• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegakan Hukum terhadap pemegang izin Lingkungan dan izin PPLH

Dalam dokumen BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 36-40)

B. Pengawasan dan Penegakan Hukum terhadap pemenuhan kewajiban pemegang izin lingkungan dan izin PPLH oleh Badan Lingkungan Hidup

2. Penegakan Hukum terhadap pemegang izin Lingkungan dan izin PPLH

Penegakan hukum disebut dalam bahasa Inggris law enforcement. Istilah penegakan hukum dalam Bahasa Indonesia membawa kita kepada pemikiran bahwa penegakan hukum selalu dengan paksaan (force) sehingga ada yang berpendapat bahwa penegakan hukum hanya bersangkutan dengan hukum pidana saja (Andi Hamzah, 2005:48). Penegakan hukum memiliki arti yang sangat luas meliputi segi preventif dan represif, cocok dengan kondisi Indonesia yang unsur pemerintahnya turut aktif dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan (sebagaisocial engginerring), memelihara dan mempertahankan sebagao socialcontrol kedamaian pergaulan hidup (Soerjono Soekanto,1983:3). Penegakan hukum secara konkret adalah berlakunya hukum positif dalam praktik sebagaimana seharusnya patut ditaati. Oleh karena itu, memberikan keadilan dalam suatu perkara berarti memutuskan perkara dengan menetapkan hukum

dan menemukan hukum in concreto dalam mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materiil dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkanoleh hukum formal pemerintahnya turut aktif dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.

Penegakan Hukum yang dilakukan oleh Badan Lingkungan hidup Kota Surakarta terhadap pemegang izin lingkungan dan izin PPLH menurut hasil wawancara pada Bp Vitriaman selaku Kabid kepautuhan hukum adalah sebagai berikut

a. Penegakan Hukum yang didasarkan pada hasil pengawasan yang dilakukan oleh bidang pengendalian terhadap ketaatan pelaku usaha atas pemenuhan standar norma/kewajiban yang tersurat dalam izin lingkungan dan izin PPLH dalam laporan yang diserahkan ke Badan Lingkungan Hidup atau hasil spot chek. Dari hasil pengawasan dan berita acara pengawasan dapat dilihat tingkat kepatuhan dari pemegang izin atas kewajiban yang dilanggar atau belum dipenuhi termasuk belum memenuhi standar norma yang diwajibkan misalnya pemenuhan baku mutu limbah cair, baku mutu emisi. Selanjutnya temuan dari hasil ini dipakai sebagai pertimbangan dalam penjatuhan saknsi sesuai ketentuan perundang-undangan. Penjatuhan sanksi yang dijatuhkan Badan Lingkungan Hidup terhadap pemegang izin yang belum taat diberi sanksi administrasi berupa peringatan untuk segera memperbaiki dan memenuhi kualitas limbah sesuai dengan baku mutu yang ditentukan, selanjutnya juga dilakukan pembinaan agar pemegang izin mampu untuk memenuhi standar norma yang berlaku.

Memperhatikan tindaklanjut pengawasan yang diikuti dengan penjatuhansanksi maka jika dilihat kewenangan pejabat yang menjatuhkan sanksi, sesuai yang diatur dalam ketentuan Pasal UUPPLH , bahwa pejabat yang diberi wewenang mengawasi adalah Menteri Lingkungan Hidup, Gubernur atau Bupati/ Walikota, dan Pejabat ini dapat mendelegasikan kewenangannya pada Pejabat/ Instasi teknis , maka dalam

praktek untuk kota Surakarta didelegasikan pada Kepala Badan Lingkungan Hidup, dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD ), sedangkan kewenangan untuk menjatuhkan sanksi diberikan juga kepada Pejabat yang berwenang mengawasi ketaatan Penanggung jawab usaha. Sanksi yang dijatuhkan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta terhadap ketidaktaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tersebut adalah jenis sanksi administrasi sebagaimana tertuang pada Pasal 76 UUPPLH jo Pasal 71 PP No 27 tentang Izin Lingkungan yang meliputi Teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan atau pencabutan izin lingkungan. Dalam hal memberikan teguran tertulis sebagai langkah awal penjatuhan sanksi, Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta memberikan teguran tertulis sebanyak tiga kali, namun apabila tidak ada itikad baik dari penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas teguran tersebut, barulah dilakukan penyidikan lebih lanjut, yang mungkin dapat dijatuhkannya pecabutan izin ataupun melakukan penegakan hukum secara perdata dan pidana jika ditemukan indikasi lain oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Badan Lingkungan Hidup Surakarta.

b. Penegakan Hukun terhadap aduan masyarakat atau sengketa antara masyarakat dengan pemilik usaha atas dugaan adanya pencemaran dan atau perusakan lingkungan yang dilakukan oleh pelaku usaha dan/atau kegiatan. Langkah yang diambil oleh Badan Lingkungan Hidup Surakarta yang merespon pengaduan ini dilakukan dengan cara :

1) Melakukan tinjauan lapangan untuk melihat dan memastikan kebenaran laporan atau aduan masyarakat jika diperlukan dengan pengambilan sampel limbah atau meminta dokumen pemantauan lingkungan yang dimiliki oleh perusahaan

2) Memfasilitasi pertemuan antara pengadu (masyarakat)

dengan pelaku usaha yang diduga mencemari lingkungan untuk dilakukan mediasi guna mencari penyelesaian sengketa antaa para pihak, apabila penyelesaian secara mediasi oleh BLH tidak membawa hasil atau ditolak maka para pihak dipersilahkan untuk menyelesaikan sengketa mealalui jalur pengadilan, jika dalam sengketa tersebut terdapat indikasi tindak pidana lingkngan maka Badan Lingkungan Hidup melalui penyidik PPLH bekerja sama dengan penyidik kepolisian untuk menindaklanjuti pada penyelesain secara pidana, meskipun sampai saat ini belum ada yang dituntut secara pidana atas dugaan tindak pidana lingkungan.

Memperhatikan penyelesaian aduan masyarakat atas dugaan pencemaran yang dilakukan oleh pelaku usaha secara mediasi ini jika dilihat dari ketentuan Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sesuai dengan pasal Pasal 84 UUPPLH yang menyatakan:

(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan.

(2) Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan secara suka rela oleh para pihak yang bersengketa.

(3) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa.

Mengkaji sistem pengawasan dan penegakan hukum apabila dilihat dari teori bekerjanya hukum menurut Lawrence M.

Friedman mengemukakan bahwa efektif dan berhasil tidaknya penegakan hukum tergantung tiga unsur sistem hukum, yakni struktur hukum (struktur of law), substansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal culture). Struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum, substansi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup (living law) yang dianut dalam suatu masyarakat. Ketiga faktor tersebut dilihat dari implementasinya sebagai berikut :

a. Substansi hukum telah tersedia Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dan peraturan pelaksanaanya seperti Peraturan Pemerintah No 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Perda PPLH surakarta

b. Dari struktur hukumnya telah ada organisasi yang diberi kewenangan dalam pengawasan dan penegakan hukum yaitu Badan Lingkungan Hidup Surakarta dan dilaksanakan oleh bidang Pengendalian Pencemran Lingkungan Hidup yang terdiri dari sub bidang pengendalian pencemaran lingkungan hidup dan sub bidang dokumen lingkungan hidup dan Bidang Kepatuhan Hukum dan Pengembangan Kapasitas yang terdiri dari sub bidang kepatuhan hukum dan sub bidang pengembanagan kapasitas.

c. Dari budaya hukum menunjukkan masih lemahnya kesadaran pelaku usaha untuk memenuhi standar norma yang ada di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup atau kurangnya kepatuhan pelaku usaha untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan izin lingkungan maupun izin PPLH seperti kewajiban untuk memantau kualitas limbahnya melalui pemeriksaan laboratorium maupun kepatuhan untuk menyampaikan laporan secara berkala kepada Badan Lingkungan Hidup Surakarta atas pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Budaya hukum birokrasi dalam pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum ini aparat birokrasi cenderung pasif dan kurang tegas dalam penjatuhan sanksi atas pelanggaran atau ketidakpatuhan pelaku usaha terhadap kewajiban sesuai dengan izin lingkungan dan izin PPLH.

Dalam dokumen BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 36-40)

Dokumen terkait