B. Asfiksia 1. Definisi 1.Definisi
5. Penegakkan Diagnosis a.Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum.
b. Pemeriksaan fisis
 Bayi tidak bernafas atau menangis
 Denyut jantung kurang dari 100x/menit Tonus otot menurun  Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium,
atau sisa mekonium pada tubuh bayi  BBLR
c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat:
 PaO2 < 50 mm H2O  PaCO2 > 55 mm H2  pH < 7,30
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi, berupa:
 Darah perifer lengkap
 Analisis gas darah sesudah lahir  Gula darah sewaktu
 Elektrolit darah (Kalsium, Natrium, Kalium)  Ureum kreatinin
18
 Laktat
 Pemeriksaan radiologi/foto dada
 Pemeriksaan radiologi/foto abdomen tiga posisi  Pemeriksaan USG Kepala
 Pemeriksaan EEG  CT scan kepala (Depkes RI, 2008).
6. Penatalaksanaan
Sebagian besar bayi baru lahir tidak membutuhkan intervensi dalam mengatasi transisi dari intrauterin ke ekstrauterin, namun sejumlah kecil membutuhkan berbagai derajat resusitasi.
a. Persiapan resusitasi
 Satu tenaga terampil terlatih untuk resusitasi, yang dapat melakukan resusitasi secara lengkap
 Tenaga tambahan
 Peralatan resusitasi yang memadai  Tindakan pencegahan infeksi (Prambudi, 2013)
b. Peralatan/bahan yang disiapkan Perlengkapan penghisapan :  Bulb Syringe / balon penghisap  Alat penghisap lendir
19
 Penghisap mekanik, tabung, dan selangnya  Penghisap mekonium/konektor
Perlengkapan ventilasi balon dan sungkup :
 Balon resusitasi neonatus dengan katup pelepas tekanan  Reservoar oksigen untuk memberikan O2 90-100%
 Sungkup wajah dengan bantalan pinggir, ukuran untuk neonatus cukup bulan dan prematur
 Oksigen dengan prematur aliran (flowmeter) dan pipa oksigen Peralatan intubasi :
 Laringoskop dengan daun lurus, No. O (prematur) dan No. 1 (neonatus cukup bulan)
 Lampu dan baterai cadangan untuk laringoskop  Pipa ET 2,5; 3; 3,5; 4 mm
 Stilet
Obat-obatan/bahan  Epinefrin 1:10.000
 Obat pengembang volume/plasma expander, satu/lebih dari: - Salin normal
- Larutan ringer laktat
- Darah utuh (whole blood) golongan darah O negatif  Natrium bikarbonat 4,2%
 Dekstrosa 10%  Nalokson  Aqua steril
20
 Kateter umbilikal/pengganti kateter umbilikal (Prambudi, 2013)
c. Resusitasi neonatus
Secara garis besar pelaksanaan resusitasi adalah sebagai berikut: 1. Langkah Awal Resusitasi
Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 3 pertanyaan:
 apakah bayi cukup bulan?
 apakah bayi bernapas atau menangis?  apakah tonus otot bayi baik atau kuat?
Bila semua jawaban ”ya” maka bayi dapat langsung dimasukkan dalam prosedur perawatan rutin dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan, diletakkan di dada ibunya dan diselimuti dengan kain linen kering untuk menjaga suhu. Bila terdapat jawaban ”tidak” dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan:
(1) Langkah awal dalam stabilisasi  Memberikan kehangatan
 Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
 Membersihkan jalan napas sesuai keperluan
 Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi yang benar
21
(2) Ventilasi tekanan positif
 Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar.
 Agar VTP efektif, kecepatan memompa (kecepatan ventilasi) dan tekanan ventilasi harus sesuai.
 Kecepatan ventilasi sebaiknya 40-60 kali/menit.
 Tekanan ventilasi yang dibutuhkan sebagai berikut. Nafas pertama setelah lahir, membutuhkan: 30-40 cm H2O. Setelah nafas pertama, membutuhkan: 15-20 cm H2O. Bayi dengan kondisi atau penyakit paru-paru yang berakibat turunnya compliance, membutuhkan: 20-40 cm H2O. Tekanan ventilasi hanya dapat diatur apabila digunakan balon yang mempunyai pengukuran tekanan.  Observasi gerak dada bayi: adanya gerakan dada bayi
turun naik merupakan bukti bahwa sungkup terpasang dengan baik dan paru-paru mengembang. Bayi seperti menarik nafas dangkal. Apabila dada bergerak maksimum, bayi seperti menarik nafas panjang, menunjukkan paru-paru terlalu mengembang, yang berarti tekanan diberikan terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pneumothoraks.
 Observasi gerak perut bayi: gerak perut tidak dapat dipakai sebagai pedoman ventilasi yang efektif. Gerak paru mungkin disebabkan masuknya udara ke dalam lambung.
22
 Penilaian suara nafas bilateral: suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara nafas di kedua paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi yang benar.
 Observasi pengembangan dada bayi: apabila dada terlalu berkembang, kurangi tekanan dengan mengurangi meremas balon. Apabila dada kurang berkembang, mungkin disebabkan oleh salah satu penyebab berikut: perlekatan sungkup kurang sempurna, arus udara terhambat, dan tidak cukup tekanan.
Apabila dengan tahapan diatas dada bayi masih tetap kurang berkembang sebaiknya dilakukan intubasi endotrakea dan ventilasi pipa-balon (Saifuddin, 2009).
(3) Kompresi dada
 Teknik kompresi dada ada 2 cara: a. Teknik ibu jari (lebih dipilih)
o Kedua ibu jari menekan sternum, ibu jari tangan melingkari dada dan menopang punggung
o Lebih baik dalam megontrol kedalaman dan tekanan konsisten
o Lebih unggul dalam menaikan puncak sistolik dan tekanan perfusi coroner
23
o Ujung jari tengah dan telunjuk/jari manis dari 1 tangan menekan sternum, tangan lainnya menopang punggung
o Tidak tergantung
o Lebih mudah untuk pemberian obat c. Kedalaman dan tekanan
o Kedalaman ±1/3 diameter anteroposterior dada o Lama penekanan lebih pendek dari lama pelepasan
curah jantung maksimum
d. Koordinasi VTP dan kompresi dada
1 siklus : 3 kompresi + 1 ventilasi (3:1) dalam 2 detik Frekuensi: 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit (berarti 120 kegiatan per menit)
Untuk memastikan frekuensi kompresi dada dan ventilasi yang tepat, pelaku kompresi mengucapkan
satu – dua – tiga - pompa-… (Prambudi, 2013). (4) Intubasi endotrakeal
Cara:
a. Langkah 1: Persiapan memasukkan laringoskopi
 Stabilkan kepala bayi dalam posisi sedikit tengadah  Berikan O2 aliran bebas selama prosedur
b. Langkah 2: Memasukkan laringoskopi
 Daun laringoskopi di sebelah kanan lidah  Geser lidah ke sebelah kiri mulut
24
 Masukkan daun sampai batas pangkal lidah c. Langkah 3: Angkat daun laringoskop
 Angkat sedikit daun laringoskop
 Angkat seluruh daun, jangan hanya ujungnya  Lihat daerah farings
 Jangan mengungkit daun d. Langkah 4: Melihat tanda anatomis
 Cari tanda pita suara, seperti garis vertical pada kedua sisi glottis (huruf V terbalik)
 Tekan krikoid agar glotis terlihat
 Bila perlu, hisap lender untuk membantu visualisasi e. Langkah 5: Memasukkan pipa
 Masukkan pipa dari sebelah kanan mulut bayi dengan lengkung pipa pada arah horizontal
 Jika pita suara tertutup, tunggu sampai terbuka  Memasukkan pipa sampai garis pedoman pita suara
berada di batas pita suara  Batas waktu tindakan 20 detik
(Jika 20 detik pita suara belum terbuka, hentikan dan berikan VTP)
f. Langkah 6: mencabut laringoskop
 Pegang pipa dengan kuat sambil menahan kea rah langit-langit mulut bayi, cabut laringoskop dengan hati-hati.
25
 Bila memakai stilet, tahan pipa saat mencabut stilet. (Prambudi, 2013).
(5) Pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume expander)
a. Epinefrin
 Larutan = 1 : 10.000
 Cara = IV (pertimbangkan melalui ET bila jalur IV sedang disiapkan)
 Dosis : 0,1 – 0,3 mL/kgBB IV
 Persiapan = larutan 1 : 10.000 dalam semprit 1 ml (semprit lebih besar diperlukan untuk pemberian melalui pipa ET. Dosis melalui pipa ET 0,3-1,0 mL/kg)
 Kecepatan = secepat mungkin
Jangan memberikan dosis lebih tinggi secara IV. b. Bikarbonat Natrium 4,2%
c. Dekstron 10% d. Nalokson (Prambudi, 2013).
Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya ditentukan dengan penilaian 3 tanda vital secara simultan (pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit). Waktu untuk setiap langkah adalah sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan
26
putuskan untuk melanjutkan ke langkah berikutnya. Berikut algoritma dari resusitasi asfiksia neonatorum (lihat gambar 4):
Hangatkan, bersihkan jalan nafas jika perlu, keringkan, rangsang
Perawatan Rutin - Hangatkan
- Bersihkan jalan nafas jika perlu
- Keringkan - Evaluasi lanjutan
Koreksi langkah-langkah ventilasi Perawatan Pasca-Resusitasi
Pertimbangkan intubasi Kompresi dada, koordinasi dengan VTP
Epinefrin IV Koreksi
langkah-langkah ventilasi Intubasi jika dada tidak mengembang! Pertimbangkan : - Hipovolemia - Pneumotorak Lahir 30 detik 60 detik
Ya, Rawat Gabung
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya
Target SpO2 Pre-ductal setelah lahir - 1 menit 60-65% - 2 menit 65-70% - 3 menit 70-75% - 4 menit 75-80% - 5 menit 80-85% - 10 menit 85-95% Gambar 4. Algoritma Resusitasi Asfiksia
Sumber : American Academy of Pediatrics dan American Heart Association, Edisi ke-6. 2010.
Ya Cukup bulan? Bernafas/Menangis? Tonus baik? FJ < 100 Megap-megap/apnu?
Bersihkan jalan nafas Pantau SpO2 Pertimbangkan CPAP Labored breathing/ sianosis persisten? FJ < 100? VTP, monitor SpO2 FJ < 60? FJ < 60?
27
C. Kerangka Penelitian