• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Pendidikan Karakter di SD

Menurut Tim Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa (2011: 37) karakter bersifat memancar dari dalam keluar yang artinya kebiasaan baik tersebut dilakukan bukan atas kesadaran dan kemauan sendiri. Karakter memiliki arti sebagai kebiasaan baik tersebut dilakukan bukan atas kesadaran atau kemauan sendiri. Karakter adalah apa yang dilakukan ketika tak seorangpun melihat atau memperhatikan.

Menurut Zubaedi (2012: 14) pendidikan karakter merupakan usaha secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal ini berarti bahwa untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari aspek isi kurikulum (the content of the curriculum), proses pembelajaran (the procces of instruction), kualitas hubungan (the quality of relationships), penanganan mata pelajaran (the handling of discipline), pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah.

Menurut Raharjo (Zubaedi, 2012: 16) pendidikan karakter suatu bentuk upaya yang mendorong peserta didik tumbuh dan berkembang dengan kompetensi berpikir, berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral dalam kehidupannya, dan

mempunyai keberanian melakukan yang benar, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan. Sementara itu pembentukan lingkungan sangat penting dalam usaha pengembangan karakter, karena pada dasarnya karakter adalah kualitas pribadi seseorang yang terbentuk melalui proses belajar, baik secara formal maupun informal (Tim Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa, 2011: 44). Pembentukan karakter itu sendiri tercermin dari perilaku seorang anak dan tidak pernah lepas dari pengaruh lingkungan. Jadi secara umum pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai kepribadian dalam diri seseorang anak untuk memiliki sifat, watak dan tabiat yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.1.2Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan utama pendidikan karakter dalam sekolah yaitu untuk mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting supaya menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan; mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah; membangun koneksi yang harmoni dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama (Zubaedi, 2012: 16).

Menurut Mulyasa (2012: 9) pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya. Selain itu pendidikan

karakter mampu menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai baik yang dikembangkan sekolah dalam diri peserta didik sebagai usaha membentuk karakter dan akhlak mulia sehingga dapat tertanam pada perilaku sehari-hari.

2.1.1.3Macam-macam Pendidikan Karakter

Pada satuan pendidikan terdapat butir-butir yang menanamkan dan memperkuat pendidikan karakter. Terdapat 25 butir karakter yang tercantum dalam Kemendiknas (2011) sebagai prioritas penanaman yaitu (1) kereligiusan, (2) kejujuran, (3) kecerdasan, (4) tanggung jawab, (5) kebersihan dan kesehatan, (6) kedisiplinan, (7) tolong-menolong, (8) berpikir logis kritis kreatif dan inovatif, (9) kesantunan, (10) ketangguhan, (11) kedemokratisan, (12) kemandirian, (13) keberanian mengambil risiko, (14) berorientasi pada tindakan, (15) berjiwa kepemimpinan, (16) kerja keras, (17) percaya diri, (18) keingintahuan, (19) cinta ilmu, (20) kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, (21) kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, (22) menghargai karya dan prestasi orang lain, (23) kepedulian terhadap lingkungan, (24) nasionalisme, (25) menghargai keberagaman.

Nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan sekolah menurut Narwanti (2011: 84) yang diambil dari butir-butir Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah sebagai berikut.

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Religius.

b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

Jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu.

c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain, santun, demokratis.

d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan Peduli sosial dan lingkungan

e. Nilai kebangsaan

Nasionalis, menghargai keberagaman.

Heritage Foundation dalam Mulyasa (2012: 15-17) merumuskan Sembilan karakter utama yaitu:

a. Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, b. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri,

c. Jujur,

d. Hormat dan santun,

e. Kasih sayang, peduli, dan kerja sama,

f. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, g. Keadian dan kepemimpinan,

h. Baik dan rendah hati, serta

i. Toleransi, cinta damai dan persatuan.

Dalam penelitian akan mengembangkan 3 karakter yaitu disiplin, tanggung jawab, dan kerja sama. Ketiga karakter tersebut merupakan penanaman nilai

karakter di SD yang mengembangkan hubungan dengan diri sendiri dan hubungan dengan sesama. Karakter-karakter tersebut disesuaikan dengan kompetensi dasar yaitu:

1. Disiplin

Kohlberg dalam Unaradjan (2003: 47) mengatakan bahwa disiplin merupakan perilaku yang dilandasi oleh keyakinan bahwa yang dilakukan adalah benar tanpa merasa terpaksa. Senada dengan hal tersebut Arikunto (1990: 14) mengatakan bahwa disiplin yaitu menunjukkan kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib dengan sungguh-sungguh karena didorong oleh kesadaran yang ada pada kata hatinya. Indikator yang dapat menunjukkan seseorang dikatakan disiplin dalam Narwanti (2011: 66) yaitu hadir tepat waktu, mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran, dan mengikuti prosedur kegiatan pembelajaran.

2. Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut Narwanti (2011: 30) diartikan sebagai sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Senada dengan hal itu Muchlas (2012: 51) menyatakan bahwa tanggung jawab yaitu melakukan tugas sepenuh hati, bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik (giving the best,) mampu mengontrol diri dan mengatasi stres, berdisiplin diri, akutabel terhadap pilihan dan keputusan yang diambil.

Indikator yang menunjukkan tanggung jawab diantaranya yaitu selalu melaksanakan tugas sesuai dengan aturan atau kesepakatan, dan bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang dilakukan (Narwanti, 2011: 69). Menurut Kemendiknas di dalam Wibowo (2012: 104) indikator yang menunjukkan tanggung jawab yaitu membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis, melakukan tugas tanpa disuruh, menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat, dan menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.

3. Kerja sama

Menurut Muchlas (2012: 118) kerja sama memiliki makna tindakan dan sikap mau bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dan keuntungan bersama. Senada dengan hal tersebut kerja sama adalah usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan atau beberapa tujuan bersama (Soerjono Soekanto dalam Sudjarwo, 2011: 63). Johnson (2012: 8-10) mengungkapkan adanya beberapa komponen pokok dari kerja sama yaitu:

a. Interdependensi Positif

Setiap anggota kelompok memandang bahwa mereka terhubung antara satu sama lain, sehingga seseorang tidak akan bisa berhasil jika semua orang berhasil. Siswa harus menyadari bahwa usaha dari setiap anggota akan bermanfaat bukan hanya bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi semua anggota kelompok.

b. Interaksi yang mendorong

Siswa saling membantu, mendukung, menyemangati dan menghargai usaha usaha satu sama lain untuk belajar.

c. Kemampuan interpersonal dan kelompok kecil

Siswa dituntut untuk mempelajari pelajaran atau tugas akademik dan juga kemampuan interpersonal dan kelompok kecil yang dibutuhkan agar dapat berfungsi sebagai sebuah tim. Kemampuan yang dimaksudkan seperti kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan, komunikasi dan manajemen konflik harus diajarkan dengan sama bertujuannya dan sama tepatnya dengan kemampuan akademis.

d. Pemrosesan kelompok

Anggota kelompok berdiskusi mengenai seberapa baik mereka telah mencapai tujuan masing-masing dan seberapa baik mereka telah memelihara hubungan yang mereka telah memelihara hubungan yang efektif. Kelompok perlu menggambarkan tindakan anggota manakah yang telah sangat membantu dan tidak membantu dan membuat keputusan tentang sikap mana sajakah yang perlu dilanjutkan atau diubah.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Dokumen terkait