• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Metode Penelitian

33 Kelima faktor di atas saling berkaitan satu sama lainnya, oleh karena itu esensi pembentukan hukum mengenai Persekutuan Perdata Notaris sebagaimana Pasal 20 UUJN-P sebagai bentuk perubahan dari Perserikatan Perdata Notaris dalam Pasal 20 UUJN dapat dianalisis melalui teori efektifitas hukum ini untuk mengkaji indikator apakah penerapan Persekutuan Perdata Notaris ini sudah lebih efektif di lapangan atau kurang efektif untuk diadakan dalam praktik kenotariatan sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika serta efektifitas Persekutuan Perdata Notaris ini.

G. Metode Penelitian

34 3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach). Pendekatan ini dilakukan dengan mengkaji semua Undang-Undang yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis bahas dalam penelitian dan mempelajari mengenai keberadaan atau konsistensi dan kesesuaian antara suatu Undang dengan Undang-Undang lainnya yang hasilnya menjadi argumen untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian.38

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan konseptual (conceptual approach) untuk upaya memperdalam kajian dan pendekatan historis.

Pendekatan konseptual merujuk pada unsur-unsur Perserikatan Perdata Notaris dalam UUJN dan Persekutuan Perdata Notaris dalam UUJN-P sedangkan pendekatan historis merujuk pada sejarah terbentuknya aturan mengenai Perserikatan Perdata Notaris. Pendekatan konseptual yang digunakan oleh peneliti dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan menggunakan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut, peneliti dapat menemukan ide-ide yang melahirkan konsep-konsep hukum, sedangkan pendekatan historis dilakukan melalui kajian naskah akademik UUJN dan UUJN-P serta menggali alasan logis-legal diadakannya Persekutuan Perdata Notaris.

38 M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 58

35 4. Bahan Hukum Penelitian

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer dalam penelitian ini merupakan bahan hukum yang memiliki daya ikat secara yuridis,39 seperti:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblad Tahun 1847 No. 23.

3) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, StaatsbladTahun 1847 No. 23.

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.

4432.

5) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5491.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang mendukung dan memperkuat bahan hukum primer untuk memberikan penjelasan dan pemahaman yang lebih mendalam,40 seperti penjelasan undang-undang, buku-buku, hasil penelitian, doktrin hukum dan hasil wawancara.

39 M. Syamsudin, Mahir Meneliti Permaslahan Hukum, Jakarta: Kencana, 2021, hlm. 127.

40 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi, Penelitian Hukum Normatif dan Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo, 2003, hlm. 23.

36 c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum lain yang menjelaskan lebih lanjut bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus Bahasa Belanda-Indonesia dan Kamus Bahasa Inggris-Indonesia. 41

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam penelitian ini penyusun menggunakan teknik pengumpulan bahan hukum yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Studi dokumen atau kepustakaan merupakan kegiatan yang mengumpulkan serta memeriksa ataupun melakukan penelusuran terhadap dokumen-dokumen atau kepustakaan yang akan memberikan informasi ataupun keterangan yang dibutuhkan oleh penulis pada penulisan tesis ini. Studi kepustakaan ini diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, menganalisis dan mengkaji peraturan perundang-undangan yang berkaitan, buku-buku, jurnal-jurnal, perundang-undangan, doktrin-doktrin hukum atau bahan-bahan hukum yang berupa bahan pustaka lainnya.

b. Wawancara

41 Ibid, hlm. 195

37 Metode wawancara digunakan untuk memperoleh informasi dari narasumber yang mumpuni juga pernah mengalami secara praktik yang berkaitan dengan Pasal 20 UUJN-P tersebut. Wawancara yang digunakan penulis berbentuk wawancara terbuka, yaitu responden diajukan pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa dan secara komunikatif atau berdialog dua arah sehingga responden tidak terbatas dalam memberikan keterangan dan mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Narasumber adalah orang yang mempunyai sumber informasi baik berupa data maupun dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian.

6. Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif.

Pengolahan bahan hukum kualitatif dilakukan dengan mengorganisasikan atau menata jenis bahan hukum kualitatif sedemikian rupa, sehingga data tersebut dapat dibaca (readable) dan ditafsirkan (interpretable). Setelah data tersebut dapat dibaca dan ditafsirkan maka langkah selanjutnya adalah membahas, menguraikan, mengklasifikasi, memberi makna berdasarkan perspektif tertentu dan akhirnya menemukan formulasi baru baik berupa konsep atau teori.42

42 M. Syamsudin, Mahir Meneliti., hlm. 174-175.

38 Bahan hukum deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis, sedangkan kualitatif adalah data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. 43 Menurut Sunarto, Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi atau kecendrungan yang sedang berkembang.44

Setelah bahan penelitian yang diperlukan terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis dengan tahap-tahap sebagai berikut:45

a. Identifikasi bahan penelitian, yaitu mengidentifikasi fakta hukum yang berupa peristiwa hukum;

b. Seleksi bahan penelitian, yaitu proses penyaringan terhadap bahan hukum yang benar-benar berhubungan dengan pokok permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini;

c. Klasifikasi bahan penelitian, yaitu pengelompokkan dan penempatan bahan hukum yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini;

43 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, hlm .236.

44 Sunarto, Metode Penelitian Deskriptif, Surabaya: Usaha Nasional,2001, hlm. 47.

45 Zainal Askin Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, hlm.87

39 d. Sistematika bahan penelitian, yaitu penyusunan dan berdasarkan urutan bahan penelitian ditentukan dan sesuai dengan pokok bahasan secara sistematis. Penyusunan bahan penelitian dilakukan secara sistematis sesuai dengan jenis dan pokok bahasan dengan maksud memindahkan dalam menganalisanya.

Dalam menarik kesimpulan penulis menggunakan metode deduktif, yaitu menarik suatu kesimpulan dari suatu pernyataan atau dalil yang bersifat umum menjadi suatu pernyataan yang bersifat khusus, dimana dalam mendapatkan suatu kesimpulan dimulai dengan melihat faktor-faktor yang nyata dan diakhiri dengan penarikan suatu kesimpulan yang juga merupakan fakta dimana kedua fakta tersebut dijembatani oleh teori-teori.46