• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

C. Saran

e. Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya

2. Menurut Cockroft dalam Abdurrahman (1996 :219) mengemukakan alasan pentingnya matematika diajarkan pada siswa diantaranya :

a. Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan

b. Semua bidang studi memerlukan keterampilam matematika yang sesuai c. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, ringkas, dan jelas

d. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara

f. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa alasan belajar matematika disekolah yaitu, merupakan sarana berfikir logis,mengembangkan kreatifitas, memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan dapat digunakan dalam segala segi kehidupan.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Dalam garis-garis besar pembelajaran (GBPP), tujuan umum di berikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah :

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Sedangkan tujuan khusus pembelajaran matematika adalah :

1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kebutuhan sehari-hari.

2. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika.

3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di sekolah menengah pertama (smp).

Tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan pengetahuan, nilai sikap serta kemampuan matematika untuk hidup dalam masyarakat dan bekal dalam dunia kerja. Adapun tujuan mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut :

1. Melatih cara berfikir dan bernalar untuk menarik kesimpulan

2. Meningkatkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran orsinil, rasa ingin tahu, membuta dugaan dan mencoba-coba.

3. Sebagai alat untuk memecahkan masalah

4. Sebagai alat komunikasi, informasi atau ide dalam menjelaskan gagasan.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar matematika bagi siswa adalah mengembangkan pengetahuan, nilai sikap serta kemampuan matematika untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan untuk bekal hidup di masyarakat dan dalam memasuki dunia kerja.

3. Peran pembelajaran matematika

1. Mempersiapkan anak didik agar sanggup menghadapi perubahan-perubahan keadaan di dalam dunia yang senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis dan rasional, kritis dan cermat, objektif , kreatif, efektif, dan di perhitungkan secara analistik sintetis.

2. Mempersiapkan anak didik agar menggunkan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu pengetahuan.

3. Peranan tersebut di wujudkan pada kegiatan belajar. Sedangkan pengajaran matematika di perguruan tinggi adalah matematika yang mempelajari

konsep-konsep lanjutan dari konsep-konsep-konsep-konsep matematika sekolah, baik matematika terapan maupun matematika murni (erman suherman 1992:134).

4. Fungsi pembelajaran matematika

Fungsi pembelajaran matematika di sekolah menurut Abidia (1989;15) yaitu : 1. Sebagai alat dalam melakukan perhitungan-perhitungan atau pertimbangan pikiran. 2. Sebagai pola pikir, sistem dan struktur merupakan abstraksi idealisasi atau

generalisasi dari sistem kehidupan dan sistem alamiah, sehingga segala kegiatan dalam kehidupan akan berkaitan dengan matematika.

3. Sebagai ilmu pengetahuan untuk di kembangkan lebih lanjut.

B. Soal Cerita bagi Anak Tunagrahita 1. Pengertian Soal Cerita

Abidia ( 1989: 10) menyatakan bahwa soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek, cerita yang diungkapkan tentang maslah sehari-hari atau masalah lainnya. Sementara itu, Haji ( 1954: 13), berpendapat bahwa soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan dngan knyataan yang ada di lingkungan siswa.

Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa soal cerita adalah soal yang berbentuk cerita tentang sesuatu hal yang brkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya.

2. Tujuan Pengajaran Soal Cerita Matematika

Pengajaran soal cerita matematika meliputi beberapa tujuan. Tgitjih Rukarsih (1996/1997;2) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran matematika dalam bentuk soal cerita antara lain:

a. Membuat ke abstrak, maka dengan soal cerita akan mendekatkan konsep-konsep matematika yang abstrak menjadi konkret, sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa sederhana.

b. Melatih siswa berpikir secara sistematis, bahwa segala sesuatu melalui prosesnya, ada tahapannya dan ada kesimpulan atau hasilnya.

c. Sejak dini melatih siswa berpikir analitis dalam memecahkan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.

d. Memberi pemahaman dan kesan kepada siswa bahwa matematika bukan sekedar bilangan dan lambang-lambang yang abstrak tetapi sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, bahkan merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri.

e. Memperdalam pemahaman dan penguasaan materi matematika GBPP secara konkret. 3. Prinsip-prinsip dalam Pembelajaran Soal Cerita

Debdikbud (1996/1997;3) dalam mengajarkan soal cerita matematika ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Soal cerita diajarkan sesuai dengan materi dalam GBPP.

b. Soal cerita harus diajarkan sejak awal bahkan sebelum anak lancar membaca dan menulis yaitu dengan cara dibacakan oleh guru.

c. Soal cerita diajarkan dari yang sederhana secara bertahap menuju yang kompleks, untuk itu guru harus pandai menyusun dan memilih soal cerita yang sesuai.

d. Gunakan kalimat-kalimat yang singkat tetapi jelas sesuai dengan tingkat pemahaman anak, kosakata yang digunakan harus dipahami anak.

e. Perlu diperhatikan bahwa bagian yang penting dalam soal cerita bukan hanya menyelesaikan, tetapi juga keterampilan memahami pokok pikiran dalam soal cerita tersebut.

f. Sejak awal siswa diarahkan terhadap apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan pengerjaan hitungan apa yang diperlukan dalam penyelesaian soal cerita tersebut. 4. Hakekat Anak Tunagrahita Ringan

a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan

Anak tunagrahita ringan merupakan anak yang kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka masih mempunyai kemampuan untuk berkembang di dalam bidang akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan kerja (Moh. Amin : 1995). Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil, memiliki IQ 52-68, dan masih dapat belajar membaca, menulis, berhitung sederhana dengan bimbingan dan pendidikan yang baik. Anak keterbelakangan mental pada suatu saat akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Dalam pelajaran tingkat sekolah lanjut, sedangkan dalam bidang penyesuaian sosial, mereka mampu mandiri di dalam masyarakat (Sutjiarti Sumantri : 1996).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan merupakan anak yang memiliki IQ yang berkisar antara 52-68 namun mereka masih bisa mengikuti pelajaran dibidang akademik dan mempunyai kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri di dalam masyarakat sehingga mereka mampu untuk mandiri.

b. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan

Karakteristik anak tunagrahita ringan terdiri dari ( PP No.72:1991 ) : 1) Keadaan fisik umumnya masih sama dengan anak normal

2) Sukar berfikir abstrak sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memecahkan suatu masalah walaupun masalah tersebut sederhana

3) Perhatian dan ingatannya lemah, mereka tidak dapat memperhatikan sesuatu hal yang serius dan lama

4) Kurang dapat mengendalikan dirinya sendiri, hal ini disebabkan karena tidak dapat mempertahankan baik dan buruk

5) Lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata dan kalau bicara kalimatnya selalu singkat dan kurang jelas

6) Masih mampu mengikuti pelajaran akademik 7) Masih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

8) Masih mampu melakukan pekerjaan semi skill dan pekerjaan social sederhana. c. Pelaksanaan proses belajar mengajar matematika bagi anak tunagrahita ringan

Menurut Herman (2003: 87) pelaksanaan proses belajar mengajar matematika diantaranya :

1. Menyiapkan anak untuk belajar matematika

Diperlukan banyak waktu dan tenaga untuk membangun kesiapan belajar anak agar anak tidak mengalami banyak masalah dalam bidang studi matematika.

2. Maju dari konkret ke abstrak

Siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan baik jika pengajaran mulai dari yang konkret ke abstrak. Pada tahapan konkret, siswa memanipulasi

berbagai objek nyata dalam belajar keterampilan. Sebagai contoh, pada tahap konkret, siswa harus melihat, meraba dan memindahkan 2 buah jeruk dan 3 buah jeruk untuk belajar bahwa jumlah mereka 5 buah jeruk. Pada tahap representional, suatu gambar yang dapat mewakili objek nyata. Misalnya, 000 + 00 = 5. pada tahap abstrak, angka akhirnya menggantikan gambar atau symbol grafis. Sebagai contoh, 3 + 2 = 5

3. Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang

Jika siswa dituntut untuk mamapu mengaplikasikan berbagai konsep secara otomatis, maka mereka memerlukan banyak latihan dan ulangan.

4. Menyadari kekuatan dan kelemahan siswa

Sebelum membuat keputusan tentang teknik yang digunakan untuk mengajar siswa, guru harus memahami kemampuan dan ketidakmampuan siswa, termasuk penguasaan matematika dan operasi-operasi yang dapat dilakukan oleh siswa.

5. Menyajikan program matematika yang seimbang mencakup kombinasi antar tiga elemen (a) konsep, (b) keterampilan, dan (c) pemecahan masalah. Ketiga elemen tersebut saling terkait satu sama lain.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (clasroom action research), yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki mutu praktek pengajaran di kelas.

Sejalan dengan itu Ebbut dalam Rochiati (2005:12) menyebutkan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikin oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Tujuan penelitian tindakan yakni, untuk meningkatkan praktik, meningkatkan pemahamn praktek oleh praktisinya, serta peningkatan situasi tempat

Pelaksanaan praktek. (Grundy dan Kemmis dalam Suwarsih 2006:25). Bahwa penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan pendekatan baru pada ruang kelas atau dunia kerja lainnya guna memberikan perbaikan atau pemecahan terhadap masalah yang terjadi di kelas yang mana guru sebagai penelitinya.

Jenis penelitian tindakan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang melaksanakan pencermatan terhadap kegiatan belajar di kelas dengan memunculkan sebuah tindakan atau pendekatan baru, guna meningkatkan kualitas dari kegiatan belajar tersebut

Menurut Rochiati, (2006:130) penelitian kelas adalah bagaimana sekolompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pembelajaran mereka sendiri. Menurut Rochiati, (2006:130) penelitian kelas adalah bagaimana

sekolompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pembelajaran mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan ( Action Research ). Penelitian tindakan merupakan suatu penelitian yang di kembangkan secara bersama-sama antara peneliti dan kolaborator tentang variabel yang memanipulasikan dan dapat segera di gunakan untuk menentukan kebijakkan dan pembangunan.

Penelitian tindakan kelas merupakan upaya untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama, Rochyati Wiriatmadja (2007:195). Penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung dunia kerja dan dunia faktual lainnya. Penelitian tindakan mempunyai karakteristik, Sukardi ( 2003:124 ) diantaranya :

1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang di hadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.

2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus untuk meningkatkan kualitas implikasinya oleh subyek yang diteliti.

3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau alur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok atau kerja mandiri secara intensif. 4. Adanya langkah berfikir relatif dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan, ini

implikasinya yang muncul pada subyek yang diteliti sebagai akibat adanya penelitian tindakan.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang penelitian tindakan diatas, maka dapat dimaknai bahwa penelitian (action reseacrh) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerjasama dengan peneliti dikelas atau ditempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.

Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan guru kelas, mulai dari perumusan masalah hingga penyusunan laporan penelitian. Diawali dengan melihat adanya kondisi awal yaitu rendahnya hasil belajar anak tunagrahita ringan dalam penjumlahan, ini dilihat pada buku latihan anak tunagrahita setelah dilakukan evaluasi . Disamping itu mereka juga kurang motivasi dalam belajar.

Melihat permasalahan tersebut maka dalam penelitian ini, peneliti bersama guru kelas, akan merumuskan masalah dan merencanakan pemberian tindakan.

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas anak tunagrahita ringan sebagai kolaborator yang berfungsi sebagai pengamat. Tiga orang anak tunagrahita ringan siswa salah satu SLB di Padang yang mengalami kesulitan dalam penjumlahan.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB Wacana Asih Padang, yang beralamat di jalan alang lawas V No 40 Kota Padang. Sekolah ini mempunyai ruangan Keterampilan Menjahit dan mempunyai ruang kelas untuk proses belajar mengajar, Ruangan Kepala Sekolah, Ruangan

TU, Ruangan Guru, Perpustakaan, Ruangan Kantin, Ruangan Koperasi, serta dilengkapi dengan WC Guru dan Siswa.

D. Alur Penelitian Tindakan

Penelitian ini menggunakan siklus, Nurul Zuriah (2003: 73) mengemukakan prosedur penelitian tindakan adalah peneliti mulai dari fase awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar untuk merumuskan tema penelitian yang selanjutnya diikuti dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Menurut Zainal Aqib(2007:22) bahwa penelitian tindakan dipandang sebagai suatu siklus spiral terdiri atas empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi atau pengamatan dan refleksi. Kemudian diikuti adanya perencanaan ulang yang dilaksanankan dalam bentuk siklus berikutnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam satu siklus terdapat empat tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada alur penelitian di bawah ini :

Bagan Alur Penelitian Tindakan

Keterangan siklus Perencanaan Siklus I Pelaksanaan tindakan 1 Perencanaan Siklus II

Refleksi Melihat peningkatan Observasi 1 kemampuan penjumlahan

anak tunagrahita Permasalahan

Kurangnya kemampuan penjumlahan

Permasalahan anak adalah kurangnya kemampuan penjumlahan anak tunagrahita ringan. 1. Perencanaaan

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan masalah dan menganalisis penyebab masalah, perencanaan pemecahan masalah, serta pengembangan pemecahan masalah. Pada kegiatan ini guru kelas dan peneliti mengadakan diskusi untuk merumuskan program pembelajaran.

Rumusan masalahnya adalah anak tunagrahita ringan kesulitan dalam kemampuan penjumlahan, selanjutnya pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah melakukan metode latihan soal cerita untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan anak tungrahita ringan.

Melihat permasalahan di atas, maka peneliti memberikan ide kepada guru kelas dengan menggunkanan latihan soal cerita. Peneliti dan guru mengadakan kolaborasi dalam merencanakan persiapan pengajaran, menyusun lembaran observasi, dan membuat format penelitian.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tahapan selanjutnya adalah peneliti bertindak sebagai pengamat dan guru kelas sebagai pelaksana tindakan, adakalanya guru sebagai pengamat dan peneliti sebagai pelaksana tindakan. bentuk penelitian tindakan seperti diatas selalu dirancang dan dilaksanakan oleh satu tim peneliti. setelah dirumuskan perencanaan maka akan melaksanakan tindakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada tahap prencanaan di atas, yaitu pelaksanaan metode latihan soal cerita pada anak tunagrahita ringan untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan.

Observasi dilakukan secara kolaboratif dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan mengamati keseluruhan kegiatan, sehingga diperoleh data yang objektif di dasarkan pada perencanaan yang telah disusun secara bersama sebelumnya. Pada saat pelaksanaan tindakan, peneliti mengamati dan merekam setiap kejadian, serta mencatat hasilnya ke dalam format observasi yang telah disediakan.

4. Refleksi

Refleksi merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap keseluruhan tindakan yang telah dilakukan dengan melihat hasil monitoring. Refleksi dilakukan secara bersama-sama melalui kegiatan diskusi yang bertujuan untuk memperoleh suatu keputusan bersama. Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator atau guru kelas, menganalisis dan mengevalusi guna melihat apakah melalui metode latihan soal cerita dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan anak tunagrahita ringan.

E. Defenisi Operasional Variabel

Variabel merupakan istilah dasar dalam penelitian eksperimen termasuk penelitian classroom action research. Dalam penelitian classroom action research biasa menggunakan variabel yang di pengaruhi oleh variabel terikat dan variabel bebas.

1. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kemampuan penjumlahan yaitu kemampuan anak untuk melakukan operasi penjumlahan melalui metode latihan soal cerita.

2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode latihan soal cerita. Soal cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal yang berbentuk cerita tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan melibatkan anak secara langsung dalam cerita. Soal cerita yang disajikan dalam bentuk cerita pendek dan dilakukan secara berulang danterus menerus sampai anak paham.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara dan diskusi. Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang di harapkan. Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data berdasarkan pada pendapat Nurul Zuriah (2001:122) yakni, ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat dilaksanakan antara lain:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti melihat kemampuan penjumlahan. Alat observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung ke lapangan karena dilihat adalah kemampuan penjumlahan dalam belajar maka peneliti mengadakan penilaian terhadap perilaku siswa dalam belajar dan kesiapan siswa menerima pelajaran.

Dalam pelaksanaan observasi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung dalam keseluruhan kegiatan atau peristiwa yang di amati, sehingga memungkinkan peneliti dapat melihat dan mengerti sendiri, selanjutnya mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

2. Diskusi

Diskusi digunakan untuk mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data. Pedoman diskusi yang digunakan adalah pedoman diskusi terstruktur dimana daftar pertanyaan disusun secara rinci seperti daftar cek. Hal ini bertujuan agar lebih terarah dan hasilnya sesuai dengan yang di inginkan.

Diskusi yang akan dilakukan adalah membicarakan tentang perencanaan latihan soal cerita, action atau tindakan yang akan diberikan, observasi dalam kegiatan pembelajaran dan refleksi untuk melanjutkan ke siklus berikutnya.

3. Tes

Tes merupakan suatu bentuk pemeriksaan secara perbuatan dalam tindakan. Untuk mengetahui orang yang dites dengan mengukur kemampuan yang dimiliki. Dalam penelitian ini tes dilakukan untuk mendapatkan data hasil anak. Tes yang dilakukan dapat berupa tes perbuatan dan tes lisan.

4. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan data-data yang sangat diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas terhadap data yang diperoleh. Dokumentasi dari penelitian ini dapat berupa kisi-kisi penelitian, instrument penelitian, rencana pelaksanaan pembelajaran, catatan lapangan, hasil tes perbuatan anak, foto-foto penelitian dan lain sebagainya. Berkas-berkas ini dapat di jadikan dokumentasi dari penelitian yang dilakukan.

G. Teknik Analisis Data

Pada dasarnya analisis data penelitian tindakan dilakukan sepanjang tindakan dilaksanakan, yaitu sebelum, pada saat dan sesudah tindakan di lakukan. Analisis data dapat di lakukan melalui tiga tahap Nurul Zuriah (2003: 243) yaitu :

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerdehanaan, pengabstrakan dan trasformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Analisis ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data berulang-ulang lalu dianalisis. Semua data yang telah di simpulkan tersebut tetap menggambarkan proses pelaksanaan

latihan soal cerita dan kemampuan penjumlahan anak tunagrahita.Cara mereduksi data yaitu dengan melakukan pemilihan terhadap data-data yang dianggap perlu.

2. Penyajian data

Penyajian data lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif yang menggambarkan pendekatan belajar menggunakan teknik yang terdapat dalam pelaksanaan latihan soal cerita. Proses pelaksanaan penyajian data dalam bentuk tahapan-tahapan seperti menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, kelemahan, ketulusan dan sikap-sikap positif yang lain dalam lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.

3. Penarikan kesimpulan

Mengambil intisari sajian data pemilihan pelaksanaan latihan soal cerita yang telah di paparkan sebelumnya dalam bentuk kalimat yang lebih singkat akan tetapi mengandung arti yang luas. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini merupakan hasil dari pembahasan tentang meningkatkan kemampuan penjumlahan penempatan angka satuan dengan satuan dan puluhan dengan puluhan serta penempatan simbol tanda tambah dengan cerita ibu belanja ke pasar.

H. Teknik Keabsahan Data

Memperoleh keabsahan data, sehubungan dengan kebenaran hasil penelitian. Maka ada beberapa langkah yang ditempuh peneliti. Hal ini di dasarkan menurut Lexy Moleong (2004 : 175) bahwa, ada delapan teknik untuk memeriksa keabsahan data, dalam penelitian ini peneliti menempuh empat langkah kegiatan ini yakni :

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan ini dilakukan dengan cara memperpanjang waktu penelitian, berarti peneliti tinggal di lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.

Memperpanjang waktu penelitian ini dapat di lakukan dengan melanjutkan ke siklus II untuk dapat melihat lebih jauh meningkatkan kemampuan penjumlahan anak tunagrahita ringan melalui latihan soal cerita.

2. Mengadakan Triangulasi

Suatu upaya untuk memeriksa kembali suatu kebenaran data, dengan cara membandingkan data yang di peroleh melalui berbagai metode pengumpulan data yang di gunakan peneliti. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan sumber, metode, penyidik, dan teori. Namun yang banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain. Triangulasi dengan sumber lain berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang

Dokumen terkait