• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Pendahuluan

Para pengambil keputusan hampir selalu membuat keputusan, bahkan setiap detik dari hidupnya. Ketika membuat keputusan, ada suatu proses yang terjadi pada otak manusia yang akan menentukan kualitas keputusan yang dibuat. Ketika keputusan yang akan dibuat sederhana seperti memilih warna baju, manusia dapat dengan mudah membuat keputusan. Namun ketika keputusan yang akan diambil bersifat kompleks dengan risiko yang besar seperti perumusan kebijakan, pengambil keputusan sering memerlukan alat bantu dalam bentuk analisis yang bersifat ilmiah, logis, dan terstruktur/konsisten (Turban, et al. 2005). Salah satu alat analisis tersebut adalah berupa decision making model (model pembuatan keputusan) yang memungkinkan mereka untuk membuat keputusan untuk masalah yang bersifat kompleks (Bhushan, 2004).

Suatu yayasan pendidikan juga harus membuat berbagai keputusan yang tidak hanya berhubungan dengan peningkatan kualitas yayasan dan sekolah yang dinaunginya, tetapi juga bagaimana menghasilkan lulusan-lulusan pendidikan terbaik sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Salah satu jenis keputusan yang paling sering dibuat adalah dalam menyusun prioritas (memilih) pejabat struktural khususnya Kepala Sekolah. Kompetisi sehat yang terjadi setiap tahun pelajaran membuat yayasan sering dihadapkan pada pilihan pejabat yang menentukan keberhasilan pendidikan di unit sekolah. Dalam hal ini, manajemen yayasan harus menyusun prioritas pejabat berdasarkan kriteria-kriteria yang telah disepakati.

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu model pengambilan keputusan yang sering digunakan, misalnya penggunaan AHP untuk memilih strategi pemasaran, menyeleksi pemasok (supplier) untuk pasar modern dan lain sebagainya. Menurut Saaty (2008), karena sifatnya yang multi kriteria, AHP cukup banyak digunakan dalam penyusunan prioritas. Disamping bersifat multi kriteria, AHP juga didasarkan pada suatu proses yang terstruktur dan logis (Saaty,

Pemilihan atau penyusunan prioritas dilakukan dengan suatu prosedur yang logis dan terstruktur. Kegiatan tersebut dilakukan oleh ahli-ahli yang representatif berkaitan dengan alternatif-alternatif yang akan disusun prioritasnya. Dengan menggunakan AHP, prioritas yang dihasilkan akan bersifat konsisten dengan teori, logis, transparan, dan partisipatif. Dengan tuntutan yang semakin tinggi berkaitan dengan transparansi dan partisipasi, AHP akan sangat cocok digunakan untuk penyusunan prioritas kebijakan publik yang menuntut transparansi dan partisipasi. Berikut ini akan dibahas secara khusus penetapan urutan prioritas calon Kepala Sekolah yang akan merupakan bagian dari pejabat struktural yayasan dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP).

3.2 Data Penelitian

Data dalam penelitian ini meliputi data tentang kesetiaan dan ketaatan, tanggung jawab, kepemimpinan, kerjasama dan kejujuran, sertaprestasi kerja dan prakarsa dari para calon pejabat struktural. Data ini diperoleh melalui survei menggunakan metode kuisioner dan atau wawancara langsung dengan responden para pengurus yayasan dan kepala bagian yang sebelumnya telah dijelaskan mengenai konsep AHP.

3.3 Diagram Penelitian

Diagram penelitian menjelaskan proses kerja dari awal penelitian dilakukan hingga selesai. Adapun diagram penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Latar Belakang

Identifikasi Permasalahan

Pengumpulan Data

Menentukan Kriteria & Alternatif Pemilihan

Pejabat Struktural

Menyusun Kriteria & Alternatif ke dalam

Struktur Hirarki

Penentuan Tingkat Kepentingan terhadap

Kriteria & Alternatif

Penggunaan Metode AHP

Diperoleh urutan Prioritas dari Alternatif

yang ada

Penulisan Hasil Penelitian

Wawancara & Diskusi dengan Pihak YP. Shafiyyatul Amaliyyah Studi Literatur

Prosedur penelitian ini mengikuti diagram penelitian diatas dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Latar belakang penelitian adalah pentingnya penilaian dan penentuan pejabat struktural di YP. Shafiyyatul Amaliyyah khususnya Kepala Sekolah secara objektif dan akurat.

2. Dari latar belakang penelitian tersebut, kemudian dirumuskan tujuan penelitian yakni untuk menghasilkan prioritas atau alternatif pilihan pejabat struktural terbaik sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

3. Penulusuran terhadap pustaka diperlukan sebagai upaya untuk memahami dasar-dasar teori yang menunjang tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. 4. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei dan wawancara langsung

kepada pihak terkait di YP. Shafiyyatul Amaliyyah seperti pengurus yayasan dan para kepala bagian.

5. Data yang telah diperoleh selanjutnya akan diolah untuk kemudian dianalisis menggunakan metode AHP yang telah dipilih dari berbagai pustaka yang diambil sebagai bahan acuan penelitian.

6. Hasil-hasil analisis tersebut kemudian akan disimpulkan dan diberi saran maupun masukan untuk pengembangan ke depannya.

3.4 Analisis Perbandingan dengan Metode AHP

Proses hirarki analitis (AHP) yang diusulkan dalam riset ini bertujuan memberikan penilaian bagi seluruh faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan pejabat struktural dalam hal ini adalah kepala sekolah. Pemilihan metode didasarkan pada karakteristik masalah dan pertimbangan keuntungan dan kelemahan dari metode lain. Peneliti menilai pentingnya masing-masing kriteria menurut nilai pasangan kriteria yang dibandingkan. Hasil akhir AHP adalah suatu ranking atau pembobotan prioritas dari tiap alternatif keputusan.

Penelitian dalam studi ini berfokus pada perumusan suatu model berbasis AHP untuk menilai pejabat kepala sekolah yang memiliki kelayakan paling baik diantara alternatif yang diberikan. Walaupun demikian, konsep pengembangan dan struktur model yang nantinya dikembangkan, akan dapat diberlakukan pula bagi pemilihan

jenis pejabat struktural yang lain, jika dikehendaki. Secara mendasar, ada tiga langkah dalam model AHP, yaitu membangun hirarki, penilaian, dan sintesis prioritas.

3.4.1. Pembentukan hirarki

Dalam bagian ini diperkenalkan suatu pendekatan konseptual untuk penilaian calon pejabat struktural kepala sekolah denganmenggunakan model AHP. Dalam model yang diusulkan dalam studi ini, terdapat 3 level hirarki sebagai berikut:

1. Level 1: Sasaran dari keputusan yang akan diambil ditempatkan pada puncak hirarki. Dalam hal ini sasaran yang dimaksud adalah “memilih pejabat struktural kepala sekolah”.

2. Level 2: Pada tingkatan kedua, diajukan kriteria-kriteria penilaian terhadap pejabat struktural kepala sekolah yang dapat menunjukkan kualitas dari seorang kepala sekolah. Kriteria-keriteria dimaksud terdiri kesetiaan dan ketaatan, tanggung jawab, kepemimpinan, kerjasama dan kejujuran, serta prestasi kerja dan prakarsa.

3. Level 3: diajukan alternatif calon pejabat struktural kepala sekolah.

Gambar 3.2 Struktur hirarki AHP untuk menentukan pejabat struktural kepala sekolah

Memilih Kepala Sekolah Kesetiaan dan Ketaatan Tanggung Jawab Kepemimpinan Kerjasama dan Kejujuran Prestasi Kerja dan Prakarsa RS IPS AF IS

3.4.2. Penyusunan prioritas

Menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk setiap sub hirarki. Perbandingan tersebut ditransformasikan dalam bentuk matriks

Pair-wise Comparison.

Tabel 3.1 Matriks orde 5 x 5 untuk level 2 KRITERIA Kesetiaan dan

Dokumen terkait