A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini membahas hubungan Adversity Quotient dengan prestasi
belajar mahasiswa Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Lokasi pengambilan data pada penelitian ini berada di kampus Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS Jalan Ir. Sutami 36 A Kentingan Jebres Surakarta. Pada tahun akademik 2010/2011 ini terdapat 5 angkatan Kebidanan yaitu D III Kebidanan FK UNS angkatan 2010 semester 2, D IV Kebidanan FK UNS Jalur Reguler angkatan 2009 semester 4, D IV Kebidanan FK UNS Jalur Reguler angkatan 2008 semester 6, D IV Kebidanan FK UNS Jalur Reguler angkatan 2007 semester 8 dan D IV Kebidanan FK UNS Jalur Transfer angkatan 2010 semester 2.
B. Hasil Analisis Data Univariat
1. Data Hasil Kuesioner Adversity Quotient
Data adversity quotient pada mahasiswa semester II D III Kebidanan
FK UNS serta mahasiswa semester IV, VI dan VIII DIV Kebidanan FK
UNS diketahui melalui kuesioner adversity quotient yang telah disebarkan.
Data yang terkumpul dari adversity quotient terdiri dari 119 responden
dengan 44 item pertanyaan yang menggunakan empat alternatif jawaban dan skor 1, 2, 3 dan 4. Dari hasil skoring kuosioner tentang adversity
commit to user
quotient diperoleh skor tertinggi 150 dan skor terendah adalah 108 dengan rata-rata skor 128,29 , standar deviasi (SD) sebesar 10,192.
Distribusi frekuensi untuk skor adversity quotient tercantum pada grafik di
bawah ini : 47.6 52.4 0 20 40 60 80 100 di atas Mean di bawah Mean Skor adversity quotient
pr os e nt a se (% ) adversity quotient
Gambar 4.1 Adversity Quotient
Mahasiswa yang mempunyai skor adversity quotient di bawah rata-rata
sebanyak 52,4% (61 mahasiswa), sedangkan 47,6 % (58 mahasiswa) skor
adversity quotient berada di atas rata-rata.
Berdasarkan data kuesioner adversity quotient yang disebarkan kepada
mahasiswa D III dan D IV Kebidanan FK UNS didapatkan beberapa hasil
commit to user
Gambaran mengenai adversity quotient mahasiswa pada masing-masing
indikator adalah sebagai berikut:
a. Hasil distribusi frekuensi pada indikator Control disajikan dalam
grafik di bawah ini:
97.5 93.3 71.4 63.8 81.5 69.7 78.1 36.1 97.5 45.4 1 10 100 Menerima kritik kehidupan ditentukan oleh tindakan sendiri Ketenangan menghadapi cobaan menyeleseikan tugas dalam keadaan sakit mudah adaptasi di lingkungan baru suka rutinitas tanpa perubahan mengendalikan emosi menghindari hal berbahaya Membantu teman menyelesaikan permasalahan sulit mengerjakan tugas kelompok karena perbedaan pola
pikir Su b I n d ik a to r C o n tr o l Prosentase(%)
Sub Indikator Control
Gambar 4.2 Distribusi frekuensi pada indikator Control
Dari indikator Control (kemampuan mengendalikan peristiwa)
didapatkan 97,5 % dari total mahasiswa menerima komentar negatif dari teman sebagai kritik yang membangun dan senang membantu teman yang menghadapi permasalahan. Sebanyak 36,1 % dari total mahasiswa cenderung menghindari hal yang berbahaya dan sebanyak 45,4 % merasa kesulitan untuk menyelesaikan tugas kelompok karena
adanya perbedaan pola pemikiran. Pada aspek Control ini sebanyak 58
commit to user
b. Hasil distribusi frekuensi pada indikator Origin dan Ownership
disajikan dalam grafik di bawah ini:
68.9 49.6 89.9 85.7 78.1 93.3 98.3 97.5 98.3 96.6 92.4 74.8 91.6 100 1 10 100
kegagalan oleh faktor lingkungan puas jika hsil usaha sesuai harapa lingkungan kondusif menyebabkan prestasi turun gagal ujian sebagai ujian hidup keberhasilan studi oleh faktor keberuntungan bersedia membantu tugas kelompok yang belum selesai mencari solusi dari permasalahan kelompok perbaikan tindakan setelah kegagalan siap berusaha lebih keras lagi setelah kegagala berusaha memperbaiki kesalahan kesalahan teman jika tugas kelompok belum selesai kegagalan semata-mata karena kesalahan sendiri siap menanggung kegagalan jika ingin berhasil, harus berusaha lebih baik lagi
S u b I n d ik a to r O ri g in d a n O w n e rs h ip Prosentase(%)
Sub IndikatorOrigin dan Ownership
Gambar 4.3 Distribusi frekuensi pada indikator Origin dan Ownership
Pada indikator Origin (sumber kesulitan) dan Ownership (pengakuan
kesalahan) didapatkan 100 % dari total mahasiswa berkeyakinan bahwa jika ingin meraih keberhasilan maka harus berusaha lebih baik lagi, dan 98,3 % mahasiswa siap untuk berusaha lebih keras setelah kegagalan yang dialami serta berusaha mencari solusi jika terjadi permasalahan dalam kelompok studi. Sebanyak 68,9 % dari total mahasiswa berpendapat bahwa kegagalan yang dialami disebabkan oleh faktor
lingkungan. Berdasarkan hasil skoring aspek Origin dan Ownership,
sebanyak 55 mahasiswa (46,21%) dengan skor di bawah rata-rata ( 44,98).
commit to user
c. Hasil distribusi frekuensi pada indikator Reach disajikan dalam grafik
di bawah ini: 80.6 93.3 46.2 60.5 65.5 93.3 60.5 62.2 89 83.2 1 10 100
fokus pada satu kegiatan khawatir jika hasil usaha jauh dari harapan sering terbangun waktu tidur jika punya masalah berat tetap konsentrasi meski banyak masalah semakin banyak masalah, semakin semangat
menyelesaikannya
memunculkan harapan baru ketika menghadapi kesulitan perubahan sistem pembelajaran membuat resah dalam
belajar
kegagalan sebelumnya akan mempengaruhi kegagalan selanjutnya
kegagalan mengerjakan tugas maksimal membuat semakin bersemangat berusaha
kritikan teman membuat saya minder
Su b i n d ik a to r re a c h prosentase(%) Sub Indikator Reach
Gambar 4.4 Distribusi frekuensi pada indikator Reach
Untuk indikator Reach (jangkauan kesulitan terhadap kehidupan
individu), sebanyak 93,3% mahasiswa dapat memunculkan harapan baru untuk semakin bersemangat menyelesaikannya dan mahasiswa khawatir bila hasil usaha jauh dari harapan serta 46,2% mahasiswa yang sering terbangun waktu tidur ketika mempunyai masalah berat. Sebanyak 52 mahasiswa (43,69 %) dengan skor dibawah rata-rata
commit to user
d. Hasil distribusi frekuensi pada indikator Endurance disajikan dalam
grafik di bawah ini:
31.9 47.9 5.8 93.3 99.1 90.7 98.3 45.4 34.4 1 10 100 pantang menyerah jengkel terhadap aktivitas rutin tetap berusaha walau mengalami kegagalan senang menyeleseikan tugas dengan kerja keras semua masalah pasti ada jalan keluarnya berhenti membuang waktu untuk hal sia-sia mencari solusi dari permasalahan pesimis menghadapi perubahan sistem pembelajaran kelelahan menyelesaikan tugas yang berat
S u b i n d ik a to r E n d u ra n c e prosentase(%) Sub Indikator Endurance
Gambar 4.5 Distribusi frekuensi pada indikator Endurance
Indikator terakhir adalah Endurance (aspek ketahanan individu). Data
penelitian tentang indikator Endurance yaitu 99,1% mahasiswa
mengganggap bahwa semua masalah pasti ada solusinya dan 98,3% mahasiswa akan mencari solusi dari permasalahan. Namun hanya 5,8% mahasiswa yang tetap berusaha saat mengalami kegagalan. Pada aspek
Endurance ini didapatkan 69 mahasiswa (57,98 %) dengan skor dibawah
rata-rata ( 24,67 ).
2. Data hasil prestasi belajar
Data tentang prestasi belajar diperoleh melalui dokumentasi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Dari hasil penelitian ini diperoleh IPK tertinggi
commit to user
3,63dan IPK terendah adalah 2,30 dengan rata-rata IPK 3,14 dan standar
deviasi (SD) sebesar 0,272.
Distribusi frekuensi untuk variabel prestasi belajar tercantum pada grafik
48.7 51.3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
di atas Mean di bawah Mean Indeks Prestasi Kumulatif
p ros e nt a se (% ) Indek Prestasi Kumulatif
Gambar 4.6 Prestasi Belajar
Grafik diatas menunjukkan bahwa mahasiswa mempunyai indeks prestasi kumulatif di atas rata-rata sebanyak 48,7% (58 mahasiswa) dan yang mempunyai indeks prestasi kumulatif di bawah rata-rata sebanyak 51,3% (61 mahasiswa).
C. Hasil Analisis Data Bivariat
Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi Korelasi
Adversity Quotient Prestasi
Pearson Correlation 1 .546** Sig. (2-tailed) .000 N 119 119 Pearson Correlation .546** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 119 119
Sumber: Data Primer, 2011
Nilai korelasi dari penelitian ini positif yaitu sebesar 0,546 dengan nilai p=0,000. Berdasarkan tabel korelasi koefisien harga r, bila taraf kesalahan
commit to user
ditetapkan 5 % (taraf kepercayaan 95 %) dan N = 119, maka rtabel adalah
0,195. Jadi harga rhitung lebih besar dari harga rtabel sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima sehingga ada hubungan positif dan mempunyai tingkat hubungan
yang cukup antara adversity quotient dengan prestasi belajar.
Selanjutnya untuk menentukan koefisien determinasi yaitu koefisien penentu besar kecilnya sumbangan variable X dan Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan berikut:
Koefisien Determinasi = r2x 100%
= (0,546)2 x 100 % = 29,81 %
Artinya variabel adversity quotient memberikan konstribusi terhadap
prestasi belajar sebesar 29,81 % dari semua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
commit to user
38 BAB V PEMBAHASAN
A. Kendala dalam Penelitian
Kendala-kendala yang dialami selama penelitian diantaranya adalah pada waktu pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari waktu luang dari responden karena kesibukan dari masing-masing responden yang sedang ujian akhir semester, ujian akhir program dan menjalani praktik klinik kebidanan. Peneliti memohon bantuan kepada satu observer untuk membantu dalam pengumpulan data agar data kuesioner cepat terkumpul. Ada beberapa data kuesioner yang belum terisi lengkap oleh karena itu peneliti menyebar kuesioner lagi kepada responden lain sehingga jumlah responden tetap sama.
B. Adversity Quotient
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Adversity Quotient didapatkan 52,4% (61 mahasiswa) mempunyai tingkat adversity quotient di bawah skor rata-rata (128,29), sedangkan 47,6 % (58 mahasiswa) dengan skor adversity quotient berada di atas rata-rata.
Mahasiswa yang mempunyai adversity quotient yang rendah cenderung kurang memanfaatkan potensi yang dimiliki, sehingga kesulitan-kesulitan dapat menimbulkan kerugian yang besar termasuk mempengaruhi proses
commit to user
belajar dan prestasi belajar bisa menurun. Sedangkan mahasiswa yang memiliki adversity quotient yang tinggi mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi atau dapat memberikan hasil yang terbaik, serta akan selalu termotivasi untuk berprestasi. Mereka akan mengerjakan tugas sebaik mungkin, termasuk mencari informasi serta memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia dalam hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Stoltz bahwa individu yang memiliki adversity quotient tinggi akan berusaha aktif bertindak, tidak hanya bersikap pasif menunggu kesempatan datang.
Aspek-aspek dari adversity quotient (AQ) mencakup beberapa komponen yaitu Control, Origin, Ownership, Reach, dan Endurance. Untuk aspek yang pertama yaitu control, jika skor pada aspek Control (kendali) semakin rendah maka semakin besar kemungkinan manusia merasa bahwa peristiwa-peristiwa yang buruk berada di luar kendalinya dan hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk mencegah atau membatasi kerugian-kerugiannya (Stoltz, 2005).
Hasil penelitian mengenai aspek control ini didapatkan 97,5 % (116
mahasiswa) menerima komentar negatif dari teman sebagai kritik yang membangun dan senang membantu teman yang menghadapi permasalahan. Sebanyak 36,1 % dari total mahasiswa cenderung menghindari hal yang berbahaya. Pada aspek Control ini sebanyak 58 mahasiswa ( 48,73%) yang skornya di bawah rata-rata ( 29,32) dan 51,37% (61 mahasiswa) mempunyai skor control diatas skor rata-rata ( 29,32). Control yang rendah memiliki
commit to user
pengaruh yang sangat merusak terhadap kemampuan untuk mengubah situasi dan orang-orang yang sangat rendah kemampuan pengendaliannya sering menjadi tak berdaya saat menghadapi kesulitan karena meningkatkan potensi yang dapat merugikan kinerja, energi, jiwa seseorang yang mempengaruhi proses belajar. Sedangkan semakin tinggi skor control maka semakin besar kemungkinan mahasiswa bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan tetap teguh dalam niat serta gigih untuk mencari suatu penyelesaian (Stoltz, 2005). Aspek yang kedua adalah origin (asal-usul) dan ownership (kepemilikan), orang yang skor origin dan ownership rendah cenderung menempatkan rasa bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi, mereka melihat dirinya sendiri sebagai satu-satunya penyebab atau asal-usul (origin) kesulitan tersebut. Semakin rendah skor origin maka semakin besar kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri sampai melampaui titik batas konstruktif (Stoltz, 2005). Sebaliknya, semakin tinggi skor origin maka semakin besar kecenderungan untuk menganggap sumber-sumber kesulitan itu berasal dari orang lain atau dari luar dan menempatkan peran diri sendiri pada tempat yang sewajarnya dan belajar dari tingkah laku sehingga bisa menjadi orang yang lebih cerdik, lebih cepat, lebih baik atau lebih efektif bila lain waktu menghadapi situasi serupa.
Untuk skor ownership, semakin tinggi skor pengakuan atau kepemilikan maka semakin besar orang tersebut mengakui akibat-akibat dari suatu perbuatan, apa pun penyebabnya. Semakin rendah AQ dan skor dalam aspek
commit to user
ini, semakin besar kemungkinan orang menganggap diri sendiri sebagai asal mula peristiwa-peristiwa buruk yang bisa berakibat parah pada tingkat stress, ego dan motivasi, orang tersebut juga menolak pengakuan dengan menghindarkan diri dari tanggung jawab untuk menangani situasinya serta menganggap peristiwa-peristiwa yang baik sebagai keberuntungan yang diakibatkan oleh kekuatan-kekuatan dari luar (Stoltz, 2005).
Hal tersebut dapat dibuktikan pada penelitian ini, yaitu 100 % dari total mahasiswa berkeyakinan bahwa jika ingin meraih keberhasilan maka harus berusaha lebih baik lagi, dan 98,3 % mahasiswa siap untuk berusaha lebih keras setelah kegagalan yang dialami serta berusaha mencari solusi. Sebanyak 74,8 % (89 mahasiswa) menganggap bahwa kegagalan yang dialami semata-mata karena kesalahan sendiri dan bukan disebabkan oleh faktor lingkungan. Hasil skor pada aspek ini yaitu 64 mahasiswa (55,02%) mempunyai skor diatas rata-rata ( 44,98) dan skor tinggi pada aspek origindanownership. AQ mengajarkan kepada orang untuk meningkatkan rasa tanggungjawab mereka sebagai salah satu cara memperluas kendali, pemberdayaan dan motivasi dalam mengambil tindakan termasuk kendali, pemberdayaan serta motivasi dalam proses belajar yang bisa meningkatkan prestasi belajar (Stoltz,2005).
Aspek ketiga yaitu reach (jangkauan) yaitu sejauh mana kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan. Semakin tinggi skor reach, semakin besar kemungkinan orang akan membatasi jangkauan masalahnya
commit to user
pada peristiwa yang sedang dihadapi dan menjaga kesulitan supaya tetap berada di tempatnya akan membuat perasaan frustasi, kesukaran-kesukaran hidup dan tantangan hidup menjadi lebih mudah ditangani karena bisa berpikir jernih dan mengambil tindakan yang tepat. Semakin rendah skor reach, semakin besar kemungkinan orang menganggap peristiwa-peristiwa buruk sebagai bencana dengan membiarkan jangkauan kesulitan itu mengurangi kebahagiaan dan ketenangan pikiran sampai tidak berdaya untuk mengambil tindakan (Stoltz, 2005).
Hasil penelitian pada aspek reach didapatkan sebanyak 93,3% (111 mahasiswa) dapat memunculkan harapan baru untuk semakin bersemangat menyelesaikan kesulitan. Sebanyak 56,31 % (67 mahasiswa) yang mempunyai skor reach berada di atas rata-rata (29,03) .
Aspek yang terakhir yaitu endurance ( daya tahan). Semakin tinggi AQ
dan skor endurance maka semakin besar kemungkinan memandang
kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung lama dan menganggap kesulitan dan penyebab-penyebab sebagai sesuatu yang bersifat sementara, cepat berlalu dan kecil kemungkinan terjadi lagi. Dengan optimisme, motivasi dan tindakan positif maka proses belajar akan berjalan lancar dan prestasi belajar bisa meningkat. Semakin rendah skor endurance maka semakin besar orang menunjukkan jenis respon yang memunculkan perasaan tak berdaya atau hilangnya harapan dan akan mempengaruhi proses belajar tidak berjalan lancar dan berpengaruh pada rendahnya prestasi belajar (Stoltz, 2005).
commit to user
Hasil penelitian pada aspek endurance didapatkan 99,1% (118 mahasiswa) mengganggap bahwa semua masalah pasti ada solusinya dan 98,3% mahasiswa akan mencari solusi dari permasalahan. Namun hanya 42,02% (50 mahasiswa) yang mempunyai skor endurance di atas skor rata-rata ( 24,67 ). Pada aspek endurance ini, mahasiswa perlu meningkatkan ketahanan individu yaitu dengan senang hati menyelesaikan tugas, berhenti membuang-buang waktu untuk hal yang sia-sia, berkeyakinan bahwa semua masalah pasti ada solusi dan berusaha mencari solusinya sehingga prestasi belajar bisa meningkat juga.
C. Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil penelitian terhadap prestasi belajar dengan studi dokumentasi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) diperoleh IPK tertinggi IPK tertinggi 3,63 dan IPK terendah adalah 2,30 dengan rata-rata IPK 3,14. Mahasiswa yang mempunyai IPK dibawah rata-rata sebanyak 57 mahasiswa. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah kesehatan badan, ada minat dan perhatian yang tinggi, bahan pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, motivasi belajar yang kuat, kematangan berpikir, ada kesiapan untuk belajar, cara orang tua mendidik, hubungan baik orangtua dan anak, suasana rumah dan kos yang mendukung, keadaan ekonomi keluarga dan fasilitas belajar yang mendukung, strategi belajar yang variatif sesuai kurikulum, hubungan baik pengajar dan
commit to user
mahasiswa, hubungan antar mahasiswa serta kecerdasan yang baik ( Slameto, 2003).
Faktor kecerdasan yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain Intelligence quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), Succesfull Intelligence (SI), Multiple Intelligence (MI) dan Adversity Quotient (AQ). Berdasarkan hasil kuosioner Adversity Quotient (AQ) didapatkan 31,93 % mahasiswa mempunyai tingkat adversity quotient di bawah skor rata-rata (128,29) dan sebanyak 68,07 % mahasiswa mempunyai tingkat adversity quotient di atas skor rata-rata.
D. Hubungan antara Adversity Quotient dan Prestasi Belajar
Hasil analisis korelasi Adversity Quotient dengan prestasi belajar terdapat hubungan yang positif antara Adversity Quotient dengan prestasi belajar secara signifikan (p = 0,00) dengan koefisien korelasi (r = 0,546) dan kekuatan korelasi yang cukup sehingga dapat diartikan bahwa Adversity Quotient mempunyai sumbangan efektif terhadap prestasi belajar sebesar 29,81 %. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang artinya semakin tinggi skor Adversity Quotient maka semakin meningkat pula prestasi belajarnya.
Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa hipotesis diterima yaitu ada hubungan antara Adversity Quotient dengan prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan tinjauan teori bahwa kecerdasan termasuk di dalamnya adalah
commit to user
Adversity Quotient (AQ) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar (Slameto, 2003).
Stoltz (2005) mengatakan bahwa Adversity quotient diperlukan untuk menghadapi berbagai kesulitan yang dialami individu dengan mampu berpikir kreatif sehingga bisa menemukan cara untuk mengatasi rintangan dan mampu mencapai keberhasilan. Jadi dalam setiap situasi yang sulit dan tidak mendukung, individu yang memiliki adversity quotient tinggi mampu berpikir kreatif untuk tetap fokus belajar sehingga mendukung proses belajar berjalan lancar serta prestasi belajar bisa meningkat.
Faktor keyakinan sangat mempengaruhi bagaimana respon individu terhadap kesulitan dan faktor semangat yang tangguh dan ulet akan mengoptimalkan semua potensinya dalam menghadapi kesulitan (Slotz, 2005). Semangat yang tetap tumbuh untuk sukses akan mempengaruhi tinggi rendahnya adversity quotient, individu yang memiliki adversity quotient yang tinggi senantiasa terdorong untuk mencari penyelesaian terhadap kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar maupun dalam kehidupan. Dorongan untuk mencari penyelesaian tersebut dapat menggerakkannya untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik dengan menggali segala potensi yang dimiliki tanpa batas.
Dalam penelitian ini, adversity quotient mempunyai pengaruh sebesar 29,81 % terhadap prestasi belajar sedangkan 70,19 % ditunjang oleh faktor lain. Faktor lain tersebut yaitu kondisi fisiologis yang lemah, tingkat
commit to user
kecerdasan, bakat, minat, perhatian, motivasi, emosi, kemampuan kognitif, kurikulum, program, sarana, tenaga pengajar (dosen), hubungan mahasiswa dengan dosen, masalah keluarga, dan lingkungan kost yang tidak mendukung, yang semuanya dapat mempengaruhi mahasiswa dalam belajar (Slameto, 2003).
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Inda Ayu Lestari (2010) dengan judul “ Pengaruh Motivasi Belajar, Minat Belajar dan Adversity Quotient Mahasiswa Akuntansi terhadap Prestasi Akademik”. Perbedaan penelitian ini mulai dari subjek penelitiannya, variabel penelitian, analisis data dan hasil penelitian.
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan di Perguruan Tinggi Negeri yang sering praktik klinik di lahan tiap akhir semester dengan kemungkinan banyak mengalami kesulitan dan masalah di lahan, sedangkan penelitian sebelumnya pada mahasiswa akuntansi di Perguruan Tinggi Swasta yang praktik kerja lapangan di semester akhir saja. Variabel penelitian ini adalah bivariat untuk menganalisis hubungan antara Adversity Quotient dan prestasi belajar secara khusus, sedangkan variabel penelitian sebelumnya adalah multivariat untuk mengetahui pengaruh Motivasi Belajar, Minat Belajar dan Adversity Quotient terhadap Prestasi Akademik.
Analisis data penelitian ini menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment dengan hasil terdapat hubungan yang positif, signifikan dan korelasi sedang atau cukup antara variabel Advesity Quotient (AQ) terhadap
commit to user
variabel prestasi belajar dengan nilai r hitung sebesar 0,546 dan p= 0,00. Analisis data penelitian sebelumnya dengan uji regresi linear ganda menggunakan uji T dan uji F bahwa secara parsial dengan uji T menunjukkan bahwa variabel motivasi belajar dan minat belajar berpengaruh signifikan terhadap pencapaian prestasi akademik, tetapi variabel Adversity Quotient tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan prestasi akademik. Sedangkan secara bersama-sama dengan menggunakan uji F bahwa motivasi belajar, minat belajar dan Adversity Quotient berpengaruh signifikan terhadap pencapaian prestasi akademik mahasiswa akuntansi di salah satu PTS di Jakarta.
commit to user
48 BAB VI