• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Pengertian Kedisiplinan

1. Pendidikan Disiplin

Bagaimana seseorang mempraktikkan disiplin? Nenek moyang kita lebih siap sedia menjawab pertanyaan tersebut. Rekomendasi mereka adalah untuk bangun pagi, tidak terlena dalam kemewahan yang tidak perlu bekerja keras. Tipe disiplin seperti ini mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu. Ia bersifat kaku dan otoriter, terpusat pada nilai-nilai kesederhanaan dan penghematan, dan banyak hal memusuhi kehidupan. Tetapi dalam mereaksi jenis disiplin ini, ada kecenderungan untuk curiga kepada segala bentuk disiplin, dan membuat kegemaran pada ketidakdisiplinan dan kemalasan dalam sisa hidup sebagai penyeimbang atas jalan hidup rutin. Untuk bangun pada jam yang teratur, untuk mendedikasikan jumlah waktu yang teratur selama seharian dalam aktivitas meditasi, membaca, mendengarkan musik, berjalan; jangan terjebak pada aktivitas yang bersifat melarikan diri (eskapis) seperti cerita-cerita misteri dan film-film, jangan makan dan minum yang berlebihan adalah aturan-aturan yang jelas yang bersifat elementer.26

Namun, adalah esensial bahwa disiplin jangan dipraktikkan seperti aturan yang ditanamkan pada seseorang dari luar, tetapi ia menjadi ekspresi dari niatan seseorang; yang dirasakan sebagai sesuatu yang

26 Erich Fromm, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan (Cet. 1 Jakarta: RajaGrafindo Persada,2014), h. 40

menyenangkan, dan yang secara perlahan membiasakan pada sejenis perilaku yang orang akan rindukan jika ia berhenti mempraktikannya. Disiplin memang sesuatu yan pahit dan tidak menyenangkan, tetapi perlu diingat bahwa hal itu perlu dan dapat ditanamkan.

Untuk itu, ada beberapa tips yang dapat membantu kita membiasakan diri menjadi orang yang berdisiplin. Misalnya :

1. Melihat setiap kesempatan baru sebagai pengalaman hidup baru menyenangkan.

2. Mengerjakan tugas, lebih cepat lebih baik, sehingga tidak mengganggu pikiran terus-menerus.

3. Membiasakan diri membereskan apa yang sudah dimulai.

4. Menghindari mengulur-ulur waktu. Sibukkan diri kita pada pekerjaan. Misalnya, membuat rencana, membuat laporan, atau membaca satu halaman dari suatu buku.

5. Berusaha untuk menjadi profesional yang membina kepercayaan diri dan keyakinan diri dalam potensi kita untuk menyempurnakan tugas.

6. Menghindari kecemasan. Mayoritas dari hal-hal yang dicemaskan ternyata tidak pernah terjadi.

7. Menyiapkan diri atau tugas yang akan datang, sehingga selalu bersikap baik.

8. Menanyai atau meminta tolong yang ahlinya, jika kita tidak bisa sesudah berusaha.

9. Mengambil risiko yang terukur dalam rangka kemajuan.

10. Sering-seringlah bertanya, “Apakah yang saya lakukan itu membawa saya menuju tujuan-tujuan saya?”

11. Merencanakan yang akan datang, dengan tetap menghadapi masa sekarang.27

Demikianlah, disiplin memang harus terus ditanamkan dan diinternalisasi ke dalam diri kita. Dan berlatih dengan disiplin tiap hari, walaupun sebebtar, akan sangat berpengaruh dari pada berlatih berjam-jam, tetapi esok dan lusanya tidak. Orang sukses adalah orang yang terus-terusan berlatih, walaupun sedikit demi sedikit. Dalam dunia ilmu ini

27 Muhammad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan (Cet-1 Jakarta : PT Rajagrafindo Persada,2014), h. 41

disebut, “keterus-menerusan walaupun sedikit” (dawamuha wan in qalla).28

Disiplin adalah kata kunci kemajuan dan kesuksesan. Bukan hanya untuk prestasi, jabatan, harta, kemampuan dan lain-lain. Tetapi disiplin juga diperlukan untuk sekedar hobby. Mereka yang dalam hobby-nya hebat, adalah orang-orang yang berlatih. Seperti orang yang bisa melompati gajah besar di atas, dia tidak akan bisa apabila dia tidak berlatih. “ Alah bisa karena biasa,” demikian kata peribahasa.

Disiplin diperlukan ketika kita punya cita-cita. Sudah banyak diakui bahwa penggantungan cita-cita merupakan teknik yang efektif bagi pencapaian prestasi seperti dalam dunia olahraga.29 Karena untuk mencapainya diperlukan disiplin. Tidak ada olahragawan yang langsung bisa dan langsung jago dalam bidang yang diceburinya. Semuanya perlu latihan. Dan latihan itu perlu disiplin.

Di dunia pendidikan, pelajar yang berdisiplin akan menganggap cita-citanya sebagai alat ukur untuk berhati-hati atas perilakunya. Oleh karena itu, semua perbuatannya ditujukan untuk cita-cita tersebut. Dalam prosesnya belajar tersebut akan menentukan sendiri apa saja yang akan mendekati cita-citanya. Dan itu merupakan pengalaman yang menarik.

Sementara itu, pelajar yang kurang disiplin mungkin kurang strateginya dalam mengembangkan citanya. Bahkan jika pun ada

28 Imam Syafi’i, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan (Cet. 1 Jakarta: RajaGrafindo Persada,2014), h. 42

29 Weiberg, 1992, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan (Cet. 1 Jakarta: RajaGrafindo Persada,2014), h. 36

cita, dia akan mendapatkan kesulitan untuk tetap setia mengerjakan tugasnya dan bisa saja selalu tergusur, minimal harus selalu didorong-dorong.30

Penggantungan cita-cita merupakan proses kognitif yang menuntut fokus, disiplin, dan keputusan. Di sisni para pelajar perlu membuat pilihan-pilihan yang sepantasnya berdasarkan sistem motivasi diri mereka. Dengan itulah cita-cita dapat dicapai.

Di sekolah, disiplin berarti taat pada peraturan sekolah. Seorang murid dikatakan berdisiplin apabila ia mengikuti peraturan yang ada di sekolah. Di sini pihak sekolah harus melaksanakannya secara adil dan tidak memihak. Jika disiplin secara sosial tetap dipertahankan, lama-lama tiap individu pun menginternalisasi disiplin itu untuk dirinya sendiri.

Anak-anak sekolah harus berdisiplin. Mereka harus masuk sekolah tepat pada waktunya. Mereka dilarang keras tidak masuk sekolah tanpa sebab atau tanpa alasan yang dibenarkan, misalnya karena sakit, atau ada keperluan yang sangat penting. Kalau tidak masuk sekolah harus memberitahukan, baik melalui surat maupun menitip pesan kepada teman. Anak-anak harus malu, kalau pada rapor ada catatan tidak masuk sekolah karena alpa. Hal itu membuktikan anak itu tidak disiplin. Anak yang tidak disiplin, sering tidak masuk sekolah, maka ia akan ketinggalan materi pelajaran. Ia tidak menguasai sebagian materi. Akibatnya, ia tidak dapat

30 Lasane & Jones, 1999, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan (Cet. 1 Jakarta: RajaGrafindo Persada,2014), h. 37

menjawab soal. Akhirnya, ia tidak naik kelas. Itulah hukuman bagi anak yang tidak disiplin.

Sikap disiplin ini diperlukan oleh setiap anak sekolah, karena : 1. Disiplin merupakan kunci sukses;

2. Disiplin membuktukan kesungguhan di dalam belajar;

3. Dengan disiplin, seorang anak tidak akan ketinggalan di dalam pelajaran;

4. Dengan disiplin, seorang akan disukai teman;

5. Dengan disiplin akan diangkat kehormatan seseorang; 6. Dengan disiplin orang akan selamat;

7. Dengan disiplin orang akan sehat;

8. Dengan disiplin orang akan banyak rejeki.31

Dalam kehidupan ini, banyak sekali peristiwa yang terjadi disebabkan oleh tindakan yang tidak disiplin. Sebagai contoh, orang mengalami kecelakaan di jalan raya akibat tidak disiplin dalam berkendaraan, misalnya tidak mengindahkan rambu lalu lintas, tidak memakai helm, mengendarai kendaraan sengan kecepatan tinggi, dan sebagainya.

Dokumen terkait