mencapai nilai VIU = 1 untuk masing-masing variabel yaitu 6, 6, 6 dan 2 unit. Jumlah kapal yang mencapai nilai VIU 0,5–0,99 untuk masing-masing variabel yaitu 0, 0, 9 dan 21 unit. Jumlah kapal yang mencapai nilai VIU 1,01–1,5 untuk masing-masing variabel yaitu 24, 24, 15 dan 7 unit (Gambar 55).
Gambar 54 Distribusi tingkat pemanfaatan kapasitas (CU) kapal 30 – 45 GT. 0 5 15 <0,5 0,50-0,99 1,00 1,01-1,50 10 20 25 CU 10 15 20 25 0 5 <0,5 0,50-0,99 1,00 1,01-1,50
VIU 1 VIU 2 VIU 3 VIU 4
ambar 55 Distribusi tingkat pemanfaatan kapasitas variable input (VIU) kapal 30 – 45 GT.
Berdasarkan penghitungan pemanfaatan kapasitas penangkapan kapal purse sein
(CU=1). Melalui penghitungan ini, diperoleh bahwa kapasitas penangkapan purse seine adalah 147,9 ton/tahun/unit. Jadi, kapasitas penangkapan kapal purse seine berukuran 30 – 45 GT adalah 13.311 ton/tahun.
4.6 Pendugaaan Potensi Lestari
Produksi tangkapan maksimum lestari (maximum sustainable yield/ SY) mer
mak im batas maksimum pemanfaatan teoritis suatu
sum G
e berukuran 30 – 45 GT, diperoleh 2 kapal yang mencapai nilai optimum
M upakan salah satu titik acuan dalam langkah pengelolaan perikanan. Produksi
s um lestari (MSY) adalah
berdaya perikanan tanpa mengganggu kemampuan sumberdaya perikanan tersebut untuk pulih kembali pada tahun berikutnya. Penghitungan MSY didasarkan pada adanya data tahunan tingkat pemanfaatan dan upaya
uk mendapatkan hasil tangkapan ada tingkat MSY tersebut.
mpu menangkap berbagai jenis ikan pelagis
lestari ikan pelagis dan upaya optimum dilakukan denga
T
penangkapan. Dugaan MSY digunakan untuk menghitung angka upaya optimum (E MSY), yaitu jumlah upaya yang diperlukan unt
p
Alat tangkap purse seine ma
yang hidup berhidup bergerombol. Beberapa jenis ikan hasil tangkapan purse seine yang dominan di Kabupaten Aceh Timur adalah layang, kembung, selar, lemuru dan tongkol (lihat Gambar 16). Jenis-jenis ikan ini juga dominan tertangkap oleh pukat pantai, jaring insang hanyut, jaring insang tetap, pancing tonda dan pancing ulur (lihat Gambar 18). Untuk menentukan potensi sumberdaya ikan tersebut, maka perlu dilakukan standarisasi dengan menentukan masing-masing nilai fishing power indeks dari alat tangkap sehingga diperoleh catch gabungan, effort standar dan CPUE standar.
Penghitungan produksi
n menggunakan data runtun produksi ikan pelagis selama enam tahun (2002 – 2007). Menurut data dan hasil perhitungan diketahui bahwa alat tangkap purse seine mampu menangkap ikan pelagis 18 - 50 kali lebih banyak daripada alat tangkap yang lain (lihat Lampiran 3). Dengan demikian alat tangkap purse seine dijadikan sebagai alat tangkap standar untuk menangkap jenis ikan pelagis. Melalui data tersebut, maka dapat diketahui total hasil tangkapan (catch), total upaya (effort) dan hasil tangkapan per unit upaya (CPUE) (lihat Tabel 3).
Tabel 3 Produksi, upaya tangkap dan CPUE sumberdaya ikan pelagis di
Kabupaten Aceh Timur
ahun Catch total (ton) Effort standard (trip) CPUE stantard 2002 10.723 21.024 0,510 2003 12.663 18.467 0,686 2004 11.556 19.920 0,580 2005 8.404 6.605 1,272 2006 14.457 17.746 0,815 2007 15.137 21.275 0,711 Total 72.940 105.037 4,574 Rerata 12.157 17.506 0,762
iode Secara visual, trend produksi (catch) dan upaya (effort) selama per 2002 – 2007, sumberdaya ikan pelagis disajikan pada Gambar 56.
Pemanfaatan Sumbe kan Pelagis
0 00 rdaya I 5.0 10.000 15.000 20.000 25.000 0,000 0,250 0,500 0,750 1,000 1,250 1,500 2002 2003 2004 2005 2006 2007 C total E std CPUE
Gambar 56 Trend produksi, upaya dan hasil tangkapan per unit upaya (CPUE) ikan pelagis di Kabupaten Aceh Timur.
Berdasarkan data pada Tabel 3 bahwa perkembangan produksi ikan pelagis cenderung meningkat dengan upaya yang berfluktuasi. Produksi tertinggi sebesar 15.137 ton diperoleh pada tingkat upaya sebesar 21.275 trip (upaya setara purse seine) pada tahun 2007. Produksi terendah sebesar 8.404 ton diperoleh pada tingkat upaya sebesar 6.605 trip (upaya setara purse seine) pada tahun 2005. Rendahnya produksi ikan pelagis pada tahun 2005 disebabkan oleh musibah nami) yang menimpa Provinsi NAD di akhir tahun 2004, sehingga umu nya
(tsu m
nelayan tidak melaut tidak melaut dalam beberapa bulan di awal tahun 2005.
y = -5E-05x + 1,5832 R2 = 0,9097 0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 Effort (trip) C P U E (ton /tr ip ) 1,400
Gambar 57 Hubungan antara CPUE dengan upaya penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Aceh Timur.
Melalui perhitungan regresi, hubungan antara upaya penangkapan standar dan hasil tangkapan per unit upaya diperoleh nilai parameter regresi yaitu intercept (a) = 1,5836 dan slope (b) = -0,000047, sehingga membentuk persamaan : CPUE = 1,5836 – 0,000047 E. Hal ini menggambarkan bahwa CPUE cenderung menurun jika terjadi peningkatan upaya (trip) penangkapan ikan pelagis (lihat Gambar 57).
Berdasarkan perhitungan didapat bahwa model yang paling tepat untuk menggambarkan keadaan sebenarnya dari alat tangkap standar adalah model ilibrium Schaefer dengan kriteria yang terbaik dibandingkan dengan
model-model surplus produksi ikan pelagis.
Kesesuaian tanda
K asi 0,9096 0,053 0,5206 0,955
N v
gai berikut : C = 1,5836E – 0,000047E . Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap dilakukan upaya penangkapan sebesar E
penangkapan optim ada ar 16 pe
lestari 13.338 ton per tahun. Gamb ut
aan setelah dihitung
pada La . Equ
model penduga lainnya. Tabel 4 menunjukkan hasil perhitungan 4 model penduga
Tabel 4 Hasil perhitungan 4 model penduga model surplus produksi ikan pelagis Equilibrium
Schaefer Schnute Walter Hilborn – Disequilibrium Schaefer
Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
oef. determin
ilai alidasi 0,0114 -0,42331 0,06435 -1,0555
Dengan menggunakan perhitungan regresi linier sederhana diperoleh nilai intercept (a) sebesar 1,5836 dan nilai slope (b) sebesar -0,000047. Persamaan
modelnya dapat diformulasikan seba 2
satuan, maka akan diperoleh hasil tangkapan ikan layang sebesar C ton. Upaya um (E MSY)
maksimum
lah sebes .846 trip r tahun dengan ar 58 berik jumlah hasil produksi
adalah hasil simulasi model persam produksi ikan pelagis secara lengkap mpiran 4
MSY Ikan Pelagis
8000 12000 16000 0 4000 20000 25000 30000 35000 40000 0 5000 10000 15000 C dugaan C aktual 06 07 05 02 03 04 C MSY = 13.338 ton/thn E MSY = 16.846 trip
Gambar 58 Hubungan produksi dengan upaya tangkap ikan pelagis di Kabupaten Aceh Timur.
5 PEMBAHASAN
Hasil penghitungan pemanfaatan kapasitas penangkapan dengan enggunakan single output (total tangkapan) berdasarkan bulan ( Agustus 2007 – uli 2008) menunjukkan bahw a pal purse seine saja yang mencapai optimum (CU = 1) pada setiap bulannya. Jadi, dari 30 unit kapal purse seine yang digunakan sebagai sampel, ada
tidak
(trip) = 1 (optimum) umumnya setara dengan 4 trip setiap
palkah 6 – 10 m3. Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka kapal-kapal purse
m
J a h nya ada 1 – 2 unit ka
28 – 29 (93% - 97%) unit kapal yang optimum dalam pemanfaatan kapasitas penangkapannya. Nilai pemanfaatan kapasitas penangkapan yang masih jauh dari optimum (CU < 0,5) rata-rata mencapai 70 % (21 unit).
Besarnya persentasi unit kapal purse seine yang pemanfaatan kapasitas penangkapannya tidak optimum erat kaitannya dengan tingkat pemanfaatan variabel input (trip). Hasil penghitungan menunjukkan bahwa nilai VIU 4 (trip) < 1, rata-rata diperoleh 70 % (21 unit kapal) setiap bulannya. Kapal purse seine yang mencapai nilai VIU 4
bulannya. Kapal-kapal purse seine yang beroperasi < 4 trip perbulan berarti tidak optimum memanfaatkan variabel input ini. Hal ini disebabkan oleh nelayan menambah jumlah hari per trip per bulan atau mereka tidak saja menangkap ikan di Perairan Aceh Timur, tetapi juga di Perairan Aceh Utara pada setiap bulan yang sama.
Tingkat pemanfaatan kapasitas variabel input (lampu dan palkah) pada umumnya hampir merata pada semua unit kapal purse seine Aceh Timur di setiap bulannya yaitu di atas pemanfaatan optimum (VIU>1). Kapal-kapal purse seine Aceh Timur umumnya menggunakan kekuatan lampu 10.000 – 16.000 watt dan volume
seine yang menggunakan kekuatan lampu 16.000 watt dan volume palkah 10 ton agar menguranginya, sehingga tingkat pemanfaatan kapasitas penangkapan menjadi lebih optimal (12.000 watt dan 7 m3). Tingkat pemanfaatan kapasitas variabel input (ABK) pada umumnya juga merata pada semua unit kapal purse seine Aceh Timur di setiap bulannya yaitu di bawah pemanfaatan optimum (VIU<1). Kapal-kapal purse seine Aceh Timur umumnya menggunakan ABK berjumlah 16 – 20 orang. Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka kapal-kapal
s di Perai
ang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak optim
maka ju
purse seine yang menggunakan 16 orang ABK dapat menambahnya, sehingga tingkat pemanfaatan kapasitas penangkapan menjadi lebih optimal (18 ABK).
Berdasarkan penghitungan pemanfaatan kapasitas penangkapan berdasarkan bulan diperoleh bahwa kapasitas penangkapan purse seine di Aceh Timur adalah 196 ton/unit/tahun atau 44.296 ton/tahun. Mengacu pada hasil penghitungan potensi maksimum lestari ikan pelagis di Perairan Aceh Timur yaitu 13.338 ton pertahun, maka jumlah kapal yang optimum untuk menangkap ikan pelagi
ran Aceh Timur adalah 56 unit purse seine. Berdasarkan hasil estimasi Direktorat Jendral Perikanan Tangkap DKP (2005) bahwa potensi lestari ikan pelagis di Perairan Selat Malaka sebesar 175.000 ton (di Perairan Aceh Timur diperkirakan sebesar 16.905 ton pertahun), maka jumlah kapal yang optimum untuk menangkap ikan pelagis di Perairan Aceh Timur adalah 72 unit purse seine.
Hasil penghitungan pemanfaatan kapasitas penangkapan dengan menggunakan single output (total tangkapan) berdasarkan daerah penangkapan menunjukkan bahwa hanya ada 1 unit kapal purse seine saja yang mencapai optimum (CU = 1) pada tiap daerah penangkapan. Jadi, dari 30 unit kapal purse seine y
um dalam pemanfaatan kapasitas penangkapannya. Nilai pemanfaatan kapasitas penangkapan yang masih jauh dari optimum (CU < 0,5) rata-rata mencapai 53% (16 unit) di daerah penangkapan I dan 70 % (21 unit) di daerah penangkapan II. Demikian juga dengan tingkat pemanfaatan variabel input (terutama trip), dimana nilai VIU = 1 dicapai oleh 1 unit kapal di daerah penangkapan I dan 2 unit kapal di daerah penangkapan II. Sementara kapal-kapal lainnya, tingkat pemanfaatan variabel input (trip) masih belum optimum (VIU<1).
Berdasarkan penghitungan pemanfaatan kapasitas penangkapan di daerah penangkapan I (Perairan Perlak) dan daerah penangkapan II (Perairan Jambo aye) diperoleh bahwa kapasitas penangkapan purse seine di Aceh Timur adalah 189,9 ton/unit/tahun atau 42.917,4 ton/tahun. Mengacu pada hasil penghitungan potensi maksimum lestari ikan pelagis di Perairan Aceh Timur yaitu 13.338 ton pertahun, mlah kapal yang optimum untuk menangkap ikan pelagis di Perairan Aceh Timur adalah 57 unit purse seine. Berdasarkan hasil estimasi Direktorat Jendral
15 – 29 GT yang menc
riabel input (ABK, lampu dan palkah) melebihi nilai
tensi lestari sumberdaya ikan pelagis di Perai
Perikanan Tangkap DKP (2005) bahwa potensi lestari ikan pelagis di Perairan Selat Malaka sebesar 175.000 ton (di Perairan Aceh Timur diperkirakan sebesar 16.905 ton pertahun), maka jumlah kapal yang optimum untuk menangkap ikan pelagis di Perairan Aceh Timur adalah 75 unit purse seine.
Berdasarkan ukuran kapal (GT), perbandingan relatif tingkat pemanfaatan kapasitas penangkapan purse seine di Aceh Timur dengan menggunakan single output, menunjukkan bahwa nilai rata-rata pemanfaatan kapasitas penangkapan (CU) dari setiap kisaran ukuran kapal adalah tidak optimum. Berdasarkan hasil penghitungan, kapal purse seine dengan kisaran ukuran
apai nilai pemanfaatan kapasitas penangkapan yang optimum (CU=1) lebih sedikit (1 unit) dibandingkan dengan kapal purse seine ukuran 30 – 45 GT (2 unit). Demikian juga dengan nilai rata-rata pemanfaatan kapasitas penangkapan (CU), kapal purse seine ukuran 30 – 45 GT (0,67) lebih baik daripada kapal purse seine ukuran 15 – 29 GT (0,44).
Pada kapal purse seine berukuran 15 – 29 GT, rata-rata tingkat pemanfaatan kapasitas variabel input (ABK) melebihi nilai optimum, (lampu) mencapai nilai optimum, sedangkan (palkah dan trip) berada pada tingkat dibawah nilai optimum. Namun demikian, kapal purse seine berukuran 30 – 45 GT, rata-rata tingkat pemanfaatan kapasitas va
optimum, sedangkan (trip) berada pada tingkat dibawah nilai optimum. Jadi, kapal-kapal purse seine berukuran 15 – 29 GT lebih optimal dalam pemanfaatan variabel input (ABK, lampu dan palkah).
Berdasarkan penghitungan pemanfaatan kapasitas penangkapan diperoleh bahwa kapasitas penangkapan kapal purse seine berukuran 15 – 29 GT adalah 24.616 ton/tahun, sedangkan kapasitas penangkapan kapal purse seine berukuran 30 – 45 GT adalah 13.311 ton/tahun. Kapasitas penangkapan kapal purse seine berukuran 15 – 29 GT sudah melebihi po
ran Aceh Timur, sehingga jumlah kapal ini seharusnya dikurangi hingga mencapai batas optimum. Kapasitas penangkapan kapal purse seine berukuran 30 – 45 GT lebih kecil daripada kapal purse seine berukuran 15 – 29 GT. Dengan input yang lebih besar, kapal purse seine berukuran 30 – 45 GT semestinya
ngkap DKP
ihat bahwa upaya penangkapan ikan
ceh Darussalam, termasuk Kabu
ikan di daerah penangkapan yang lebih
diarahkan untuk menangkap ikan di perairan laut dalam (samudera), sehingga diharapkan pemanfaatan kapasitas penangkapannya menjadi lebih optimal.
Mengacu pada hasil penghitungan potensi maksimum lestari ikan pelagis di Perairan Aceh Timur yaitu 13.338 ton pertahun, maka jumlah kapal (15-29 GT) yang optimum untuk menangkap ikan pelagis di Perairan Aceh Timur adalah 61 unit purse seine. Berdasarkan hasil estimasi Direktorat Jendral Perikanan Ta
(2005) bahwa potensi lestari ikan pelagis di Perairan Selat Malaka sebesar 175.000 ton (di Perairan Aceh Timur diperkirakan sebesar 16.905 ton pertahun), maka jumlah kapal (15-29 GT) yang optimum untuk menangkap ikan pelagis di Perairan Aceh Timur adalah 78 unit purse seine.
Hasil penghitungan estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis di Kabupaten Aceh Timur menunjukkan bahwa upaya penangkapan optimum adalah sebesar 16.846 trip per tahun dengan jumlah hasil produksi maksimum lestari 13.338 ton per tahun. Pada table 3 dan gambar 58 dapat dil
pelagis di perairan Aceh Timur pada tahun 2002 sampai 2007 telah melebihi upaya penangkapan optimumnya. Sementara itu, jumlah produksi ikan pelagis pada tahun 2002 hingga 2004 berada di bawah jumlah hasil produksi maksimum lestari. Hal ini menggambarkan bahwa sejak tahun 2002, daya dukung lingkungan tidak mampu menopang pemulihan stok sumberdaya ikan pelagis di perairan Aceh Timur akibat upaya penangkapan yang berlebih.
Pada tahun 2005, upaya penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Aceh Timur turun hingga berada dibawah upaya penangkapan optimumnya. Demikian juga dengan jumlah produksinya yang sangat rendah. Kondisi ini disebabkan oleh bencana tsunami yang menimpa Provinsi Nanggroe A
paten Aceh Timur, sehingga beberapa bulan di awal tahun 2005 kapal-kapal purse seine tidak beroperasi menangkap ikan.
Pada tahun 2006 dan 2007, jumlah produksi ikan pelagis di kedua tahun ini meningkat hingga melebihi jumlah hasil produksi maksimum lestarinya. Ternyata, pola aktifitas nelayan untuk menangkap ikan dengan alat tangkap purse seine mengalami perubahan, yaitu menangkap
jauh dan menambah upaya penangkapan (mengoperasikan purse seine pada malam dan siang hari). Biasanya nelayan purse seine hanya menangkap
era). Jenis
gerombolan ikan yang ada di rumpon pada malam hari, namun sekarang ini, pada siang hari mereka juga berupaya mencari gerombolan ikan untuk ditangkap. Daerah penangkapan (rumpon yang dipasang) semakin jauh dari pantai, sehingga memungkinkan nelayan mencari gerombolan ikan di laut (dalam) pada siang hari. Menurut nelayan purse seine Aceh timur, biasanya pada siang hari mereka mencari kayu/sampah yang hanyut di sekitar rumpon yang mereka pasang (mencapai radius 40 mil ke arah samudera). Jumlah hasil tangkapan yang diperoleh saat menangkap ikan yang terdapat pada kayu/sampah mencapai 5 – 10 ton dan biasanya di dominasi oleh ikan layang. Hal inilah yang menyebabkan jumlah produksi ikan layang pada tahun 2006 dan 2007 menjadi meningkat.
Uraian di atas menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan ikan pelagis di perairan Aceh Timur telah mengalami pemanfaatan yang berlebih. Hal ini juga mendorong nelayan purse seine untuk menangkap ikan di Perairan Aceh Utara hingga Perairan Banda Aceh dan mengarah ke perairan laut dalam (samud
ikan yang menjadi sasaran utama penangkapan juga mengalami pergeseran, yaitu tidak hanya terhadap jenis ikan pelagis kecil, tetapi juga jenis ikan pelagis besar seperti; tuna dan cakalang. Kondisi ini didukung oleh data yang ditampilkan pada gambar 16 (halaman 30), bahwa produksi ikan cakalang dan tuna pada tahun 2002 masing-masing berjumlah 37,4 ton dan 0. Pada tahun 2006, produksi kedua jenis ikan tersebut meningkat dengan jumlah masing-masing 250,8 ton dan 157,1 ton.