• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

3. Jenis Kanker

4.3 Hasil Kuesioner Responden

Tabel 11. Hasil kuesioner pada responden dengan kemoterapi

Tanggapan Responden YA TIDAK Item Pertanyaan F % F %

1. Saya minum air untuk menelan makanan dengan mudah

14 40 21 60 2. Mulut saya terasa kering ketika makan 21 60 14 40 3. mulut saya terasa panas atau seperti terbakar 10 28,6 25 71,4 4. Saya merasa air ludah sedikit 28 80 7 20 5. Saya mengalami kesulitan apabila makan

makanan kering

20 57,1 15 42,9 6. Saya mengisap permen untuk melegakan

mulut yang kering

0 0 35 100

7. Saya menglami kesulitan untuk menelan sebagian makanan

8 22,9 27 77,1

8. Bibir saya tarasa kering 35 100 0 0

9. Saya mengalami gangguan nafsu makan 6 17,1 29 82,9 Tabel 11 memperlihatkan hasil kuesioner pada responden dengan kemoterapi. Keluhan utama dari pasien adalah bibir terasa kering dengan persentase terbesar yaitu 100 %. Keseluruhan pasien tidak mengisap permen untuk melegakan mulut yang kering.

Tabel 12. Hasil kuesioner pada responden dengan kemoterapi dan radiasi

Tanggapan Responden YA TIDAK Item Pertanyaan F % F %

1. Saya minum air untuk menelan makanan dengan mudah

13 37,1 22 62,9 2. Mulut saya terasa kering ketika makan 33 94,3 2 5,7 3. mulut saya terasa panas atau seperti terbakar 23 65,7 12 34,3 4. Saya merasa air ludah sedikit 33 94,3 2 5,7 5. Saya mengalami kesulitan apabila makan

makanan kering

29 82,9 6 17,1 6. Saya mengisap permen untuk melegakan

mulut yang kering

0 0 35 100 7. Saya menglami kesulitan untuk menelan

sebagian makanan

12 34,3 23 65,7

9. Saya mengalami gangguan nafsu makan 11 31,4 24 68,6 Tabel 12 memperlihatkan hasil kuesioner pada responden dengan kemoterapi dan radiasi. Keluhan utama dari pasien adalah mulut terasa kering ketika makan, air ludah terasa sedikit, dan bibir terasa kering dengan persentase terbesar yaitu 94,3%. Tidak ada pasien yang mengisap permen untuk melegakan mulut yang kering.

Tabel 13. Hasil kuesioner pada responden tanpa kemoterapi dan radiasi

Tanggapan Responden YA TIDAK Item Pertanyaan F % F %

1. Saya minum air untuk menelan makanan dengan mudah

7 20 28 80 2. Mulut saya terasa kering ketika makan 10 28,6 25 71,4 3. mulut saya terasa panas atau seperti terbakar 1 2,9 34 97,1 4. Saya merasa air ludah sedikit 9 25,7 26 74,3 5. Saya mengalami kesulitan apabila makan

makanan kering

8 22,9 27 77,1 6. Saya mengisap permen untuk melegakan

mulut yang kering

0 0 35 100

7. Saya menglami kesulitan untuk menelan sebagian makanan

4 11,4 31 88,6

8. Bibir saya tarasa kering 22 62,9 13 37,1

9. Saya mengalami gangguan nafsu makan 3 8,6 23 91,4 Tabel 13 memperlihatkan hasil kuesioner pada responden tanpa kemoterapi dan radiasi. Keluhan utama dari pasien adalah bibir terasa kering dengan persentase terbesar yaitu 62,9%. Tidak ada pasien yang mengisap permen untuk melegakan mulut yang kering.

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga-tiga kelompok responden paling banyak mengalami xerostomia pada usia 46-50 tahun dibanding usia lainnya. Namun pada uji statistik hasil ini tidak signifikan pada kelompok responden dengan kemoterapi. Akan tetapi, hasil ini signifikan pada kelompok responden dengan kemoterapi dan radiasi serta kelompok responden tanpa kemoterapi dan radiasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Anke Petra Jellema M.D. dkk) sebelumnya yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara perawatan radiasi dengan terjadinya xerostomia berdasarkan umur.19 Radiasi pada kepala dan leher dapat menyebabkan terjadinya xerostomia. Pada penelitian ini pasien yang mendapat terapi radiasi kepala dan leher hanya 7 orang (20%). Kanker yang dirawat di RSUP HAM kebanyakan adalah kanker payudara. Menurut literatur, 50% xerostomia terjadi pada pasien golongan tua karena pada usia tua faktor risiko untuk terjadi xerostomia lebih tinggi dengan adanya penyakit-penyakit sistemik dan penggunaan obat-obatan untuk perawatan penyakit sistemik tersebut.1 Menurut literatur juga, pada usia tua terjadi perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya.7 Namun, menurut literatur lain pula, tiada bukti yang menyatakan bahwa penyebab terjadinya xerostomia adalah semata-mata karena proses aging. Ditemukan bahwa, salah satu penyebab lain terjadinya xerostomia adalah menopause. Menapouse didefinisikan sebagai pemberhentian haid secara permanen akibat daripada kehilangan fungsi ovari.

Dinyatakan bahwa umur fisiologikal menopause terjadi adalah di antara 45-55 tahun dengan rerata umur 52.5 tahun.20

Pada penelitian ini dijumpai bahwa pada kelompok responden dengan kemoterapi, penderita kanker dengan lama kemoterapi lebih dari 1 minggu paling banyak mengalami xerostomia. Sedangkan pada kelompok responden dengan kemoterapi dan radiasi, penderita kanker dengan lama kemoterapi lebih dari 2 minggu paling banyak mengalami xerostomia. Pada uji statistik pula, hasil ini tidak signifikan pada kedua-dua kelompok responden. Menurut literatur, kira-kira 40% pasien yang mendapat kemoterapi mengalami xerostomia sebagai efek samping.21 Pasien ini mengeluh terjadinya xerostomia dalam waktu 7-10 hari setelah permulaan perawatan kemoterapi diberikan.22 Berbeda dengan xerostomia yang disebabkan oleh radiasi kepala dan leher, xerostomia yang disebabkan oleh kemoterapi biasanya sementara dan pulih dalam waktu 2-8 minggu setelah pemberhentian perawatan kemoterapi.21 Efek samping yang diakibatkan oleh radiasi dimulai sekitar minggu kedua dan ketiga perawatan diberikan, dan berkurang 2 atau 3 minggu setelah perawatan selesai.23

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada kelompok responden dengan kemoterapi, penderita kanker dengan siklus 1 paling banyak mengalami xerostomia. Sedangkan pada kelompok responden dengan kemoterapi dan radiasi, penderita kanker dengan siklus 2 dan 3 paling banyak mengalami xerostomia. Pada uji statistik, kedua hasil kelompok responden ini tidak signifikan. Menurut literatur, xerostomia terjadi pada siklus 2 dan 4. Pada siklus 2, xerostomia mulai terlihat, dan pada siklus 4 xerostomia terjadi. Siklus 4 merupakan fase penyembuhan dari

ketoksikan sistemik yang diakibatkan oleh kemoterapi dan kemoradiasi.24 Menurut Dr. Nugroho Prayogo, Sp. PD., obat kanker tidak diberikan sekaligus pada siklus ini untuk memulihkan sel sehat. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerusakan permanen dari sel sehat. Namun, laporan sepenuhnya tentang bagaimana siklus ini mempengaruhi terjadinya xerostomia belum dijumpai.

Pada penelitian ini juga, dijumpai bahwa pada kelompok responden dengan kemoterapi dan kelompok responden dengan kemoterapi dan radiasi, penderita kanker dengan penggunaan lebih dari satu obat kemoterapi (kombinasi) paling banyak mengalami xerostomia. Pada uji statistik pula, hasil ini tidak signifikan pada kelompok responden dengan kemoterapi. Sedangkan hasil ini signifikan pada kelompok responden dengan kemoterapi dan radiasi. Menurut literatur, penggunaan agen atau obat kemoterapi tunggal atau kombinasi akan menyebabkan terjadinya disfungsi kelenjar saliva. Akan tetapi, efek ini belum didokumentasikan dengan baik.25 Literatur lain menyatakan bahwa obat kemoterapi akan menyebabkan xerostomia terutama apabila diberikan dalam dosis yang tinggi, berulang-ulang atau diberikan serentak dengan terapi radiasi.26 Menurut literatur lain, kerusakan kelenjar saliva pada pasien yang mendapat radiasi bergantung pada jumlah dan jenis radiasi yang digunakan, total dosis dan luas kawasan yang terpapar radiasi dan ianya tidak berkaitan dengan penggunaan kemoterapi.26

Keseluruhan hasil penelitian ini sedikit berbeda dari literatur mungkin karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi, contohnya gangguan emosional atau stress yang dihadapi oleh pasien ketika menjalani perawatan kemoterapi.

BAB 6

Dokumen terkait