andi (55 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

30Fardhiyah (16 Tahun), Anak Pak Andi, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

31Muhadir (46 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa pak Muhadir dan ibu Haeriyah juga mengajarkan akhlak yang baik kepada anak-anaknya terutama berbuat baik pada orangtua, contoh kecil yang diajarkan ialah pamit sebelum berangkat ke sekolah.

4) Keluarga pak Hamdani

Berbeda dengan jawaban keluarga yang lain jawaban yang diberikan pak Hamdani pada proses wawancara yang dilakukan di rumahnya bahwa:

“Anak-anak kadang pamit kadang juga tidak pada kami.”33

Hasil wawancara dengan pak Hamdani dan ibu Hesti sama dengan yang diungkapkan Nurul bahwa:

“Saya kadang pamit sama ibu dan bapak kadang juga tidak, tergantung kalau saya tidak terburu-buru ke sekolah.”34

Hasil wawancara menunjukkan bahwa pak Hamdani dan ibu Hesti juga membiasakan anak-anaknya pamit sebelum berangkat ke sekolah. Akan tetapi, anak mereka kadang melakukan kadang pula tidak, tergantung kondisi pada saat itu. Jika anak-anak pak Hamdani terlambat maka mereka tidak sempat pamit, akan tetapi, jika mereka tidak terburu-buru mereka menyempatkan waktu untuk pamit ke orangtua mereka.

5) Keluarga pak Subhan

Pak Subhan juga memberi jawaban yang sama dengan jawaban pak Muhadir:

“Dia minta izin sama saya, kalau saya tidak di rumah dia akan minta izin melalui telepon atau sama mamanya, akan tetapi kalau saya di rumah dia akan meminta izin secara langsung.”35

32Mutiah (12 Tahun), Anak Pak Muhadir, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

33Hamdani (53 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

34Nurul (15 Tahun), Anak Pak Hamdani, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

35Subhan (48 Tahun), Warga BTN Sekkang Mas Pinrang, Wawancara, BTN Sekkang Mas, 10 Juli 2021.

Dokumen terkait