• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskrispsikan objek dan fenomena yang ingin diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur pencapaian SPM Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak di Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan.

Evaluasi program yang digunakan dalam penelitian ini adalah model evaluasi ketimpangan atau kesenjangan (The Discrepancy Evaluation Model) karena penelitian ini akan membandingkan pelaksanaan SPM dengan indikator menurut Peraturan Menteri Sosial Nomor 30/HUK/2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.

Melalui penelitian deskriptif kuantitatif, penulis ingin menggambarkan secara menyeluruh tentang pelaksanaan SPM Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak di Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan di Jalan Karya Jaya Nomor 267 Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Alasan memilih Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung

Johor Medan sebagai lokasi penelitian adalah peneliti tertarik untuk mengetahui pelaksanaan SPM Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak di yayasan tersebut.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa atau individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 155). Berdasarkan pengertian tersebut maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah warga binaan di Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan, yang pada saat ini berjumlah 100 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian yang bersifat representatif dari populasi yang datanya diambil secara langsung (Siagian, 2011: 156). Jika jumlah sampel lebih dari 100 maka yang diambil adalah 10-20% dari jumlah populasi dan dianggap representatif. Maka yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 20% dari populasi. Berdasarkan ketentuan tersebut maka perhitungannya adalah 20% x 100 = 20 warga binaan. Maka sampel yang akan diambil peneliti adalah berjumlah 20 orang.

Penarikan sampel adalah proses dimana sejumlah atau sebagian dari populasi dipilih sebagai sumber data sehingga memungkinkan kita membuat suatu generalisasi yang berkaitan atau berlaku bagi populasi (Siagian, 2011: 159), sedangkan teknik penarikan sampel adalah cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dalam rangka pemilihan sebagian atau sejumlah dari populasi dimana ciri-ciri populasi terwakili dalam sampel sehingga dimungkinkan untuk merumuskan generalisasi yang berkaitan dan berlaku bagi populasi secara keseluruhan. Dengan

demikian tujuan utama penarikan sampel adalah menjamin sampel memiliki ciri-ciri umum dari populasi (Siagian, 2011: 160).

Untuk menjamin keterwakilan populasi dan sampel, maka penulis menerapkan teknik penarikan sampel bertujuan (purposive sampling technique) dengan menjadikan usia sebagai kriteria. Dalam penelitian ini, peneliti memilih warga binaan berusia 12-17 tahun sebagai sampel karena dianggap lebih mampu untuk menjawab pertanyaan di dalam kuesioner.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaahan buku, jurnal dan karya tulis lainnya.

2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun alat-alat yang digunakan dalam rangka studi lapangan ini, yaitu:

a) Observasi, yaitu pengamatan terhadap objek atau fenomena yang berkaitan dengan penelitian.

b) Wawancara, yaitu percakapan atau tanya jawab yang dilakukan pengumpul data dengan responden yaitu warga binaan dan pengurus panti untuk memberikan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian. Dalam melakukan wawancara, peneliti memberikan

pertanyaan yang berbeda kepada pengurus panti dan responden sesuai dengan kapasitas masing-masing.

c) Penyebaran kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan responden yaitu warga binaan melalui pemberian daftar pertanyaan sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan tentang pelayanan yang diterima warga binaan selama mendapatkan pengasuhan di panti asuhan.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing, yaitu dengan meneliti data-data yang diperoleh dari penelitian. 2. Koding, yaitu mengklarifikasi jawaban-jawaban menurut macamnya.

3. Membuat kategori untuk mengklarifikasi agar data mudah dianalisis dan disimpulkan sehingga jawaban yang beraneka ragam dapat diangkat.

4. Menghitung frekuensi yaitu dengan menghitung besar frekuensi data pada masing-masing kategori.

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Latar Belakang Berdirinya Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah 4.1.1 Sejarah Awal Organisasi Al Djami’yatul Al-Washliyah

Al Djami’yatul Washliyah merupakan organisasi Islam yang lahir pada tanggal 30 November 1930 bertepatan pada tanggal 9 Rajab 1349 H di kota Medan. Al Jami’yatul Washliyah yang lebih dikenal dengan sebutan Al-Washliyah lahir ketika bangsa Indonesia masih dijajah Belanda (Nederlandsh Indie). Tujuan utama berdirinya organisasi ini adalah untuk mempersatukan umat yang terpecah belah dan berbeda pandangan. Perpecahan dan perbedaan tersebut merupakan salah satu strategi Belanda untuk terus berkuasa di Indonesia. Oleh karena itu, Organisasi Al Djami’yatul Al-Washliyah turut berkontribusi dalam meraih kemerdekaan Indonesia dengan menggalang persatuan umat di Indonesia.

Upaya memecah belah rakyat terus merasuk hingga ke sendi-sendi agama Islam. Umat Islam kala itu dapat dipecah belah lantaran perbedaan pandangan dalam hal ibadah dan cabang dari agama (Furu’iyah). Kondisi ini terus meruncing, hingga umat Islam terbagi menjadi dua kelompok yaitu kaum tua dan kaum muda. Perbedaan paham di bidang agama ini semakin hari kian tajam dan sampai pada tingkat yang meresahkan.

Terjadinya perselisihan di kalangan umat Islam di Sumatera Utara khususnya di kota Medan, membuat para pelajar yang menimba ilmu di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan berupaya untuk mempersatukan kembali umat yang terpecah belah tersebut. Upaya untuk mempersatukan umat Islam terus dilakukan salah satunya dengan mendirikan Organisasi Al Djami’yatul Washliyah yang artinya

perkumpulan yang menghubungkan manusia dengan Allah SWT dan menghubungkan manusia dengan sesamanya.

Perselisihan paham antara kaum tua dengan kaum muda tentang masalah ibadah membuat kaum pelajar yang menimba ilmu di Madrasah Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan menjadi resah. Para pelajar tersebut memiliki perkumpulan pelajar yang bernama Debating Club (Perkumpulan Debat atau Diskusi). Dalam diskusi-diskusi rutin diperkumpulan tersebut sering dibahas tentang masalah yang tengah terjadi antara umat Islam termasuk perbedaan pendapat di tubuh umat Islam.

Diskusi mencapai puncaknya pada bulan Oktober tahun 1930 dengan diadakannya pertemuan di kediaman Yusuf Ahmad Lubis di Jalan Glugur Kota Medan. Pertemuan ini dipimpin oleh Abdurrahman Syihab dan dihadiri oleh Yusuf Ahmad Lubis, Adnan Nur, Muhammad Isa dan beberapa pelajar lainnya. Pertemuan tersebut mengambil sebuah kesepakatan untuk memperbesar perkumpulan pelajar melalui Debating Club yang mereka miliki. Untuk menindaklanjuti hasil pertemuan sebelumnya, pertemuan kembali diadakan di rumah Abdurrahman Syihab di Jalan Petisah Kota Medan yang dihadiri oleh Ismail Banda, Yusuf Ahmad Lubis, Adnan Nur, Abdul Wahab dan Muhammad Isa. Pertemuan kedua tersebut menghasilkan sebuah keputusan untuk mengundang ulama, guru-guru dan para pelajar lainnya untuk hadir pada pertemuan akbar yang akan diselenggarakan pada tanggal 26 Oktober 1930 di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan.

Pertemuan akbar tersebut berlangsung dengan lancer. Pertemuan tersebut dihadiri oleh para ulama, guru-guru, pelajar serta pemimpin Islam di kota Medan dan sekitarnya. Setelah melakukan diskusi yang cukup panjang dan mendalam, maka seluruh peserta yang hadir kala itu sepakat untuk membentuk sebuah perkumpulan

yang bertujuan memajukan, mementingkan dan menambah tersyiarnya agama Islam melalui Organisasi Al Djami’yatul Al-Washliyah.

4.1.2 Berdirinya Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Yayasan Pesantren Sosial Indonesia (YAPSI) didirikan pada tanggal 14 Maret 1969 oleh (Alm) H.M Nurdin yang merupakan pimpinan umum Yayasan Amal Sosial Washliyah yang membawahi Panti Asuhan Amal Sosial Al-Washliyah dan perguruan sekolah untuk tingkat SD-MTs-Madrasah Aliyah. Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan merupakan pengembangan dari Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Pulo Brayan Medan yang dibangun pada tahun 1969 dan mulai mengasuh serta mendidik anak-anak yatim piatu, fakir miskin, dan anak terlantar sejak tahun 1970.

Berdirinya Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah dan perguruan sekolah pada tahun 1969 pasca G30S/PKI tahun 1965 bersamaan dengan musim paceklik, bencana alam yang berdampak kerawanan sosial bagi masyarakat dengan bertambahnya jumlah anak-anak terlantar yang kehilangan orang tua. Sulitnya mendapatkan kebutuhan dasar, tempat tinggal, pendidikan, serta kesehatan mendorong Yayasan Pesantren Sosial Indonesia (YAPSI) untuk mendirikan Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah dan sekolah yang bernama Perguruan SD-Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah YAPSI yang bernuansa islami.

Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah memiliki empat panti asuhan, yaitu: 1. Panti Asuhan Amal Sosial Al Djami’yatul Al-Washliyah Akte 67/1955 Pulo

2. Panti Asuhan Amal Sosial Al Djami’yatul Al-Washliyah Akte 67/1955 Gedung Johor Medan.

3. Panti Asuhan Amal Sosial Al Djami’yatul Al-Washliyah Akte 67/1955 Pinang Baris Medan Sunggal.

4. Panti Asuhan Amal Sosial Al Djami’yatul Al-Washliyah Akte 67/1955 Tanjung Pura langkat.

Hingga saat ini, masih terjadi perdebatan mengenai siapa yang berhak untuk mengurus Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan. Pimpinan panti asuhan saat ini yaitu Hj.Rodiah Manjorang menyatakan bahwa Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan tidak ada kaitannya dengan Pengurus Besar (PB) Al-Washliyah Pusat karena sejak berdiri hingga sekarang, panti asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan tidak pernah menerima bantuan dari PB Al-Washliyah Pusat tetapi memiliki surat akte pendirian panti yang sah.

4.2 Dasar Hukum

Adapun dasar hukum didirikannya Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah, yaitu:

1. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1976 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial.

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. 6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang yayasan.

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah.

4.3 Visi dan Misi Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah 4.3.1 Visi

Adapun yang menjadi visi Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah adalah untuk memberdayakan anak yang kurang mampu (yatim piatu, yatim, piatu, fakir miskin, dan anak terlantar) dengan kasih sayang serta menumbuh kembangkan sosial, percaya diri, kemandirian, serta dapat menyesuaikan diri sebagaimana anak-anak beruntung lainnya dan menjunjung tinggi keberssamaan.

4.3.2 Misi

Adapun yang menjadi misi Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah adalah: 1. Panti asuhan sebagai pengganti orang tua atau keluarga sementara bagi anak

yang bermasalah sosial.

2. Panti asuhan sebagai rumah sosial tempat kelangsungan hidup sementara tumbuh kembang, perlindungan anak, serta peran dan partisipasi anak.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan sosial panti dan sumber daya dalam pelayanan sosial sebagai profesi pekerja sosial.

4.4 Profil Panti Asuhan

1. Jenis Panti : Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)

2. Nama Panti : Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah 3. Alamat : Jalan Karya Jaya Nomor 267

4. Kelurahan : Gedung Johor 5. Kecamatan : Medan Johor

6. Kota : Medan

7. Provinsi : Sumatera Utara 8. Telepon : (061) 7864519

9. Kapasitas : 100 orang warga binaan 10. Jumlah anak : 100 orang

4.5 Struktur Pengurus Panti

Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan memiliki struktur kepengurusan seperti pada umumnya sebuah yayasan, yaitu penyelenggara atau penanggung jawab, pimpinan panti, sekretaris, bendahara, hubungan masyarakat (humas) dan pembantu penyelenggaraan pelayanan panti asuhan.

Setiap pengurus memiliki tanggung jawab dan tugas masing-masing, yaitu: 1. Penyelenggara/penanggung jawab bertugas sebagai penanggung jawab

yayasan dan pencari sumber dana.

2. Pimpinan panti bertugas sebagai pengasuh, administrator dan motivator anak-anak asuh.

3. Sekretaris bertugas sebagai penyelenggara pengasuh, penyelenggara administrator, dan penyelenggara motivator anak-anak asuh.

4. Hubungan Masyarakat (Humas) bertugas sebagai wali anak-anak asuh dan penghubung antara yayasan dengan lingkungan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan dan pembiayaan anak-anak asuh.

5. Pembantu bertugas untuk membantu seluruh pengurus panti dalam penyelengaaraan pelayanan.

Adapun struktur pengurus panti asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan dapat dilihat dalam bagan berikut ini (Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan, 2015):

Bagan 4.1

Struktur Pengurus Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan

Penyelenggara/Penanggung Jawab Syarifuddin ST. Pane Pimpinan Panti Hj. Rodiah Manjorang Sekretaris Anhar Manik, S.Pd Bendahara Siti Hajar Pasi

Hubungan Masyarakat Fachruddin K.Diri, SH

Pembantu Rabusin Kabeaken Pembantu

Ir. Zulhadi Angkat

Pembantu Sutomo

4.6 Pelayanan Kebutuhan Warga Binaan 4.6.1 Keadaan Warga Binaan

Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan hingga Desember 2015 memiliki warga binaan berjumlah 100 orang dimana warga binaan laki-laki berjumlah 59 orang dan perempuan berjumlah 41 orang. Keadaan warga binaan berdasarkan kategori usia, registrasi dan tingkat pendidikannya dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Keadaan Warga Binaan Menurut Usia

No. Kelompok Umur Jumlah Jenis Kelamin 0-6 7-10 11-16 17-20 1. 2. Laki-laki Perempuan - - 17 14 35 16 7 11 59 41 Jumlah - 31 51 18 100

Sumber : Data Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan hingga Desember 2015 didominasi oleh warga binaan dengan kelompok usia 11 sampai 16 tahun yaitu berjumlah 51 orang.

Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan mengasuh anak berdasarkan status atau permasalahan sosial yang berbeda-beda Keadaan warga binaan berdasarkan registrasi dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 4.2

Keadaan Warga Binaan Berdasarkan Registrasi

No. Keadaan Anak Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. Yatim Piatu Yatim Piatu Fakir Miskin Anak Terlantar 14 8 11 26 - 6 6 8 21 - 20 14 19 47 - Jumlah 59 41 100

Sumber : Data Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa secara umum Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan baik warga binaan laki-laki maupun perempuan berasal dari fakir miskin yaitu berjumlah 47 orang, dimana warga binaan laki-laki berjumlah 26 orang dan perempuan berjumlah 21 orang.

Pendidikan merupakan salah satu hak yang harus diterima setiap anak, untuk itu Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan turut memenuhi hak warga binaan untuk memperoleh pendidikan, keadaan warga binaan berdasarkan pendidikan dapat dilihat melalui tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3

Keadaan Warga Binaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. 2. 3. SD MTs/SMP MA/SMA 40 17 2 17 14 10 57 31 12 Jumlah 59 41 100

Sumber : Data Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.3, tingkat pendidikan warga binaan di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan merata, dimana seluruh warga binaan memperoleh pendidikan sesuai usianya baik dari tingkat SD hingga MA/SMA.

4.6.2 Sarana Pendukung Pelayanan

Demi tercapainya standar pelayanan minimal lembaga kesejahteraan sosial anak berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 30/HUK/2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, maka lembaga asuhan perlu menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan terhadap warga binaan. Adapun yang menjadi sarana pendukung panti asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 4.4

Sarana Pendukung Pelayanan

No. Jenis Sarana Unit/Ruang

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Rumah Pengasuh Gedung Asrama Rumah Ibadah Gedung Sekolah Dapur/Ruang Makan Aula Kamar Mandi/WC Air Bersih Listrik Telepon Ruang Kantor Televisi

Transport (Roda 2 dan 4)

2 2 1 3 1 1 2 1 1 1 1 4 0

Sumber : Data Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.4, terdapat beberapa sarana pendukung pelayanan panti asuhan yang dikategorikan kurang layak, yaitu gedung asrama, dapur atau ruang makan, aula, kamar mandi atau WC, dan ruang kantor. Selain itu, panti asuhan juga tidak menyediakan sarana transportasi baik roda 2 maupun roda 4 yang sebenarnya sangat dibutuhkan sebagai salah satu sarana penunjang pendidikan.

4.6.3 Biaya Operasional Warga Binaan

Agar pelayanan yang diterima warga binaan sesuai dengan standar pelayanan minimal lembaga kesejahteraan sosial anak, tentu diperlukan biaya operasional rutin untuk memenuhi kebutuhan dasar warga binaan. Biaya operasional rutin pertahun, sumber dana, serta neraca pendapatan dan pengeluaran Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

Tabel 4.5

Biaya Operasional Rutin Pertahun

No. Jenis Pembiayaan (Rp.)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Sandang Pangan Pendidikan Kesehatan Olahraga Rekreasi Renovasi Asrama Administrasi Honor Pengasuh

Transport Warga Binaan Taktis 60.000.000,- 40.000.000,- 85.860.000,- 20.000.000,- 36.000.000,- 10.000.000,- 30.000.000,- 6.000.000,- 37.200.000,- 6.000.000,- 12.000.000,- Sumber : Data Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan

Tahun 2015

Rincian Pembiayaan Perbulan : Rp. 28.551.000,-

Tabel 4.6 Sumber Dana

No. Sumber Dana Perbulan (Rp.) Pertahun (Rp.) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Yayasan Al-Washliyah Subsidi Pemerintah Pusat Subsidi Pemerintah Propinsi Subsidi Pemerintah Kota Yayasan Dharmais Jakarta Bantuan Masyarakat

Bantuan Perusahaan Swasta Bantuan BUMN

Bantuan Luar Negeri

10.000.000,- - - - - 10.000.000,- 3.000.000,- - - 120.000.000,- - - - - 120.000.000,- 36.000.000,- - - Jumlah 23.000.000,- 276.000.000,-

Sumber : Data Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan Tahun 2015

Sumber pendapatan perbulan : Rp. 23.000.000,- Sumber pendapatan pertahun : Rp. 276.000.000,-

Neraca pendapatan dengan pengeluaran

Penerimaan Dana : Rp. 23.000.000,-/bulan = Rp. 276.000.000,-/tahun Pengeluaran dana : Rp. 28.551.000,-/bulan = Rp. 343.060.000,-/tahun Minus : Rp. 5.551.000,-/bulan = Rp. 67.060.000,-/tahun

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa panti asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Wahsliyah Gedung Johor Medan dalam memenuhi kebutuhan dasar kepada

warga binaannya mengalami defisit, hal ini disebabkan pada tahun 2015 ini pihak yayasan tidak lagi mengusulkan Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan untuk memperoleh dana Bansos yaitu berupa bantuan subsidi dari pemerintah pusat, propinsi maupun kota, sehingga dana pemasukan panti hanya bergantung dari kas yayasan, bantuan masyarakat dan bantuan perusahaan swasta.

4.7 Program Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan

Salah satu indikator tercapainya standar pelayanan minimal (SPM) lembaga kesejahteraan sosial anak adalah lembaga asuhan harus mendukung akses pada pendidikan non formal sesuai perkembangan usia dan minat warga binaan. Untuk itu, Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan membuat program yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan lifeskill dan softskill. Adapun program-program tersebut adalah:

1. Program Bina Mental, yaitu program keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan kerohanian warga binaan terutama dalam bidang agama Islam dengan memberikan bimbingan sholat, pengajian, dan ilmu tarbiyah tentang hukum-hukum Islam.

2. Program perkembangan sosio-emosional, yaitu memberikan pemahaman agar warga binaan tidak berkecil hati karena harus tinggal di dalam panti asuhan. 3. Program wisata, yaitu bertujuan untuk memperkenalkan warga binaan kepada

lingkungan luar sambil belajar, program ini diadakan setahun sekali.

4. Program keterampilan, yaitu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan lifeskill dan softskill anak-anak asuh. Program keterampilan yang diselenggarakan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan

adalah bercocok tanam dan menjahit (bordir). Walaupun pada tahun 2015 program menjahit (bordir) sudah tidak diselenggarakan lagi karena masalah biaya yang kurang memadai.

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menganalisis data yang diperoleh melalui wawancara dengan pengurus panti dan warga binaan, observasi serta penyebaran kuesioner kepada responden, yaitu sebanyak 20 orang yang merupakan warga binaan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan.

Analisis data adalah proses menjadikan data memberikan pesan kepada pembaca. Melalui analisis data, maka data yang diperoleh tidak lagi diam, melainkan “berbicara”. Analisis data menjadikan data itu mengeluarkan maknanya, sehingga para pembaca tidak hanya mengetahui data itu, melainkan juga mengetahui apa yang ada di balik data itu (Siagian, 2011: 277).

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara:

1. Terlebih dahulu peneliti mendatangi Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan dan bertemu dengan sekretaris panti untuk meminta ijin melakukan penelitian.

2. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan, peneliti mengurus surat ijin penelitian ke bagian pendidikan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Peneliti kembali lagi ke Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan untuk menyerahkan surat penelitian kepada sekretaris panti.

4. Peneliti terbantu dengan bantuan sekretaris panti yang sangat kooperatif ketika memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian dan kondisi Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor Medan pada saat melakukan wawancara. Sekretaris panti juga membantu dalam mengarahkan warga binaan agar mau meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan kuesioner.

5. Peneliti memberikan pengarahan dan menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya pengisian kuesioner dan cara-cara pengisian kuesioner.

6. Peneliti membimbing setiap responden yang mengalami kesulitan dalam

Dokumen terkait