• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Pendidikan

11. Aspirasi masyarakat dalam bidang pendidikan juga menjadi salah satu faktor berkembangnya masalah pendidikan.

12. Rendahnya aspirasi masyarakat berpengaruh pada rendahnya partisipasi, sehingga kuantitas peserta didik berkurang. Tingginya partisipasi menyebabkan membengkaknya animo pendaftar calon peserta didik yang tidak ditunjang dengan ketersediaan daya tampung peserta didik.

C.Batasan Masalah

Dari beberapa masalah yang diidentifikasi peneliti, peneliti membatasi masalah penelitian pada bagaimana aspirasi pendidikan pada masyarakat daerah terpencil di Desa Bugelan Kismantoro Wonogiri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta relevansi kebijakan pendidikan dengan isu-isu pendidikan dan aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah yang telah ditetapkan peneliti, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan?

2. Faktor apa yang mendukung aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan?

9

3. Faktor apa yang menghambat aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan?

4. Bagaimana relevansi kebijakan pendidikan dengan isu pendidikan dan aspirasi pendidikan masyarakat di Desa Bugelan?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana aspirasi pendidikan pada masyarakat daerah terpencil di Dusun Setren Bugelan Kismantoro Wonogiri.

2. Untuk mengetahui kebijakan pendidika di Desa Bugelan dan relevansinya dengan masalah pendidikan dan aspirasi masyarakat.

3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi aspirasi pendidikan pada masyarakat daerah terpencil di Dusun Setren Bugelan Kismantoro Wonogiri.

4. Untuk mengetahui kebijakan pendidikan di Desa Bugelan dan relevansinya dengan isu pendidikan dan aspirasi pendidikan masyarakat.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi, universitas, lembaga pendidikan dan stakeholder terkait. Manfaat yang didapat berbagai pihak dari penelitan ini sebagai berikut:

1. Bagi Akademisi:

Dapat menjadi bahan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian yang serupa dan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian lanjutan yang terkait.

10 2. Bagi Universitas:

Dapat menambah khasanah penelitian yang mengkaji tentang aspirasi pendidikan di daerah terpencil, serta mendorong akademisi lain untuk lebih produktif lagi dalam menghasilkan produk penelitian yang berguna bagi masyarakat atau lembaga lain.

3. Bagi Lembaga Pendidikan dan stakeholder:

Menjadi bahan informasi dan dijadikan bahan pertimbangan mengenai aspirasi pendidikan pada masyarakat daerah terpencil sehingga membantu dalam pembuatan kebijakan di bidang pendidikan

4. Bagi peneliti:

Melakukan penelitian yang nantinya bermanfaat bagi peningkatan kualitas pendidikan yang berhubungan dengan masalah aspirasi pendidikan, di daerah asal peneliti. Sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

11 BAB II KAJIAN TEORI A.Aspirasi

1. Pengertian Aspirasi

Hurlock (1999:23) berpendapat aspirasi adalah keinginan akan sesuatu yang lebih tinggi dengan kemajuan sebagai tujuannya, sedangkan Slameto (2003:182) mengemukakan aspirasi sebagai harapan atau keinginan seseorang akan suatu keberhasilan atau prestasi tertentu. Sedangkan Noeng Muhadjir (1984) mengatakan, “Aspirasi adalah dinamika untuk mencapai suatu tujuan dengan kerja keras dan baik”.

Ahmadi (2009:134) menjelaskan aspirasi sama dengan kemauan yaitu dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Dimyati & Mudjiono (1999:97) menyamakan aspirasi dengan cita-cita, yaitu keinginan yang ingin dicapai dan dapat berpengaruh pada kemauan dan semangat belajar. Sedangkan menurut Sri Rumini (1990 : 10) Aspirasi adalah tujuan yang ditentukan seseorang agar mencapai tingkat di atas statusnya yang sekarang dan melebihi egonya. Keberhasilan akan meningkatkan rasa harga diri, sedangkan kegagalan menyebabkan rasa rendah diri.

Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aspirasi adalah kemauan, keinginan, kehendak, atau harapan mengenai suatu tujuan hidup yang ingin diwujudkan, yang berhubungan dengan keberhasilan, prestasi, atau peningkatan kualitas diri.

12 2. Jenis Aspirasi

Hurlock (1999:24) mengemukakan, berdasarkan sifatnya aspirasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Aspirasi Positif, yaitu keinginan meraih kemampuan. Orang yang memiliki aspirasi positif adalah orang yang ingin mendapatkan kemajuan daripada keadaannya sekarang.

b. Aspirasi Negatif, yaitu keinginan mempertahankan apa yang sudah dicapai saat ini, tanpa keinginan untuk meningkatkannya.

Berdasarkan tujuannya, Hurlock (1999:24) membedakan aspirasi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Aspirasi Langsung (Immediate Aspiration), yaitu aspirasi yang tujuan atau cita-citanya ingin dicapai seseorang pada waktu yang dekat atau tidak terlalu lama.

b. Aspirasi Jauh,yaitu aspirasi dengan tujuan yang ingin dicapai dalam jangka panjang.

3. Aspek-aspek Aspirasi

Hurlock (1980:45) mengemukakan mengenai aspek-aspek aspirasi yang berisi tiga hal, yaitu:

a. Cita-cita

Cita-cita adalah apa yang oleh individu dinilai penting dan ingin dicapai. Cita-cita merupakan sesuatu yang ingin dicapai atau diwujudkan dalam waktu yang akan datang, yang merupakan idealisasi dari suatu

13

bentuk kehidupan yang diinginkan, kehendak yang selalu ada di dalam pikiran.

b. Hasrat

Hasrat adalah apa yang diharapkan individu dari apa yang dinilainya penting dan ingin dicapai tersebut. Hasrat merupakan sesuatu yang ingin diperoleh dari apa yang dilakukan, baik untuk waktu dekat maupun untuk jangka panjang. Hasrat lebih berkaitan dengan kemajuan diri dan peningkatan prestasi.

c. Ketetapan Hati

Ketetapan hati adalah seberapa nilai kepentingan bagi individu dari apa yang dinilainya penting dan ingin dicapai tersebut. Ketetapan hati merupakan nilai dari sesuatu yang dinilai penting dan ingin dicapai, sebagai standar pencapaian dari apa yang dilakukan, tingkat kepuasan yang ingin dicapai dari apa yang dilakukan.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa ketiga aspek tersebut merupakan aspek-aspek yang membentuk aspirasi seseorang. Tinggi rendahnya aspirasi seseorang dapat dilihat dari seberapa besar cita-cita, hasrat dan ketetapan hati seseorang. Aspirasi dapat bersifat realistis yaitu apabila ada cukup kesempatan untuk berhasil dalam mencapainya, dan bersifat tidak realistis apabila kesempatan untuk berhasil mencapainya tidak ada kepastian atau dalam keragu-raguan.

14

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aspirasi

Hurlock (1999:25) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aspirasi terdiri dari:

a. Faktor Pribadi 1) Inteligensi

Status pendidikan amat penting dan selalu dipandang dalam suatu kelompok, banyak diantara remaja yang mempunyai aspirasi yang tinggi tetapi tidak realistis. Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan dari kelompok yang tinggi. Namun jika status pendidikan tidak terlalu dipandang, maka dapat dilihat bahwa remaja akan menentukan tingkat aspirasi yang lebih relistik.

2) Minat pribadi

Minat timbul dari dalam diri seseorang tergantung dari beberapa hal seperti jenis kelamin, bakat, lingkungan keluarga, dan lingkungan sepermainan. Semakin tersedianya kebutuhan manusia yang serba cepat dan efisien akan mendorong semakin besar kesempatan untuk memilih sesuatu yang diinginkan sesuai dengan aspirasinya.

3) Pengalaman masa lampau

Perubahan aspirasi pada remaja dipengaruhi oleh frekuensi kesuksesan dan kegagalan masa lalu. Kesuksesan pada bidang tertentu tinggi akan mengubah harapan sukses keharapan umum (bila siswa sukses dalam bidang tertentu, siswa mengharapkan sukses pada bidang

15

lainnya), sehingga bisa dikatakan bahwa keberhasilan akan memperkuat aspirasi dan kegagalan melemahkannya.

4) Pola kepribadian

Dalam hal ini kepribadian seseorang turut mempengaruhi penentuan tujuan cita-citanya. Bila bercita-cita melebihi kemampuannya sebagai bentuk kompensasi, semakin tidak puas dengan dirinya sendiri, maka semakin tinggi dan tidak realistis aspirasinya. Biasanya, emosi yang luar biasa merupakan akhir ketidakpuasan diri. Pribadi yang meyakinkan dan adanya rasa aman akan menentukan tujuan untuk mencapai cita-citanya. Para remaja yang dipengaruhi perasaan secara sewajarnya akan sanggup memelihara keseimbangan yang lebih baik antara harapan dengan kenyataan, dengan demikian ia akan berangan-angan secara lebih realistis. Pola kepribadian akan berpengaruh pada jenis dan kekuatan aspirasi.

5) Nilai pribadi

Nilai ini menentukan apa saja aspirasi yang penting. Pada siswa khususnya sesuatu yang diharapkan oleh keluarga, guru, dan teman-temannya, semakin kuat keinginan untuk diakui oleh kelompoknya maka aspirasinya semakin meningkat.

6) Jenis kelamin

Remaja laki-laki mempunyai perbedaan dengan remaja perempuan dalam hal aspirasi. Remaja perempuan aspirasinya lebih

16

mengarah pada bidang daya tarik pribadi dan penerimaan sosial yang dinilai tinggi di kalangan perempuan. Dalam keluarga dan sekolah, aspirasi remaja laki-laki cenderung pada bidang pekerjaan, akademik dan olahraga. Dapat dikatakan bahwa aspirasi anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan.

7) Kompetisi

Banyak aspirasi yang didasarkan pada keinginan untuk dapat melebihi orang lain. Semenjak masa kanak-kanak, individu sudah berkompetisi dengan anak yang lebih tua maupun dengan teman sebaya. Kebiasaan berkompetisi dengan orang lain ini mempunyai peran yang penting dalam menentukan perkembangan aspirasi.

8) Latar belakang ras, anak-anak dari kelompok minoritas sering bercita-cita tinggi yang tidak realistis sebagai bentuk kompensasi.

b. Faktor Lingkungan 1) Ambisi orang tua

Ambisi yang sering lebih tinggi bagi anak yang lahir pertama daripada bagi anak yang lahir selanjutnya berpengaruh pada pola asuh orang tua. Orang tua sangat berpengaruh dalam menentukan karir anaknya. Keluarga, terutama orang tua berperan besar sebagai sumber rangsangan untuk mempengaruhi perkembangan anak dan membentuk ciri karakterologis dari kepribadiannnya sesuai dengan apa yang diinginkan atau diharapkan. Orang tua secara langsung mengajarkan agar apa yang dilakukan oleh anak harus mencapai hasil

sebaik-17

baiknya, karena dengan hasil yang baik akan membawa keberuntungan bagi aspirasinya.

2) Harapan sosial

Harapan sosial menekankan bahwa mereka yang berhasil di satu bidang juga dapat berhasil di semua bidang jika itu diinginkannya. Harapan seseorang belum tentu akan tercapai meskipun telah berusaha semaksimal mungkin. Dengan keinginan dari sebuah kelompok nantinya harapan tersebut harus tercapai meskipun telah menggunakan banyak cara karena satu sama lain mempunyai keinginan yang sama, sehingga semakin kuat keinginan untuk diakui dalam kelompoknya maka aspirasinya akan semakin kuat.

3) Dorongan keluarga

Individu berasal dari keluarga yang mempunyai keadaan sosial yang stabil cenderung mempunyai tingkat aspirasi yang lebih tinggi daripada individu yang berasal dari keluarga yang tidak stabil. Selain itu individu yang berasal dari keluarga kecil mempunyai orientasi prestasi yang lebih besar daripada dari keluarga besar, sebab orang tua pada keluarga kecil tidak sekedar menuntut anak tetapi juga akan mendorongnya untuk maju.

4) Urutan kelahiran

Suatu kenyataan menunjukkan bahwa anak pertama laki-laki akan ditekankan untuk mencapai aspirasi yang lebih tinggi daripada adiknya. Keadaan ini berlaku terutama pada keluarga yang mempunyai

18

kelas sosial tinggi dan menengah, sedangkan pada kelas sosial rendah anak bungsu justru lebih ditekankan untuk mempunyai aspirasi yang lebih tinggi, baik dari orang tuanya ataupun kakak-kakaknya.

5) Tradisi budaya

Tradisi budaya yang beranggapan bahwa semua orang dapat mencapai apa saja yang diinginkannya jika usahanya cukup keras. Pada masyarakat yang demokratis menganggap semua orang mempunyai kesempatan yang sama. Seorang siswa dalam masyarakat yang demokratis dididik bahwa mereka dapat mencapai hasil yang tinggi dalam masyarakat bila dapat melakukan yang terbaik. Keterbatasan dalam meraih kesempatan juga dapat berasal dari diri siswa. Misalnya kapasitas mental, fisik atau temperamen yang tidak memungkinkan untuk mencapai aspirasinya. Keterbatasan lain adalah karena lingkungan yang tidak memberikan kesempatan mengembangkan pendidikan dan keahlian khusus.

6) Nilai sosial yang bervariasi dengan bidang prestasi, pada siswa khususnya sesuatu yang diharapkan oleh keluarga, guru dan teman-temannya, semakin kuat keinginan untuk diakui oleh kelompoknya maka aspirasinya semakin meningkat.

7) Media massa, mempengaruhi tujuan yang jauh ke depan sehingga siswa beraspirasi tinggi mungkin karena merasa bahwa selalu ada kemungkinan yang akan terjadi dan memberi kesempatan pada mereka untuk mencapai keberhasilan.

19 B.Pendidikan

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Kemudian George F. Kneller dalam bukunya yang berjudul Foundation of Education yang dikutip oleh Dwi Siswoyo (2011: 53) mengungkapkan bahwa pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability) individu. Pendidikan dalam artian ini berlangsung seumur hidup. Dalam arti teknis pendidikan adalah proses dimana masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga pendidikan lain), dengan sengaja mentransformasikan warisan budaya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, dari generasi ke generasi.

Pendidikan selalu berkedudukan diaklektik terhadap masyarakat karena selain menjadi bagian dari masyarakat, pendidikan juga mempengaruhi masyarakat dan hasil dari pengaruh pada masyarakat itu berpengaruh lagi pada pendidikan (Imam Barnadib, 1996: 15).

20

Saat ini Sistem Pendidikan Nasional Indonesia diselenggarakan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tujuan Nasional Pendidikan Indonesia dijelaskan dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 Pasal 3 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dokumen terkait