• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUANG LINGKUP PENDIDIKAN ISLAM DAN POLA MENGASUH ANAK

A. Pendidikan Islam

1. Pengertian dan Konsep Pendidikan Islam

Kata ―pendidikan‖ yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah tarbiyah, dengan kata kerja rabba. Kata ―pengajaran‖ dalam bahasa Arabnya adalah ta’lim dengan kata kerjanya ‗allama. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya tarbiyah wa ta’lim. Sedangkan pedidikan Islam dalam bahasa Arabnya adalah

tarbiyah Islamiyah.1

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat pada zaman Nabi Muhammad. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang.2

1 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 25.

58

Pada dasarnya, pendidikan dan pengajaran atau ta’dib dan ta’lim, mengajar dan mendidik, pengajar dan pendidik adalah sama. Keduanya tidak dapat dibedakan, oleh karena itu, walaupun al-Ghazali dalam konsep pendidikannya mengarah kepada pembentukan akhlak, dalam prosesnya tidak digunakan kata ta’dib tetapi ta’lim. Al-Ghazali tidak membedakan kedua kata tersebut. Kalau perbedaan ini didasarkan pada adanya penekanan masing pendidikan tekanannya pada aspek nilai dari pengajaran pada aspek intelek maka tidak dibedakannya antara pendidikan dan pengajaran, didasarkan pada al-Qur‘an dan sunah Rasul. Keduanya tidak hanya menekankan teori mengesampingkan praktik, atau sebaliknya menekankan praktik mengabaikan teori. Tidak hanya menekankan ilmu mengabaikan amal, atau sebaliknya, menekankan amal mengabaikan ilmu. Keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam al-Qur‘an dikenal dengan istilah iman dan amal shalih (Q.S. al-Baqarah/2: 25, Q.S. an-Nisa/4: 173, dan lain-lain).3

Kitab Ihya Ulum al-Din meskipun dianggap sebagai kitab intisari pemikiran al-Ghazali yang paling lengkap, namun di sana belum dirumuskan mengenai pengertian

3

Ladzi Safroni, al-Ghazali Berbicara tentang Pendidikan Islam, (Malang: Adtya Media Publishing, 2013), hlm. 86-87.

59 pendidikan. Hal ini dapat dipahami karena al-Ghazali belum sampai membahas ilmu pendidikan secara transparan.

Meski demikian, Ladzi Safroni dapat menyimpulkan pandangan al-Ghazali tentang pendidikan yaitu proses memanusiakan manusia sejak kecil sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendidikan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna.4

Menurut Zakiah Darajat bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Pendidikan Islam juga tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh.5

Pendidikan Islam menurut Fatah Syukur merupakan proses bimbingan dari pendidik yang mengarahkan anak didik kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud

4

Safroni, al-Ghazali Berbicara tentang Pendidikan Islam…, hlm. 81.

60

dalam amal perbuatan dan terbentuknya pribadi muslim yang baik.6

Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasar hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menrut ukuran Islam. Kepribadian utama yang dimaksud adalah kepribadian Muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih, menentukan, berbuat, dan bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.

Menurut definisi tersebut, ada tiga unsur yang mendukung tegaknya pendidikan Islam, yaitu:

a. Harus ada bimbingan bagi pengembangan potensi jasmani dan rohani peserta didik secara berimbang. b. Usaha tersebut didasarkan atas ajaran Islam, yang para

ulama sepakat yang menetapkan sumbernya berupa al-Qur‘an, Hadis, Ijma‘, dan Qiyas.

c. Usaha tersebut bertujuan agar peserta didik pada akhirnya memiliki kepribadian utama menurut ukuran Islam (kepribadian muslim).7

6 Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012), hlm. 3.

7

M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal;

Pondok Pesantren di tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

61 Menurut Nashih Ulwan, pendidikan karakter anak, atau disebut juga pendidikan moral anak, adalah serangkaian prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta watak (karakter atau tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia menjadi seorang mukallaf, yakni siap mengarungi lautan kehidupan.8

Bagi Quraish Shihab, pendidikan pada hakikatnya mempunyai jangkauan makna yang sangat luas dalam rangka mencapai kesempurnaannya memerlukan waktu dan tenaga yang tidak kecil. Dengan kata lain, pendidikan tidak terbatas pada sistem formalitas yang berjenjang. Akan tetapi pendidikan adalah bagian dari sebuah kehidupan atau biasa disebut dengan pendidikan seumur hidup tanpa mengawal waktu.9

Sementara Azyumardi Azra mengatakan, pendidikan merupakan suatu pimpinan bagi jasmani dan rohani menuju kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya.10

8

Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, Terj. Jamaludin Miri, Cet. III (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hlm. 193.

9 Quraish Shihab, Lentera al-Qur’an; Kisah dan Hikmah

Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2008), hlm. 221.

10

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi

62

Sedangkan menurut Dr. Muhammad Al-Jamaly, pendidikan Agama Islam adalah upaya pengembangan, mendorong serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan.11

Berdasarkan sejumlah pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam ialah upaya-upaya untuk membentuk insan berkualitas dengan berpedoman pada nilai-nilai al-Qur‘an dan al-Hadist.

2. Dasar Pendidikan Islam

Dasar yaitu landasan atau fondamen tempat berpijak atau tegaknya sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan Islam yaitu fondamen yang menjadi landasan atau asas pendidikan Islam dapat tegak berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa ideologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan datang.12

11 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Tigenda Karya, 1993), hlm.134.

12

Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2012), hlm. 57.

63 Secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu: Qur‘an, Al-Sunnah dan Perundang-Undangan yang berlaku di negara ini.

a. Al-Qur‘an

Menurut Ali al-Shabuni definisi al-Qur‘an yaitu:

kalam Allah yang (memiliki) mukjizat, diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul, dengan melalui perantara Malaikat Jibril, ditulis dalam berbagai mushhaf, dinukilkan kepada kita dengan cara tawatur (mutawatir), yang dianggap ibadah dengan membacanya, dimulai dengan surat Al-Fatihah, dan ditutup dengan surat al-Nas.

Al-Qur‘an ialah wahyu Allah yang diturunkandari sisi Allah kepada rasul-Nya Muhammad Ibn ‗Abd Allah, penutup para nabi, yang dinukilkan daripadanya dengan penukilan yang mutawatir nazham/ lafal maupun

64

maknanya, dan merupakan kitab samawi yang paling akhir penurunannya.13

The Qur’an is unique. It embodies the word of God –unchanged, unabridged and uncompromised. It does not contain any element that is a product of human mind. Its contents and its arrangement are from God. It is the unmixed word of God. It was rerevealed to the Prophet Muhammad (peace be upon him) piecemeal, in the form of brief and not-so-brief orations, over a period of twenty-three years; these revelations were arranged by the prophet in their present order under Divine Guidance. The Qur’an is unique in almost every respect, in its Divine Origin, its styke and methodology, its chronological descent, its textual arrangement, and its approach to the problems of man and society, it constitutes a divinely opened window on reality.14

Al-Qur‘an merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW bagi seluruh umat manusia. Al-Qur‘an merupakan petunjuk yang lengkap (hudan lin-nas) meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang universal. Keuniversalannya ajarannya mencakup ilmu pengetahuan yang tinggi dan

13 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 23

14

Thomas Ballantine Irving, The Qur’an Basic Teachings, (London: The Islamic Foundation, 1979), hlm. 29.

65 sekaligus merupakan mulia yang esensinya tidak dapat dimengerti kecuali bagi orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas. Al-Qur‘an merupakan kitab Allah SWT yang memiliki perbendaharaan luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia.

Ia merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta material (kejasmanian) dan alam semesta. Al-Qur‘an merupakan sumber nilai yang absolut dan utuh. Eksistensi tidak akan pernah mengalami perubahan.

Kemungkinan perubahan hanya sebatas interpretasi manusia terhadap teks ayat yang menghendaki kedinamisan pemaknaannya sesuai dengan konteks zaman, situasi, kondisi dan kemampuan manusia dalam melakukan interpretasi. Ia merupakan pedoman normatif-teoritis bagi pelaksanaan pendidikan Islam yang memerlukan penafsiran lebih lanjut bagi operasional pendidikan Islam lebih lanjut.15

Jalal al-Din al-Sayuthi (W. 911 H./ 1505 M.) seorang ulama terkemuka dalam bidang ulum al-Qur‘an menyatakan bahwa al-Qur‘an merupakan telaga dan sumber segala ilmu. Di dalamnya terkandung ilmu

15

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan

66

tentang segala sesuatu, menjelaskan mana yang merupakan petunjuk dan mana yang bukan. Dari al-Qur‘anlah setiap orang mengembangkan spesialisasinya dan berpegang kepadanya.16

Al-Qur‘an adalah petunjuk-Nya yang apabila dipelajari akan membantu kita menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian pelbagai persoalan kehidupan. Apabila dihayati dan diamalkan akan menjadi buah pikiran, rasa dan karsa kita mengarah kepada realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.17

Al-Qur‘an tidak hanya sebagai petunjuk bagi suatu ummat tertentu dan untuk periode waktu tertentu, melainkan menjadi petunjuk yang universal dan sepanjang waktu. Al-Qur‘an adalah eksis bagi setiap zaman dan tempat. Petunjukknya sangat luas seperti luasnya umat manusia dan meliputi segala aspek kehidupannya.

Bukan saja ilmu-ilmu keIslaman yang digali secara langsung dari al-Qur‘an, seprti ilmu tafsir, fikih,

16 Munzir Hitami, Pengantar Studi al-Qur’an; Teori dan

Pendekatan, (Yogyakarta: LkiS, 2012), hlm. 19.

17

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: PT: Mizan Pustaka, 2004), hlm, 13.

67 dan tauhid, akan tetapi al-Qur‘an juga merupakan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi, karena banyak sekali isyarat-isyarat al-Qur‘an yang membicarakan persoalan-persoalan sains dan teknologi dan bidang keilmuan lainnya.18

b. Hadis

Menurut Abu al-Baqa‘, hadis adalah kata benda (isim) dari kata attahdis yang diartikan alIkhbar/ -pemberitaan, kemudian menjadi termin nama suatu perkataan, perbuatan, dan persetujuan yang disandarkan pada Nabi Muhammad.

Secara terminologi, menurut Mahmud Ath-Thahan (guru besar Hadis di Fakultas Syari‘ah dan Dirasah Islamiyah di Universitas Kwait) mendefinisikan hadis sebagai berikut:

Sesuatu yang datang dari Nabi SAW baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan.19

18 Said Agil Husin Al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani

dalam Sistem Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), hlm. 5.

19

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 2.

68

Hadits merupakan jalan atau cara yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. Contoh yang diberikan beliau dapat dibagi kepada tiga bagian. Pertama, hadits qauliyat yaitu yang berisikan ucapan, pernyataan dan persetujuan Nabi Muhammad SAW. Kedua, hadits fi‘liyat yaitu yang berisi tindakan dan perbuatan yang pernah dilakukan Nabi. Ketiga, hadits taqririyat yaitu yang merupakan persetujuan Nabi atas tindakan dan peristiwa yang terjadi.

Semua contoh yang telah ditunjukkan Nabi merupakan acuan dan sumber yang dapat digunakan umat Islam dalam seluruh aktifitas kehidupannya. Hal ini disebabkan, meskipun secara umum bagian terbesar dari syari‘ah Islam telah terkandung dalam al-Qur‘an, namun muatan hukum yang terkandung belum mengatur berbagai dimensi aktivitas kehidupan ummat secara terperinci dan analitis.

Untuk itu diperlukan keberadaan hadits Nabi sebagai penjelas dan penguat hukum-hukum dalam Al-Qur‘an sekaligus sebagai pedoman bagi kemaslahatan hidup manusia dalam semua aspeknya. Dari sini dapat dilihat bagaimana posisi dan fungsi hadits Nabi sebagai

69 sumber pendidikan Islam yang utama setelah Al-Qur‘an.20

c. Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia 1) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, pasal 29

Ayat 1, berbunyi:

Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa Ayat 2, berbunyi:

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya. Pasal 29, UUD 1945 ini memberikan jaminan kepada warga negara RI untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama yang dipeluknya bahkan mengadakan kegiatan yang dapat menunjang bagi pelaksanaan ibadat. Dengan demikian, pendidikan Islam yang searah dengan bentuk ibadat yang diyakininya diizinkan dan di jamin oleh negara.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

70

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.21

3. Sistem Pendidikan dalam Islam

Sistem pendidikan Islam secara umum mempunyai ciri khusus, yakni warna religius kerangka etik yang nampak jelas dalam tujuan dan sasarannya, tanpa menyampingkan masalah-masalah duniawi.22

4. Materi Pendidikan Islam

Adapun materi pendidikan yang harus disampaikan kepada anak adalah:

a. Keimanan / Akidah

Isi kandungan al-Qur‘an yang utama dan terpenting ialah tentang akidah (teologi), yang juga lazim disebut dengan istilah ushul al-din, ilmu kalam dan terutama tauhid atau lengkapnya tauhidullah

21

Uhbiyati, Dasar-Dasar..., hlm. 57.

22

Safroni, al-Ghazali Berbicara tentang Pendidikan Islam…, hlm. 81.

71 (pemahaesaan Allah). Menurut Muhammad Quthub, topik utama dan paling mendasar dalam al-Qur‘an ialah soal akidah.

Akidah, yang lazim diidentikkan dengan keyakinan, dalam agama Islam –bahkan agama lain yang manapun– menduduki posisi sentral yang sama sekali tidak boleh diabaikan. Ia, akidah, merupakan pondasi yang ditasnya ditegakkan bangunan syariat, dan tidak ada syariat tanpa akidah.23

Langkah awal yang perlu dilakukan orang tua atau pendidik adalah menanamkan tauhid. Rasulullah bersabda:

―ajarkanlah permulaan kalimat (ucapan) pada anak-anakmu dengan Laa Ilaaha Illa Allah, tiada Tuhan selain Allah.‖ (al-Hadist).

Dalam Islam, penanaman akidah atau kalimah Laa

Ilaaha Illa Allah ke dalam lubuk hati anak sangat

penting. Hal itu merupakan fundamen bagi aspek-aspek kehidupan yang lain.24

23

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an..., hlm. 93.

24

Nur Uhbiyati, Long Life Education; pendidikan Anak Sejak dalam

72

Sebab, tauhid25 pulalah yang menjadi inti ajaran agama para nabi dan rasul, sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir, tidak ada lagi nabi atau rasul setelahnyayang menerima inti ajaran baru tauhid.26

Pembinaan akidah keimanan ini dimaksudkan agar anak-anak memiliki keyakinan yang teguh terhadap Allah SWT.27 Akidah atau keimanan perlu ditanamkan benar-benar kedalam lubuk sanubari sehingga mendarah daging bagi anak. Hal ini disebabkan dengan iman atau akidah yang kuat merupakan motivasi kuat buat mereka untuk melakkan amal kebajikan maupun menjauhi perbuatan buruk.28

b. Ibadah

Ibadah merupakan salah satu bentuk manivestasi dari iman. Oleh sebab itu, orang tua semestinya mengajarkan ibadah kepada anak dengan sesungguh hati.

25 Secara bahasa, tauhid artinya ―satu‖, yaitu Tuhan yang satu, tidak ada Tuhan slain-Nya. Tauhid adalah sikap dasar seseorang muslim yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang berhak disembah dan dipatuhi segala perintah dan larangan-Nya. Lihat Muhammad Qosim Kamil,

Halal-Haram dalam Islam, (Depok: Mutiara Allamah Utama, 2014), hlm. 34.

26

Qosim Kamil, Halal-Haram..., hlm. 34.

27

Uhbiyati, Long Life Education…, hlm. 68.

73 Rasul berabda:

―suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat setelah mereka berusia tujuh tahun, dan pukulilah mereka supaya mengerjakan shalat setelah mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkan mereka dari tempat tidurmu.‖ (H.R. al-Hakim dan Abu Dawud dari Abdullah bin Amr).29

c. Akhlak

Pedidikan akhlak adalah pendidikan guna menuntun anak agar mereka kelak memiliki sifat dan kehendak yang dapat mendorong terwujudnya perbuatan baik menurut norma Islam dan perbuatan itu telah menjadi kebiasaannya. Islam menghendaki orang tua agar mendidik anaknya dengan akhlak yang baik.30

5. Fungsi dan Tujuan pendidikan Islam

Peranan pendidikan dalam pengembangan kualitas sumber daya insani secara mikro, sebagai proses belajar mengajar alih pengetahuan (transfer of knowledge), alih metode (transfer of methodology), dan alih nilai (transfer of

value).

Fungsi pendidikan sebagai sarana alih pengetahuan dapat ditinjau dari teori ―human capital‖, bahwa pendidikan

29

Uhbiyati, Long Life Education…, hlm. 70.

74

tidak dipandang sebagai barang konsumsi belaka tetapi juga sebagai sebuah investasi. Dalam kaitan ini proses alih pengetahuan dalam rangka pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk berkembangnya manusia pembangunan. Dengan ilustrasi yang serupa, proses alih pengetahuan ini juga berperan pada proses pembudayaan dan pembinaan iman, takwa, dan akhlak mulia.

Berkaitan dengan proses pembudayaan barangkali pendidikan keimanan dapat mewakili semua maksud tersebut. Inti penting dari keimanan itu adalah tauhid kepada Allah. Tauhid adalah fondasi atau asas bagi semua bangunan Islam, bahkan seharusnya fondasi bagi semua bangunan kemanusiaan yang benar. Tauhid adalah bagian paling inti dari ajaran Islam.

Pendidikan iman ini dapat dirangkaikan bertujuan untuk menanamkan kepada anak dengan dasar-dasar syariat.31

Fungsi pendidikan sebagai sarana alih metode terutama amat berperan pada pengembangan kemampuan penerapan teknologi dan profesionalitas seseorang. penguasaan teknologi dalam sistem pembelajaran informasi merupakan sesuatu yang harus dikuasai oleh pendidikan agama. Menguasai informasi dan teknologi sama artinya

75 dengan menguasai masa depan. Tegasnya teknologi informasi tak dapat dipisahkan dari kehidupan pendidikan agama masa depan.32

Fungsi pendidikan sebagai proses alih nilai, secara makro mempunyai tiga sasaran.

a. Tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang mempunyai keseimbangan antara kemampuan kognitif dan psikomotor disatu pihak serta kemampuan afektif dipihak lain.

b. Dalam sistem ini nilai yang dialihkan juga termasuk nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia yang senantiasa menjaga harmonisasi hubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya.

c. Dalam alih nilai juga dapat ditransformasikan tata nilai yang mendukung proses indrustialisasi dan penerapan teknologi.33

Istilah ―tujuan‖ atau ―sasaran‖ atau ―maksud‖ dalam bahasa Arab dinyatakan dengan ghayat atau ahdaf atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah ―tujuan‖ dinyatakan dengan goal atau purpose atau objective atau

32

Al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani…, hlm. 14.

76

aim. Secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian

yang sama yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang hendak dicapai melalui upaya atau aktifitas.34

Menurut Zakiah Daradjat, tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.35

Tujuan umum pendidikan dan pengajaran dalam Islam ialah menjadikan manusia –seluruh manusia— sebagai abdi atau hamba Allah SWT. Tujuan ini mungkin membuahkan tujuan-tujuan khusus. Mengingat bahwa Islam adalah risalah samawi yang diturunkan kepada seluruh manusia, maka sudah seharusnya bila sasaran tujuan umum pendidikan Islam adalah seluruh manusia pula.36

Tujuan pendidikan Islam ditinjau dari segi historis memiliki dinamika seirama dengan kepentingan dan perkembangan masyarakat di mana pendidikan itu dilaksanakan. Contoh sederhana bahwa tujuan pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW berbeda jauh dengan tujuan pendidikan Islam pada masa modern sekarang ini.

34 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hlm. 65.

35

Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 29.

36

Abdul Fattah Jalal, Azas-Azas Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1988), hlm. 119.

77 Perkembangan inilah yang menyebabkan tujuan pendidikan Islam secara khusus mengalami dinamika seirama dengan perkembangan zaman, namun tanpa melepaskan diri pada nilai-nilai Ilahiah dan tujuan umumnya, yaitu sebagai ibadat. Ibn Khaldun menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam berupaya bagi pembentukan aqidah/keimanan yang mendalam. Menumbuhkan dasar-dasar akhlak karimah melalui jalan agamis yang diturunkan untuk mendidik jiwa manusia serta menegakkan akhlak yang akan membangkitkan kepada perbuatan yang terpuji. Upaya ini sebagai perwujudan penyerahan diri kepada Allah pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.37

Tujuan pendidikan menurut al-Ghazali adalah kesempurnaan manusia di dunia dan di akhirat yang bisa dicapai melalui upaya mncari keutamaan dengan ilmu pengetahuan. Jadi keutamaan kita membahagiakan di dunia disamping membuat juga dekat pada Allah suatu kebahagiaan di akhirat.

Dengan demikian terdapat dua tujuan pendidikan menurut al-Ghazali yang hendak dicapai. Pertama,

Dokumen terkait