• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM PERSEROAN TERBATAS

B. Pendirian Perseroan Terbatas

Mengenai pendirian Perseroan Terbatas dapat dilihat kembali ke masa lalu pada saat masih berlakunya peraturan lama mengenai Perseroan Terbatas yaitu KUHD, buku ke Satu Bab III bagian 3, mulai Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 tentang Perseroan Terbatas, seharusnya ada 2 pasal lagi, namun Pasal 57 dan Pasal 58 telah dihapuskan dengan Staatblad 1938 No. 278 berdasarkan undang-undang tersebut mendirikan suatu Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas diperlukan suatu proses atau tahap-tahap yang harus ditempuh.12

Apabila semua tahapan tersebut telah dilalui, artinya telah dipenuhi sesuai dengan ketentuan persyaratan yang berlaku, maka barulah suatu Perusahaan berdiri dan memperoleh status sebagai Badan Hukum yang sah. Bila dianologkan misalnya seperti bayi yang baru lahir, pada tahap awal dia dibuatkan akta kelahiran sebagai bukti tentang keberadaannya. Hal ini penting untuk

.

12

menentukan bahwa di kemudian hari setelah berusia tertentu. Bisa dinyatakan dewasa dalam pengertian hukum dan sebagai subjek hukum. Demikian juga dengan Perseroan Terbatas yang baru didirikan atau baru lahir, maka sebagai

artificial person atau person in law yang merupakan orang dalam pengertian

hukum, diperlukan akta pendirian yang dibuat oleh Notaris.13

Menurut KUHD akta pendirian suatu Perusahaan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

14

1. Dibuat dalam bentuk otentik sesuai dengan Pasal 38 KUHD.

2. Memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman RI menurut Pasal 36 KUHD.

3. Didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri di daerah hukum tempat kedudukan perseroan.

4. Diumumkan dalam berita Negara RI, sesuai dengan Pasal 38 KUHD.

Pasal 7 ayat (6) UUPT Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan dalam hal jangka waktu. sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) telah dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan tersebut.

13

Ibid., h. 148-149.

14

1. Akta Pendirian

Pasal 8 UUPT Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan:

a) Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian perseroan.

b) Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memuat sekurang-kurangnya:

1) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan pendiri perseroan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan Menteri mengenai pengesahaan Badan Hukum dari pendiri perseroan.

2) Nama lengkap tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat.

3) Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

Pada dasarnya Badan Hukum Indonesia yang berbentuk perseroan didirikan oleh warga negara Indonesia, namun demikian kepada warga negara asing diberi kesempatan untuk mendirikan Badan Hukum Indonesia yang berbentuk perseroan tersebut sepanjang Undang-Undang yang mengatur bidang usaha perseroan tersebut memungkinkan, atau pendirian perseroan tersebut diatur dengan Undang-Undang tersendiri.15

15

Ibid., h. 16.

Syarat-syarat mengajukan permohonan pembuatan akta pendirian Perseroan Terbatas adalah:

a) Membuat akta pendirian Perseroan Terbatas di hadapan notaris. b) Membuat atau mengurus NPWP pada kantor pajak setempat.

c) Membayar penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan tambahan berita negara (TBN).

Dalam prakteknya penandatanganan akte pendirian Perseroan Terbatas dilaksanakan terlebih dahulu oleh notaris yang bersangkutan mengecek nama Perseroan Terbatas yang diajukan melalui Sistem Administrasi Badan Hukum atau SISMINBAKUM, setelah dilakukan disetujui korektor barulah akta pendirian Perseroan Terbatas tersebut dapat ditanda tangani oleh para penghadap dan Notaris.

Setelah akta pendirian Perseroan Terbatas selesai dibuat maka selanjutnya adalah mengajukan permohonan ke Menteri Hukum dan HAM untuk memperoleh pengesahan, agar Perseroan Terbatas memperoleh status Badan Hukum. Dalam akta pendirian pada umumnya memuat anggaran dasar, yang mengatur hal-hal antara lain, pertama, nama perusahaan. Kedua, tujuan perusahaan. Ketiga, kegiatan usaha. Keempat, lokasi kantor pusat. Kelima, jumlah Direksi dan Komisaris. dan keenam, struktur permodalan.

Untuk memperoleh pengesahan, para pendiri bersama-sama kuasanya atau Notaris atau orang lain yang ditunjuk berdasarkan surat kuasa khusus mengajukan permohonan tertulis dalam melampirkan akta Pendirian Perseroan. Pengesahan diberikan dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah permohonan di terima terhitung sejak permohonan diajukan dinyatakan telah

memenuhi syarat dan kelengkapan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dalam hal permohonan ditolak, maka penolakan harus diberitahukan kepada pengguna jasa SISMINBAKUM adalah Notaris, Konsultan Hukum, dan pihak lain yang telah memiliki kode password tertentu dan telah memenuhi syarat administrasi yang telah ditetapkan berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum.16

a. Permohonan pengesahan akta pendirian Perseroan Terbatas atau persetujuan akta perubahan anggaran dasar Perseroan diajukan oleh Notaris kepada

Selanjutnya peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.01.HT.01.10 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Pengesahan Akta Pendirian Persetujuan, Penyampaian Laporan, dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas, dengan pertimbangan bahwa untuk memenuhi ketentuan pasal 3 peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.837-KP.04.11 Tahun 2006 Tentang Pendelegasian Wewenang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam memberikan pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia di seluruh Indonesia.

Adapun tata cara permohonan dan pengesahan akta pendirian Perseroan Terbatas berstatus Badan Hukum adalah sebagai berikut:

16

Lihat Pasal 2 Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M-05 HT.01.01 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Badan Hukum di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI melalui Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum .17

b. Permohonan diajukan secara elektronik dengan mengisi format isian akta notaris (FIAN) model I model II, dan dilengkapi dokumen pendukung secara elektronik dengan mengisi formulir isian yang disediakan.18

c. Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pernyataan tidak keberatan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI atau Notaris yang ditunjuk wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan pengesahan akta pendirian atau persetujuan akta perubahan anggaran dasar perseroan beserta dokumen pendukung yang meliputi:

19

1) Salinan akta pendirian Perseroan Terbatas atau salinan akta perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas.

2) Nomor pokok wajib pajak atas nama Perseroan Terbatas.

3) Bukti pembayaran uang muka pengumuman akta pendirian perseroan dalam tambahan berita negara Republik Indonesia dari kantor percetakan negara RI.

4) Bukti pembayaran penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

17

Lihat, Pasal 2 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.01.HT.01.10.TH 2006 tentang Tata Cara Pengajuan, Permohonan, dan Pengesahan Akta Pendirian, Persetujuan, Penyampaian Laporan, dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseoan Terbatas.

18

Lihat, Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.01.HT.01.10. TH 2006 tentang Tata Cara Pengajuan, Permohonan, dan Pengesahan Akta Pendirian, Persetujuan, Penyampaian Laporan, dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseoan Terbatas.

19

Lihat Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.01.HT.01.10.TH 2006 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan, dan Pengesahan Akta Pendirian, Persetujuan, Penyampaian Laporan, dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseoan Terbatas.

5) Bukti setoran modal Perseroan Terbatas dari Bank. Dokumen fisik Nomor Pokok Wajib Pajak atas nama Perseroan Terbatas bukti pembayaran uang muka pengumuman akta pendirian dan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas dalam berita negara RI dari kantor percetakan negara RI tidak berlaku bagi permohonan persetujuan akta perubahan anggaran dasar Perseroan terbatas yang tidak mengubah tempat kedudukan dan tidak meningkatkan modal perseroan.

d. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI setelah jangka waktu 3 (tiga) hari atau paling lama dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah pernyataan tidak keberatan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI menerbitkan surat keputusan tentang pengesahan akta pendirian atau persetujuan akta perubahan anggaran dasar perseroan terbatas.20

e. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI menerbitkan surat keputusan pengesahan akta pendirian atau persetujuan akta perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja, sejak tanggal permohonan diterima.

21

20

Lihat Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.01.HT.01.10.TH 2006 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan, dan Pengesahan Akta Pendirian, Persetujuan, Penyampaian Laporan, dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseoan Terbatas.

21

Lihat Pasal 7 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.01.HT.01.10.TH 2006 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan, dan Pengesahan Akta Pendirian, Persetujuan, Penyampaian Laporan, dan Pemberitahuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseoan Terbatas.

2. Organ-Organ Perseroan Terbatas

Dalam operasionalisasinya, PT sebagai Badan Hukum tentu tidak melakukan perbuatan hukum sendiri, tetapi dalam hal ini perseroan diwakili oleh organ-organ perseroan. Pasal 1 angka (2) Undang-Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT), menyebutkan bahwa organ perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris.

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Dalam Pasal 1 angka (4) UUPT menegaskan bahwa RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini atau anggaran dasar, RUPS diadakan di tempat kedudukan perseroan. Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan bahwa RUPS dapat dilakukan di luar tempat kedudukan perseroan atau kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar tetapi harus terletak di wilayah negara Republik Indonesia.22

Penyelenggaraan RUPS ini juga dapat dilakukan atas permintaan 1 pemegang saham atau lebih yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, atau suatu jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar perseroan yang bersangkutan. Permintaan ini diajukan kepada Direksi atau Komisaris dengan surat disertai alasan.

23 22 Pasal 76 UUPT 23 Pasal 79 UUPT

Apabila Direksi atau Komisaris tidak mau menyelenggarakan RUPS, maka pemegang saham dapat mengajukan permohonan

kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan.

Untuk menyelanggarakan RUPS, Direksi melakukan pemanggilan kepada pemegang saham. Dalam hal-hal tertentu dapat juga dilakukan pemanggilan oleh Komisaris. Pemanggilan RUPS dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pemanggilan RUPS dalam 2 (dua) surat kabar harian. Jangka waktunya 14 (empat belas) hari sebelum pemanggilan RUPS. Dalam hal pemanggilan RUPS, maka perseroan wajib memberikan salinan kepada pemegang saham secara cuma-cuma.

RUPS dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili lebih dari ½ (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, kecuali UUPT atau anggaran dasar menentukan lain.

Keputusan RUPS dapat diambil melalui 2 (dua) cara, yaitu melalui musyawarah mufakat dan melalui pemungutan suara, yaitu berdasarkan suara terbanyak dari jumlah suara yang dikeluarkan.

b. Direksi

Pasal 1 angka 4 menyebutkan bahwa Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Dengan demikian di satu pihak Direksi mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam hal pengurusan perseroan, dan di pihak lain Direksi berwenang mewakili perseroan.

Berdasarkan UUPT Pasal 92 ayat (3), suatu PT diwajibkan mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi apabila perseroan yang di bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, misalnya seperti Bank atau Asuransi, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang seperti obligasi, dan perseroan terbuka.

c. Komisaris

Perkataan Komisaris mengandung pengertian baik sebagai organ maupun sebagai orang perorangan. Sebagai organ, Komisaris lazim disebut sebagai dewan Komisaris, sedangkan sebagai orang perseorangan disebut anggota Komisaris.24

1. Anggota dewan Komisaris diangkat oleh RUPS.

Komisaris merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan.

Pasal 111 Undang-Undang PT mengatur tentang pengisian jabatan Komisaris, yang menyebutkan:

2. Untuk pertama kali pengangkatan anggota dewan Komisaris dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b.

3. Anggota dewan Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali.

4. Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian tersebut.

24

Chatamarrasjid, Menyikapi Tabir Perseroan Terbatas (Piercing The Corporate Veil) Kapita Selekta Hukum Perusahaan, (Bandung: Citra Aditya, 2000), h. 48. Sedangkan

pembahasan tentang komisaris dapat dilihat lebih detail dalam Moenaf H.Tegar, Dewan Komisaris Peranannya Sebagai Organ Perseroan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000).

5. Dalam hal RUPS tidak menentukan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS. 6. Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota

dewan Komisaris, Direksi wajib memberitahukan perubahan tersebut kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut.

7. Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum dilakukan, Menteri menolak setiap pemberitahuan tentang perubahan susunan dewan Komisaris selanjutnya yang disampaikan kepada Menteri oleh Direksi.

Dokumen terkait