• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kerangka Teori

1. Pendidikan Politik

6

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo. Hal 150

7

Affandi, Idrus dan Anggraeni, Leni. 2011. Pendidikan Politik. Bandung: Lensa Media Pustaka Indonesia. Hal 4

Setiap masyarakat dalam kehidupan sehari-hari pasti selalu bersentuhan dengn aspek-aspek politik, baik itu secara sadar maupun tidak sadar. Oleh sebab itu mereka perlu belajar dan memahami tentang aspek-aspek politik baik melalui pembelajaran yang dialogis maupun interaktif. Adapun yang perlu ditekankan dalam pendidikan politik dengan menanamkan nilai-nilai kearifan (budaya dan etika) politik kepada masyarakat, sehingga mereka mampu melakukan tindakan politik yang tidak merugikan bangsa dan Negara.

Tujuan pemahaman pendidikan politik harus dimulai sejak dini, yaitu sejak generasi penerus bangsa masih duduk di bangku sekolah, seperti di Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini dikarenakan generasi muda merupakan aset partisipasi dalam politik yang masih belum dimaksimalkan. Generasi muda masih belum paham akan sesungguhnya pendidikan politik yang ada. Alhasil, partisipasi terhadap politik masih rendah. Mengapa generasi muda kurang paham atau bahkan tidak menyukai politik. Mereka berpikiran bahwa politik merupakan sesuatu hal yang rumit dan membingungkan.8

Dalam masyarakat bernegara khususnya di Indonesia pendidikan politik baru terasa ketika pasca reformasi 1998, dimana masyarakat mampu berpendapat dan menunjukkan keinginannya tanpa harus takut akan ancaman dari pihak luar karena segala sesuatu perbuatan masyarakat diatur oleh hukum. Melihat pengalaman selama 32 tahun di bawah Orde Baru dapat dikemukakan dua model partisipasi politik yang pernah ada di masyarakat Indonesia dalam kaitannya dengan pendidikan politik. Pertama, partisipasi politik termobilisasi yag dikenal sebagai satu model partisipasi politik yang termobilisasi. Dapat diartikan masyarakat politik indonesia mayoritas semata-mata digerakkan oleh elit yang berkuasa. Kedua, partisipasi otonom dimana kesadaran dalam membangun partisipasi politik yang mandiri semakin menguat dan menunjukkan wujudnya wujudnya pasca gerakan reformasi 1998 kendati belum dapat dikatakan

8

seluruhnya berhasil, sudah mampu menunjukkan trend ke arah pembangunan partisipasi politik masyarakat secara mandiri.9

Al Jam`iyatul Washliyah merupakan organisasi kemasyarakatan dengan amal ittifaknya yaitu pendidikan, dakwah dan amal sosial yang didirikan oleh Pemahaman akan pendidikan politik di masyarakat masih sangat rendah secara keseluruhan. Ini disebabkan karena masyarakat belum paham akan arti atau makna yang sesungguhnya dari pendidikan politik itu sendiri. Oleh karena itu, sosialisasi terhadap pemahaman pendidikan politik di masyarakat menjadi hal yang mutlak harus dilakukan. Pemahaman akan pendidikan politik harus digalangkan mulai dari dini, supaya nanti dimasa yang akan datang tercipta generasi muda yang paham akan politik akan berdampak pada meningkatnya partisipasi politik di kalangan masyarakat. Tujuan dari pemahaman pendidikan politik yaitu untuk memberikan pengetahuan akan pendidikan politik pada masyarakat.

Saat ini organisasi masyarakat telah turut ambil bagian dalam pendidikan politik bagi masyarakat. Organisasi pada hakekatnya dijalankan dari sekumpulan orang yang memiliki dasar ideologi yang sama. Dasar ideologi yang dimaksud adalah pondasi yang dijadikan dasar dari pola pikir anggotanya. Keberadaan organisasi diinginkan untuk membantu setiap anggotanya keluar dari masalahnya. Sehingga adanya organisasi diharapkan untuk mencapai solusi dari visi dan misi organisasi itu.

9

pelajar-pelajar Maktab Islamiah Tapanuli Medan, Sumatera Utara pada tanggal 9 Rajab 1349 H bertepatan tanggal 30 Nopember 1930 dan organisasi tersebut diberi nama ALJAM`IYATUL WASHLIYAH (Al Washliyah) oleh Ulama Besar Shyeh H. Muhammad Yunus.

Al Jam’iyatul Washliyah menonjolkan kata “washola” pada nama organisasinya. Suatu organisasi kemasyarakatan Islam yang memiliki ciri khas yang menonjolkan fungsi sebagai “mediator”. Al Washliyah dalam dakwahnya selalu tampil sebagai juru penghubung, mediator, menjembatani hubungan antara manusia dengan Allah (hamblum minallah) dan hubungan antar manusia dengan manusia (hamblum minannas). Jika ada perselisihan di antara sesama kelompok Islam, maka Al Washliyah ada di tengah-tengahnya. Orang Al Washliyah Suka berkumpul bersilaturrahim antar ulama, pelajar, mahasiswa dan membaur kepada masyarakat umum.

Mengenal Al Washliyah selain dari namanya, juga melalui lagu marsnya, berulang-ulang kata bersatu dan hentikan pertikaian untuk mencapai kemuliaan disebut hampir pada setiap baitnya. Ada satu bait terakhir yang indah liriknya bila dinyanyikan dapat menggugah rasa yaitu; “Bersatulah ya ikhwan, hentikanlah pertikaian, junjung tinggi, amar Tuhan, hiduplah Washliyah zaman ber zaman.”

Melalui lagu marsnya, Al Washliyah menonjolkan ciri khasnya yaitu menyeru kepada saudara-saudaranya manusia sedunia, manusia sebangsa,

terutama antar sesama ikhwan muslim dan sesama anggota Al Washliyah agar selalu bersatu, menghentikan pertikaian, menjunjung tinggi perintah Tuhan.

Sesuai misi utamanya sebagai penghubung, orang Al Washliyah suka bergaul ke mana-mana, selalu berusaha untuk tidak tampil sebagai salah satu pihak yang bertikai atau bersengketa, tapi lebih memilih berperan menjadi penengah. Perselisihan yang terjadi pada antar organisasi Islam maupun perselisihan dalam keluarga dan antardesa. Peran penengah dilakukan oleh orang Al Washliyah baik para ulamanya, muslimatnya, para pelajar, mahasiswa, pemuda, cendikiawan, guru dan juga para anggota.

Kalau ditarik dari sejarah berdirinya Al Washliyah, salah satu pendorong lahirnya Al Washliyah adalah adanya kehawatiran terhadap terjadinya perpecahan di kalangan kaum muslimin mengamalkan ajaran Islam pada waktu itu. Perselisihan itu terjadi antar “kaum tua” yaitu, masyarakat Islam tradisional yang mentolerir tradisi setempat masuk dalam kegiatan seremonial Islam sepanjang diyakini tidak bertentangan dengan ajaran Islam, dengan “kaum Muda” yaitu, ‘masyarakat Islam modern (pembaharu) yang menolak bercampurnya kegiatan Agama Islam dengan budaya, karena khawatir pengamalan ajaran Islam menjadi tidak murni lagi.

Dalam pergerakan politik dan ekonomi, organisasi ini juga melakukannya meskipun bukan organisasi politik dan organisasi bisnis. Usaha atau kegiatan ini diperlukan untuk partisipasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk membela ajaran Islam dan memberi kesejahteraan bagi anggotanya. Al

Washliyah memutuskan untuk mengambil peran politik walaupun Al Washliyah sejatinya adalah organisasi sosial.

Secara umum, latar belakang kelahiran Al Washliyah dapat dilihat dari dua aspek. Pertama, adalah aspek kegelisahan yang mendalam dari aktivis pelajar dengan kondisi perpecahan umat. Perselisihan itu disebabkan perbedaan (ikhtilaf) pendapat mengenai hukum Islam yang menyangkut masalah-masalah cabang (furu’iyah). Perbedaan pendapat dikalangan umat Islam sudah sedemikian luas dab sudah mengarah kepada perpecahan umat dan putusnya silaturahmi.Kedua, adalah aspek ruh perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia dan munculnya jiwa nasionalisme. Jadi, munculnya gerakan untuk mendirikan organisasi Al Washliyah adalah berdasarkan kedua latar belakang tersebut.

Studi latar belakang dari peristiwa sejarah ini menunjukkan ada dua hal pokok yang berkaitan erat dengan peran politik Al Washliyah dalam membina karakter bangsa. Pertama, dalam konteks keagamaan (religiusitas), bahwa Al Washliyah lahir dalam rangka respon kondisi dan tuntutan keumatan yang sangan membutuhkan saat itu. Kedua, dalam konteks bangsa-negara (nation-state), tanpa dapat dibantah bahwa kelahiran Al Washliyah adalah bentuk respon yang revolusioner dalam tuntutan besar dalam konteks pergerakan kemerdekaan Indonesia melalui amal jihad (gerakan) dan ijtihad (pemikiran). Dalam pandangan para tokoh dan warga Al Washliyah sesungguhnya tuntutan keagamaan dan kebangsaan adalah salah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Secara tegas dapat

dinyatakan bahwa kelahiran Al Washliyah merupakan bentuk tanggung jawab atas kesadaran keagamaan dan kesadaran kebangsaan.10

10

Azhari Akmal Tarigan. 2007. Menyegarkan Kembali Pemikiran Al Washliyah. Jakarta: Waspada Memahami pendidikan politik di masyarakat merupakan hal yang sangat menarik untuk diketahui. Karena pendidikan politik itu merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik. Pendidikan politik mengajarkan masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya. Inilah yang membuat penulis tertarik untuk melihat bagaimana peran Al Washliyah dalam melakukan pendidikan politik di Sumatera Utara.

Penulis mengangkat Al Washliyah sebagai objek penelitian juga berdasarkan sebuah asumsi dasar sebagai landasan berpikir, yaitu : Pertama, setiap pendiri Al Washliyah pasti adalah merupakan pejuang dan aktifis organisasi yang membangun Al Washliyah, tapi pejuang dan aktifis organisasi yang membangun Al Washliyah, belum tentu sebagai pendiri Al Washliyah. Kedua, Al Washliyah tidak didirikan oleh seprang tokoh sentral kharismatik seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, melainkan Al Washliyah didirikan oleh sekelompok pemuda pelajar yang berpikiran maju dibawah bimbingan ulama.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang menyatakan pertanyaan– pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicari jalan pemecahannya, atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.11

C. Batasan Masalah

Al Washliyah meupakan organisasi sosial keagamaan, yang banyak tokohnya ikut berperan dalam kegiatan politik di Indonesia. Sehingga sebagai organisasi sosial keagamaan, Al Washliyah memiliki peran pendidikan politik. Kajian ini hendak mengetahui bagaimana hal ini bisa terjadi? Apakah ada kegiatan pendidikan politik di Al Washliyah? Dimana peran pendidikan politikny?

Berangkat dari kebutuhan tersebut, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peran Al Washliyah dalam Pendidikan Politik Sumatera Utara?”

Dalam melakukan penelitian, perlu membuat pembatasan masalah terhadap apa yang diteliti, dengan tujuan untuk memperjelas dan membatasi ruang

11

Husani Usman dan Purnomo.2004. Metodologi Penelitian Sosial, Bandung : Bumi Aksara. Hal 26

lingkup penelitian dan hasil penelitian yang dihasilkan tidak menyimpang dari tujuan awal penulisan yang ingin dicapai. Penelitian ini hanya berfokus pada Al Washliyah wilayah Sumatera Utara, dimana yang menjadi batasan masalahnya adalah bagaimana peran Al Washliyah dalam melakukan pendidikan politik terhadap warga Al Washliyah.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, dan adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah mengetahui peran Al Washliyah dalam memberikan pendidikan politik di Sumatera Utara, khususnya kepada warga Al Washliyah.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi peneliti maupun bagi orang lain, terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Peneliti mampu mengasah kemampuan dalam melakukan sebuah proses penelitian yang bersifat ilmiah dan menambah pengetahuan dan wawasan serta cara befikir penulis tentang pendidikan politik.

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan tentang Peran Al Washliyah dalam Pendidikan Politik di Sumatera Utara.

3. Penelitian ini sekiranya dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pendidikan politik khususnya dalam Ilmu Politik dan menjadi referensi tambahan khususnya bagi mahasiswa/i Departemen Ilmu Politik.

F. Kerangka Teori

Bagian ini merupakan unsur yang paling penting di dalam penelitian, karena pada bagian ini peneliti mencoba menjelaskan fenomena yang sedang diamati dengan menggunakan teori–teori yang relevan dengan penelitiannya. Teori menurut Masri Singarimbun dan Sofian effendi dalam buku Metode Penelitian Sosial mengatakan, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.12

1. Pendidikan Politik

Oleh karena itu, dalam penelitian ini, untuk menggambarkan masalah penelitian yang menjadi objek di dalam penelitian, penulis menggunakan teori, yaitu :

a. Pengertian Pendidikan Politik

Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

12

biasanya berlangsung seumur hidup, berawal saat seorang bayi dilahirkan sampai diujung usia. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi dilahirkan seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan cara memainkan musik dan membacakan dongeng kepada bayi dalam kandungan dengan harapan bisa mengajar bayi sebelum dilahirkan.

Politik dalam bahasa arabnya disebut “Siyasyah” yang kemudian diterjemahkan menjadi siasat, atau dalam bahasa inggrisnya “politics”. Politik dapat berarti cerdik, dan bijaksana atau suatu cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan. Asal mula kata politik iu sendiri dari kata “Polis” yang berarti negara kota. Politik pada dasarnya mempunyai ruang lingkup negara, karena teori politik menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup masyarakat. Selain itu politik juga menyelidiki ide-ide, azas-azas, sejarah pembentukan negara, hakekat negara, serta bentuk dan tujuan negara.

Menurut Arief Rohman, politik pada dasarnya merupakan segala kegiatan dan interaksi antar manusia yang berkenaan dengan proses perubahan dan pelaksanaan keputusan politik yang mengikat semua anggota masyarakat pada suatu wilayah tertentu.13

Menurut Miriam Budiardjo, Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis. Usaha

13

menggapai the good life ini menyangkut bermacam-macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem, serta cara-cara melaksanakan tujuan itu. Masyarakat mengambil keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu dan hal ini menyangkut pilihan antara beberapa alternatif serta urutan prioritas dari tujuan yang telah ditentukan itu.14

seperti sekolah, pemerintah, partai politik, peserta didik dalam rangka pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai, norma dan simbol-simbol politik yang dianggap ideal dan baik.

Politik sangat penting bagi kehudapan masyarakat sebagai bagian dari suatu negara, melalui politik masyarakat dapat turut serta menyalurkan aspirasinya dan secara tidak langsung berperan penting dalam pembangunan bangsa.

Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik antara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma dan simbol-simbol politik negaranya dalam sistem politik. Pendidikan politik dipandang sebagai proses dialog antar pendidik,

15

Pendidikan politik adalah aktifitas yang bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan orientasi-orientasi politik pada individu. Ia meliputi keyakinan konsep yang memiliki muatan politis, meliputi juga loyalitas dan perasaan politik,

14

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal 15

15

serta pengetahuan dan wawasan politik yang menyebabkan seseorang memiliki kesadaran terhadap persoalan politik dan sikap politik.16

Pendidikan politik menurut Rush dan Althoff, adalah sebagai suatu proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali sistem politik yang kemudian menentukan sifat-sifat persepsi-persepsinya mengenai politik serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Proses ini dipengaruhi oleh lingkungan individu berada, baik secara sosial, ekonomi, politik dan budaya pendidikan politik yang diperoleh setiap individu menimbulkan pengalaman-pengalaman politik yang baru sehingga menimbulkan perilaku politik.17

16

Affandi, Idrus dan Anggraeni, Leni. Opcit, Hal 2 17

Affandi, Idrus dan Anggraeni, Leni. Ibid, Hal 7

Pada hakekatnya pendidikan politik dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik pada individu, sehingga mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya. Maka pendidikan politik menjadi sebuah keharusan yang wajib diajarkan disemua elemen kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pendidikan politik disebut pula sebagai political forming atau politische Bildung. Disebut “forming” karena terkandung intensi untuk membentuk insan politik yang menyadari status/kedudukan politiknya di tengah masyarakat. Dan disebut “Bildung” (pembentukan atau pendidikan diri sendiri), karena istilah tersebut menyangkut aktivitas : membentuk diri sendiri, dengan kesadaran penuh dan tanggung jawab sendiri untuk menjadi insan politik.

Pendidikan politik pada hakekatnya merupakan bagian dari pendidikan orang dewasa. Pendidikan macam ini tidak menonjolkan proses kultivasi individu menjadi “intelektual politik” yang bersinggasana dalam menara gading keilmuan, atau menjadi pribadi kritis dan cerdas “yang terisolasi” dari masyarakat lingkungannya. Akan tetapi lebih menekankan relasi individu dengan individu lain, atau individu dengan masyarakat di tengah medan sosial; dalam satu konteks politik, dengan kaitannya pada aspek-aspek sosial-ekonomi-budaya; di tengah situasi-situasi konflik yang ditimbulkan oleh bermacam-macam perbedaan, atau oleh adanya pluriformitas (kemajemukan masyarakat).

Beberapa defenisi mengenai pendidikan politik adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan politik adalah bentuk pendidikan untuk orang dewasa dengan

menyiapkan kader-kader untuk pertarungan politik dan mendapatkan penyelesaian politik, agar menang dalam perjuangan politik.

2. Pendidikan politik adalah upaya edukatif yang intensional, disengaja dan sistematis untuk membentuk individu sadar politik, dan mampu menjadi pelaku politik yang bertanggung jawab secara etis/moral dalam mencapai tujuan-tujuan politik.

3. R. Hayer menyebut :

Pendidikan politik ialah usaha membentuk manusia menjadi partisipan yang bertanggung jawab dalam politik.

Politik dapat diartikan sebagai aktivitas, perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan keputusan yang sah berlaku di tengah masyarakat.

Unsur pendidikan dalam pendidikan politik itu pada hakekatnya merupakan aktivitas pendidikan-diri (mendidik dengan sengaja diri sendiri) yang terus menerus berproses di dalam person, sehingga orang yang bersangkutan lebih mampu memahami dirinya sendiri dan situasi-kondisi lingkungan sekitarnya. Kemudian mampu menilai segala sesuatu secara kritis, untuk selanjutnya menentukan sikap dan cara-cara penanganan permasalahan-permasalahan yang ada di tengah lingkungan hidupnya. Inilah bentuk pendidikan sejati, dalam mana terdapat unsur pengenalan-pemahaman, berfikir secara kritis, menentukan dan merubah sikap, kemudian melakukan perbuatan nyata (merubah, mencipta, memperbaiki, menyempurnakan; aktif berbuat). Melalui pendidikan –dalam hal ini ialah pendidikan politik- orang berusaha melihat permasalahan sosial-politik yang ada di sekitarnya dengan cara lain, kemudian memperbincangkan, ikut memikirkan, dan ikut menangani/memcahkannya dengan cara-cara lain (dengan pemecahan alternatif; tidak “ngotot” bersikeras melekat pada cara berfikir dan cara menyelesaikan yang konservatif), dengan berbuat aktif, dengan arah dan tujuan yang pasti.

Dengan begitu pendidikan politik merupakan proses belajar, bukan hanya untuk menambah informasi dan pengetahuan saja, akan tetapi lebih menekankan kemampuan mawas situasinya secara kritis, menentukan sikap yang benar, dan

melatih ketangkasan aksi/berbuat. Selanjutnya, individu murni dan mutlak bebas itu tidak ada. Keberadaannya selalu terkait dengan individu-individu lain, sebab dia ada di tengah situasi-situasi kebersamaan dengan orang lain di tengah masyarakat. Maka hakekatnya manusia itu adalah : produk-produk dari macam-macam ikatan-ikatan kemasyarakatan (pergaulan hidup bersama-sama sehingga dia tidak pernah bisa bebas mutlak dalam kesendirian absolut). Selalu saja ada interdependensi antara individu dengan individu, dan antara manusia dengan manusia lain. Maka untuk selama-lamanya manusia itu harus terus-menerus belajar hidup rukun bersama dalam satu ikatan kemasyarakatan, dari yang kecil (keluarga, kaum, kelompok) sampai ke ikatan kebangsaan, dan kenegaraan, supaya dia mampu memahami status dirinya selaku warga negara itulah diperlukan pendidikan politik, yang secara intensional mengarah pada peningkatan pemahaman status diri sendiri selaku warga negara yang baik di tengah pergaulan hidup bersama, serta menyadari fungsi politiknya selaku warga negara

b. Inti Pendidikan Politik

Inti pendidikan politik ialah pemahaman politik atau pemahaman aspek-aspek politik dari setiap permasalahan. Dan pemahaman politik berarti pemahan konflik. Banyaknya konflik di masyarakat manusia itu disebabkan oleh adanya kontroversi, perbedaan, aneka ragam fikiran dan tindakan/perilaku manusia dalam masyarakat. Juga disebabkan oleh adanya persamaan keinginan dan tingkah laku, sehingga memunculkan persaingan, kompetisi, konkurensi dan konflik. Oleh

karena itu hidup bermasyarakat itu adalah hidup di tengah banyak dimensi konflik dan ketegangan. Berkaitan dengan pengertian ini, berbuat politik berarti mempengaruhi dan ikut mengambil keputusan di tengah medan politik dan pertarungan konflik-konflik.

Maka pendidikan politik itu merupakan proses mempengaruhi individu agar dia memperoleh informasi lebih lengkap, wawasan lebih jernih, dan keterampilan politik yang lebih tinggi, sehingga dia bisa bersikap kritis dan lebih intensional/terarah hidupnya. Juga diharapkan menjadi warga negara yang lebih cerdas mantap, sebab tidak terapung-apung melayang tanpa bobot pengertian dan kesadaran dan tanpa arah di tengah kancah politik. Selanjutnya dari dirinya diharapkan kesanggupan melakukan : reorientasi terhadap kondisi diri pribadi dan kondisi obyektif lingkungan sekitar, terutama kondisi politik yang mengitari dirinya. Dengan demikian pendidikan politik mendorong orang untuk melihat diri sendiri dan lingkungannya dengan cara lain, lalu berani berbuat lain, menuju pada eskalasi-diri dan peningkatan taraf hidup masyarakat.

Maka dapat di mengerti, bahwa pendidikan politik tidak diharapkan identik dengan propaganda atau indoktrinasi. Sebab oleh propaganda orang menjadi terlena dan semakin dungu. Dan oleh pendidikan indoktrinatif orang akan menjadi kaku, stereotypis, sempit pandangan dan fanatik. Mentalnya menjadi kacau dan kebodoh-bodohan, sebab perilakunya sering bertentangan dengan suara

Dokumen terkait