• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

A.Hasil Penelitian

Hasil penelitian efektivitas subtitusi sitokinin dengan air kelapa terhadap multiplikasi tunas Chrysanthemum indicum L., pada parameter pengamatan tinggi tunas, jumlah daun dan jumlah tunas tersaji pada Tabel 2, 3 dan 4.

Tabel 2. Rerata tinggi tunas hasil multiplikasi Chrysanthemum indicum L. pada berbagai konsentrasi BA dan air kelapa

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tunas cenderung semakin menurun seiring bertambahnya konsentrasi BA dan air kelapa pada medium perlakuan. Untuk mengetahui pengaruh substitusi sitokinin dengan air kelapa serta interaksinya terhadap tinggi tunas, data diuji dengan analisis varian (ANAVA) dua jalan (Tabel 5).

Tabel 3. Rerata jumlah daun pada tunas hasil multiplikasi Chrysanthemum indicum L. dalam berbagai konsentrasi BA dan air kelapa

konsentrasi BA (ppm)

konsentrasi air kelapa (%) Rata-rata

5 10 15 20 25 0 21.67 22.00 23.33 21.67 10.33 19.80 0.5 32.67 21.00 32.00 24.67 16.33 25.33 1.0 15.33 23.67 23.67 24.00 10.67 19.47 1.5 23.33 28.00 19.33 15.33 8.33 18.87 Rata-rata 18.60 18.93 19.66 17.13 9.13 20.87

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah daun cenderung meningkat pada konsentrasi BA 0.5 ppm dengan kombinasi air kelapa 15% dan cenderung mengalami penurunan seiring bertambahnya konsentrasi BA dan air kelapa. Untuk mengetahui pengaruh substitusi sitokinin dengan air kelapa serta interaksinya terhadap

konsentrasi BA (ppm)

konsentrasi air kelapa (%) Rata-rata 5 10 15 20 25 0 6.57 3.13 2.33 2.80 1.90 3.35 0.5 2.17 2.20 3.43 2.70 2.27 2.55 1.0 5.03 1.83 3.13 2.47 1.03 2.70 1.5 3.33 2.90 2.53 2.00 1.80 2.51 Rata-rata 4.27 2.52 2.86 2.49 1.75 2.78

26    jumlah daun pada tiap tunas, selanjutnya data diuji dengan analisis varian (ANAVA) dua jalan (Tabel 5).

Tabel 4. Rerata jumlah tunas hasil multiplikasi Chrysanthemum indicum L. pada berbagai konsentrasi BA dan air kelapa

konsentrasi BA (ppm)

konsentrasi air kelapa (%) Rata-rata 5 10 15 20 25 0 0.67 1.00 2.33 1.33 0.67 1.20 0.5 3.33 2.00 2.00 1.00 2.33 2.13 1.0 1.33 1.67 2.00 1.67 1.33 1.60 1.5 1.67 1.67 1.33 1.33 0.67 1.33 Rata-rata 1.40 1.27 1.53 1.07 1.00 1.57

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah tunas yang muncul pada tiap eksplan cenderung meningkat pada konsentrasi BA 0.5 ppm dengan kombinasi air kelapa 15% dan cenderung mengalami penurunan seiring bertambahnya konsentrasi BA dan air kelapa. Untuk mengetahui pengaruh substitusi sitokinin dengan air kelapa serta interaksinya terhadap jumlah tunas pada tiap eksplan, maka selanjutnya data diuji dengan analisis varian (ANAVA) dua jalan (Tabel 5).

Tabel 5. Ringkasan hasil ANAVA dua jalan untuk menguji efektivitas substitusi sitokinin dengan air kelapa serta interaksinya terhadap parameter pengamatan tinggi, jumlah tunas dan jumlah daun pada tunas Chrysanthemum indicum L. Sumber Variabel Terikat Jumlah Kuadrat Df Rerata Kuadrat F Sig. konsentrasi BA Tinggi eksplan 7.052 3 2.351 1.719 0.175 Jumlah daun 370.333 3 123.444 3 0.039* Jumlah tunas 1.25 3 0.417 0.807 0.049* Konsentrasi Air Kelapa Tinggi eksplan 42.695 4 10.674 7.804 0** Jumlah daun 1740.9 4 435.225 10.578 0** Jumlah tunas 8.9 4 2.225 4.312 0.004** Interaksi Tinggi eksplan 84.793 19 4.463 4.948 0** Jumlah daun 3188.07 19 167.793 6.316 0** Jumlah Tunas 18.983 19 0.999 2.22 0.017** Tanda (**) menunjukkan sangat signifikan, tanda (*) menunjukkan signifikan.

   

berpengaruh signifikan terhadap jumlah daun dan jumlah tunas namun tidak berpengaruh signifikan terhadap tinggi tunas. Penambahan air kelapa menunjukkan adanya pengaruh sangat signifikan terhadap tinggi tunas, jumlah daun dan jumlah tunas. Interaksi antara BA dan air kelapa menunjukkan adanya pengaruh sangat signifikan terhadap semua parameter multiplikasi. Untuk mengetahui konsentrasi air kelapa dan BA serta interaksi yang efektif terhadap parameter pengamatan, maka dilakukan uji BNT yang disajikan pada Tabel 6, 7, 8.

Tabel 6. Uji BNT pengaruh berbagai konsentrasi BA terhadap jumlah tunas dan jumlah daun pada multiplikasi Chrysanthemum indicum L. secara in vitro. Konsentrasi BA

(ppm)

Jumlah daun Jumlah tunas

0 19.80b 1.20b

0.5 25.33a 2.13a

1.0 19.47b 1.60b

1.5 18.87c 1.33b

Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda signifikan pada uji BNT 5%. Hasil paling efektif ditunjukkan dengan notasi huruf a.

Data hasil uji BNT pada Tabel 6 menunjukkan bahwa penambahan BA pada konsentrasi 0.5 ppm berpengaruh paling efektif terhadap jumlah daun dan jumlah tunas pada multiplikasi Chrysanthemum Indicum L. secara in vitro.

Tabel 7. Uji BNT pengaruh berbagai konsentrasi air kelapa terhadap tinggi tunas, jumlah tunas dan jumlah daun pada multiplikasi Chrysanthemum indicum L secara in vitro.

Konsentrasi Air Kelapa (%)

Tinggi (cm) Jumlah daun Jumlah tunas

5 4.27a 18.60a 1.40a

10 2.52b 18.93a 1.27a

15 2.86b 19.66a 1.53a

20 2.49c 17.13b 1.07b

25 1.75d 9.13c 1.00b

Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama, berarti berbeda signifikan pada uji BNT 5%. Hasil paling efektif ditunjukkan dengan notasi huruf a.

Data hasil uji BNT pada Tabel 7 menunjukkan bahwa air kelapa pada konsentrasi 5% berpengaruh paling efektif terhadap tinggi tunas. Pada parameter

28    pengamatan terhadap jumlah daun dan jumlah tunas, air kelapa berpengaruh efektif pada rentang konsentrasi 5%-15%.

Tabel 8. Pengaruh interaksi berbagai kombinasi BA dan air kelapa terhadap parameter multiplikasi Chrysanthemum indicum L secara in vitro.

Perlakuan tinggi (cm) Jumlah Daun Jumlah tunas

B0K1 6.57a 21.67c 0.67d B0K2 3.13b 22.00c 1.00cd B0K3 2.33c 23.33bc 2.33b B0K4 2.80c 21.67c 1.33c B0K5 1.90d 10.33e 0.67d B1K1 2.17c 32.67a 3.33a B1K2 2.20c 21.00c 2.00b B1K3 3.43b 32.00a 3.00a B1K4 2.70c 24.67b 1.00c B1K5 2.27c 16.33d 2.33b B2K1 5.03ab 15.33d 1.33c B2K2 1.83d 23.67bc 1.67bc B2K3 3.13b 23.67bc 2.00b B2K4 2.47c 24.00b 1.67bc B2K5 1.03d 10.67e 1.33c B3K1 3.33b 23.33bc 1.67bc B3K2 2.90c 28.00b 1.67bc B3K3 2.53c 19.33cd 1.33c B3K4 2.00cd 15.33d 1.33c B3K5 1.80d 8.33e 0.67d

Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda signifikan pada uji BNT 5%. Hasil paling efektif ditunjukkan dengan notasi huruf a.

Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa interaksi 0 ppm BA dengan 5% air kelapa (B0K1) dan 1.5 ppm BA dengan 5% air kelapa (B2K1) berpengaruh efektif terhadap tinggi eksplan. Pada parameter pengamatan jumlah tunas dan jumlah daun, konsentrasi 1 ppm BA dengan 5% air kelapa dan 1 ppm BA dengan 15% air kelapa berpengaruh paling efektif.

   

Tabel 9. Analisis deskriptif visual multiplikasi tunas Chrysanthemum indicum L konsentrasi BA

(ppm)

Konsentrasi air kelapa(%)

5 (K1) 10 (K2) 15 (K3) 20 (K4) 25 (K5) Warna daun 0 (B0) ++++ ++++ +++ +++ +++ 0.5 (B1) ++++ ++ +++ ++ + 1.0 (B2) ++++ ++++ ++++ ++++ +++ 1.5 (B3) +++ +++ +++ +++ ++

Normalitas dan morfologi daun

0 (B0) ++++ ++++ +++ +++ +++ 0.5 (B1) ++++ ++ +++ ++ + 1.0 (B2) ++++ ++++ ++++ ++++ +++ 1.5 (B3) +++ +++ +++ +++ ++ Tekstur batang 0 (B0) ++++ ++++ +++ +++ +++ 0.5 (B1) ++++ ++ +++ ++ + 1.0 (B2) ++++ ++++ ++++ ++++ +++ 1.5 (B3) +++ +++ +++ +++ ++ Keterangan 

Warna daun  Morf. & normalitas daun  Tekstur batang 

++++= Hijau tua  ++++= lebar bergerigi  ++++= hijau tua  

+++ = Hijau muda   +++= sempit bergerigi  +++  = hijau muda  

++   = Hijau kekuningan  ++= lebar tidak bergerigi ++ = hijau kekuningan 

+   = Kuning kecokelatan   += sempit tidak bergerigi  += kuning kecokelatan  Gambar 6. Multiplikasi krisan pada media B0K2 (a) dan B1K3 (b)

30    Pada Tabel 9 dapat dideskripsikan bahwa kenampakan visual eksplan krisan bervariasi bergantung pada perlakuan yang diberikan. Semakin tinggi tingkat solut dalam media, menunjukkan tingkat visual tunas yang semakin menurun.

B.Pembahasan

Hasil ANAVA dua jalan menunjukkan bahwa konsentrasi BA dan air kelapa menghasilkan tingkat efektivitas hasil multiplikasi yang berbeda. Uji ANAVA dua jalan pada BA menunjukkan bahwa BA hanya berpengaruh signifikan terhadap jumlah daun dan tunas,namun tidak berpengaruh signifikan terhadap tinggi planlet. Sedangkan uji ANAVA pada air kelapa dan interaksinya berpengaruh terhadap tinggi planlet,jumlah tunas dan daun secara signifikan

4. Pengaruh BA terhadap multiplikasi.

Setiap tumbuhan memiliki kandungan ZPT endogen pada kadar yang berbeda di dalam tubuhnya. Akba et al. (2009) menyebutkan bahwa BA merupakan salah satu jenis sitokinin yang dibutuhkan dalam multiplikasi tunas dari jaringan dewasa dalam medium MS. Menurut Seswita (2010) Benzil Adenin (BA) merupakan salah satu jenis sitokinin yang berperan dalam proses pembelahan sel. Pemberian BA secara eksogen menyebabkan peningkatan konsentrasi sitokinin endogen sehingga dapat meningkatkan aktivitas pembelahan sel .

Proses pembelahan sel pada tanaman dipengaruhi oleh enzim Cyclin-dependent kinase (CDK). Protein kinase adalah enzim yang memfosforilasi protein menggunakan ATP. Enzim ini mempengaruhi peralihan fase dari G1 ke S dan G2 ke M dalam siklus pembelahan sel. Peralihan dari fase G1–S diatur oleh cyclin-D (CYCD). Kerja enzim CYCD dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu hormon dan sukrosa. Adanya sukrosa dan hormon akan menginisiasi terbentuknya kompleks aktif antara CDK dan CYCD. Kompleks tersebut akan mengaktifkan promotor E2F sehingga mengaktifkan gen-gen transkripsi yang terlibat pada siklus pembelahan fase S. Sedangkan peralihan fase G2-M dipengaruhi oleh adanya aktivitas CYC. Peningkatan aktivitas kompleks CDK-CYC selama fase G2 akan mempercepat peralihan dari fase G2 ke M (Pereira et al. 2012).

Berdasarkan hasil ANAVA diketahui bahwa BA berpengaruh signifikan terhadap jumlah tunas dan jumlah daun, namun tidak signifikan terhadap tinggi tunas. Menurut Abidin (1985) hal ini dikarenakan BA tidak berperan dalam proses pengembangan dan

   

pemanjangan sel. Hormon pada tumbuhan yang berperan dalam pemanjangan dan pengembangan sel adalah auksin. Penambahan BA secara eksogen dalam medium dimungkinkan mempengaruhi aktivitas auksin sehingga tidak terjadi pengembangan dan pemanjangan sel secara signifikan.

Berdasarkan uji BNT diketahui bahwa BA pada konsentrasi 0.5 ppm berpengaruh signifikan terhadap peningkatan jumlah tunas sebesar 2.13 dan jumlah daun sebanyak 25.33. Hal ini dikarenakan penambahan BA secara eksogen pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan konsentrasi endogen sehingga pertumbuhan tunas dan daun dapat berlangsung lebih efektif. Abidin (1985) menyebutkan bahwa apabila konsentrasi sitokinin lebih besar dari auksin maka akan menstimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Selain itu, Ni’mah et al. (2012) menyeebutkan bahwa sitokinin dapat menghambat dominansi apikal dan merangsang proliferasi tunas ketiak dan munculnya tunas-tunas ketiak baru sehingga secara signifikan dapat meningkatkan jumlah tunas ketiak. Semakin banyaknya tunas ketiak yang muncul akan meningkatkan jumlah nodus pada eksplan sehingga, peningkatan jumlah tunas berbanding lurus dengan peningkatan jumlah daun.

Hasil uji BNT menyebutkan bahwa konsentrasi BA diatas 0.5 ppm menyebabkan jumlah tunas dan jumlah daun semakin menurun. Wattimena (1988) menyebutkan bahwa ZPT pada tanaman hanya akan bekerja efektif pada konsentrasi tertentu. Selain itu, Magdalena et al. (2002) menyebutkan bahwa penambahan sitokinin eksogen secara berlebih justru dapat menghambat sintesis sitokinin endogen sehingga mengganggu proses pembelahan sel.

5. Pengaruh air kelapa terhadap multiplikasi

Berdasarkan uji ANAVA diketahui bahwa air kelapa berpengaruh secara signifikan terhadap semua parameter pengamatan (tinggi, jumlah tunas dan jumlah daun) pada Chrysanthemum indicum L. Hal ini dikarenakan penambahan air kelapa dalam media kultur berarti menambahkan nutrisi pada tanaman. Berdasarkan hasil analisis Kristina & Syahid (2012) dalam satu liter air kelapa tidak hanya mengandung ZPT tetapi juga mengandung mineral lain seperti thiamin, piridoksin dan hara makro (N,P,K).

32    Kompleksitas kandungan hormon dan mineral dalam air kelapa mengakibatkan air kelapa lebih mempengaruhi multiplikasi secara signifikan jika dibandingkan dengan penambahan BA. Walaupun air kelapa mengandung ZPT alami yang bersifat termolabil, namun perlakuan autoclave tidak mengurangi aktivitasnya dalam proses pembelahan sel sehingga multiplikasi tunas dapat tetap berjalan efektif (Seswita 2010).

Berdasarkan uji BNT diketahui bahwa air kelapa pada konsentrasi rendah (5%) berpengaruh paling efektif terhadap pertumbuhan tinggi tunas krisan sebesar 4.27 cm. Hal ini dimungkinkan karena penambahan air kelapa pada konsentrasi ini menyebabkan pembelahan dan pembentangan sel berlangsung lebih optimal. Maltatula (2003) menjelaskan bahwa penambahan air kelapa dalam media tanam dengan kadar yang rendah justru akan membantu proses pertumbuhan vegetatif tanaman karena kandungan N yang dibutuhkan oleh tanaman krisan cukup.

Uji BNT menyebutkan bahwa penambahan konsentrasi air kelapa sebesar 5%,10% dan 15% menunjukkan adanya respon yang sama yaitu berpengaruh efektif terhadap pertumbuhan jumlah tunas 1.27-1.53 dan jumlah daun sebanyak 18.60-19.66. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi air kelapa yang berbeda menunjukkan respon tumbuh yang berbeda pula. Air kelapa pada konsentrasi rendah berpengaruh efektif terhadap pertumbuhan tinggi tunas, sedangkan pada konsentrasi tinggi berpengaruh efektif terhadap pertumbuhan jumlah tunas dan jumlah daun. Seswita (2010), Kristina & Syahid (2010) menyebutkan bahwa air kelapa pada kisaran konsentrasi 15% merupakan konsentrasi yang efektif dalam mendukung pertumbuhan kultur pada umur 2 bulan. Penambahan air kelapa pada konsentrasi diatas 15% menyebabkan penurunan respon tumbuh tunas.

6. Interaksi BA dengan air kelapa

Substitusi sitokinin dengan air kelapa berarti membandingkan efektivitas penggunaan BA dan air kelapa dalam mempengaruhi multiplikasi tunas krisan secara in vitro. Penambahan BA pada medium multiplikasi menyebabkan bertambahnya biaya produksi bibit krisan sehingga mempengaruhi harga jual bibit dipasaran. Oleh karena itu penambahan air kelapa diharapkan dapat mengganti peran BA terhadap multiplikasi tunas krisan sehingga dapat menurunkan biaya produksi bibit. Siantiavira et al. (2012) menyebutkan bahwa dalam produksi tanaman secara massal, efisiensi biaya produksi dalam perbanyakan kultur in vitro merupakan salah satu pertimbangan penting.

   

Efisiensi tersebut diantaranya dilakukan dengan cara subtitusi media sederhana yang bertujuan untuk mengurangi biaya produksi.

Berdasarkan hasil uji ANAVA dapat diketahui bahwa interaksi antara BA dan air kelapa menunjukkan respon signifikan terhadap semua parameter pengamatan yaitu tinggi tunas, jumlah tunas dan jumlah daun. Hal ini menunjukkan penambahan BA dan air kelapa yang dikombinasikan dalam media dapat mempengaruhi respon multiplikasi secara signifikan.

Hasil uji BNT menyebutkan bahwa interaksi antara BA dan air kelapa memiliki kadar efektif yang berbeda pada parameter pengamatan. Interaksi antara BA 0 ppm dengan air kelapa 5% berpengaruh efektif terhadap parameter rataan tinggi tunas sebesar 6.57 cm. Hal ini tidak berbeda nyata pada penambahan BA 1 ppm yang diinteraksikan dengan air kelapa pada konsentrasi 5% yaitu adanya penambahan rataan tinggi tunas sebesar 5.03 cm. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa air kelapa 5% dapat efektif mensubtitusi secara menyeluruh penggunaan BA pada parameter tinggi tunas. Hal ini dikarenakan air kelapa mengandung 273.62 mg/L kinetin dan 290.47 mg/L zeatin sehingga dapat mempengaruhi tinggi tunas (Kristina & Syahid 2010)

Hasil BNT menyebutkan bahwa interaksi antara BA 0.5 ppm dengan air kelapa 5% air kelapa berpengaruh paling efektif terhadap pertambahan rataan jumlah tunas sebesar 3.33 dan jumlah daun sebanyak 32.67. Hal ini tidak berbeda nyata pada penambahan BA 0.5 ppm yang dinteraksikan dengan air kelapa pada konsentrasi 15% yaitu adanya penambahan rataan jumlah tunas sebesar 3.00 dan jumlah daun sebanyak 32.00. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam mengefektifkan pertumbuhan jumlah tunas dan jumlah daun hasil multiplikasi secara in vitro, air kelapa hanya dapat mensubtitusi sebagian penggunaan BA. Hal ini dimungkinkan karena ikatan adenin pada sitokinin sintetik (BA) dapat meningkatkan pembelahan sel secara efektif apabila dibandingkan dengan sitokinin alami yang terdapat pada air kelapa (Abidin 1985).

7. Kenampakan visual planlet

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa pemberian perlakuan yang berbeda pada medium multiplikasi krisan dapat memberikan respon visual yang berbeda pula.

H menun berwa memp butir k diduga tua dia B mediu tekstur kelapa 36% ( yaitu stabili dalam penyer terhad B yang s tidak n Hasil anali njukkan resp rna hijau m perlambat pr klorofil dan a akibat kand akibatkan ka Berdasarkan um memberi r batang. H a yang berva Kristina & S sebagai sum sasi membr m mengatur rapan air d dap tekstur tu Berdasarkan semakin ting normal (Gam sis pada T pon positif te muda- hijau oses senesen n protein da dungan kloro arena adanya n Tabel 9 d ikan respon Hal ini dikar ariasi yakni Syahid 2010 mber karbon ran, dan ber

tekanan dari media k unas hasil mu n data yang ggi menyeba mbar 7). Tabel 9 Pe erhadap war u tua. Hal nsi (penuaan alam sel (W

ofil yang tin a krolofil-a p dapat disimp n terbaik ter renakan ada glukosa 34-0). Sukrosa m n, sumber e rperan seba osmotik m ke dalam ta ultiplikasi kr telah dipero abkan warna a enambahan rna daun. Pe ini dikare n) sel denga Wattimena 19 nggi. Dalam pada daun. mpulkan bahw rhadap norm anya kandun 45%, sukros memiliki beb energi, peng agai pelindu mempengaruh anaman sehi risan secara oleh, penamb a daun kunin BA pada enambahan B enakan sitok an mengham 991). Warna Lizawati (20 wa penamb malitas dan ngan kadar sa 18-53% d berapa peran gatur tekana ng terhadap hi kemamp ingga memb in vitro. bahan air ke ng kecoklata medium m BA menyeba kinin berpe mbat peromba a hijau tua 012) warna d bahan air ke morfologi gula tinggi dan fruktosa n penting dal an osmotik, p stres. Pera puan jaring berikan resp elapa pada k an dan morf 34 multiplikasi abkan daun ran dalam akan butir-pada daun daun hijau-elapa pada daun serta dalam air a dari 12%-lam media, , mengatur an sukrosa gan dalam pon positif konsentrasi fologi daun b

   

Menurut Maltatula (2003), Kandungan nitrogen dalam media tanam dengan kadar yang seimbang (cukup) akan membantu proses pembentukan klorofil, namun kadar N yang berlebih akan mengakibatkan toksik pada tanaman. Perlakuan air kelapa dan BA dalam konsentrasi tinggi menyebabkan warna hijau muda-kuning hingga kuning kecokelatan pada daun (Gambar 7b). Widiastoety (1987) menyebutkan bahwa perubahan warna pada eksplan yang ditanam secara in vitro menandakan telah terjadi proses fisis dan kimia yang energinya didapatkan dari media.

Perubahan warna daun hasil multiplikasi dimungkinkan karena tunas krisan tidak dapat menyerap unsur hara secara maksimal. Hal ini dikarenakan penambahan air kelapa konsentrasi tinggi menyebabkan medium multiplikasi lebih pekat sehingga menghambat penyerapan unsur P. Maltatula (2003) menerangkan bahwa tanaman yang kekurangan P memperlihatkan daun berwana kekuningan serta tanaman menjadi kerdil.

Respon perubahan warna daun hasil multiplikasi tunas krisan pada media yang mengandung air kelapa dengan konsentrasi tinggi dimungkinkan juga karena kelebihan unsur hara. Hal ini dikarenakan, medium yang digunakan merupakan medium MS yang ditambahkan dengan air kelapa. Kristina & Syahid (2010) menerangkan bahwa pertumbuhan batang yang tidak normal dan daun yang berwarna hijau kecoklatan mengindikasikan adanya kelebihan unsur hara pada medium multiplikasi.

Maltatula (2003) menerangkan bahwa apabila jumlah nitrogen lebih banyak jika dibandingkan dengan unsur lainnya, maka tanaman akan menghasilkan protein lebih banyak dan daun akan tumbuh lebih lebar. Oleh sebab itu, lebarnya daun yang tersedia bagi proses fotosintesis sebanding dengan jumlah N yang tersedia. Akumulasi unsur N dalam tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme tanaman. hal ini dikarenakan unsur N akan membentuk amoniak (NH3) yang bersifat toksik karena dapat melewati membran - membran sel. Bagian luar membran klorofil impermeabel terhadap NH4 tetapi dapat dilalui oleh NH3. Efek toksik N-NH4 diakibatkan karena kerja NH3

merupakan uncoupling factor dalam proses fosfolirasi di membran tilakoid kloroplas. Sehingga apabila dibiarkan dalam waktu yang lama, medium dengan konsentrasi air kelapa tinggi dapat menyebabkan kematian pada tunas krisan.

Kepekatan solut dalam medium multiplikasi menyebabkan tanaman cenderung mengalami cekaman air. Banyo & Nio Song Ai (2011) menyebutkna tanaman yang mengalami kekurangan air secara umum mempunyai ukuran yang lebih kecil

36    dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Cekaman (stress) lingkungan adalah kondisi lingkungan yang memberikan tekanan pada tanaman dan mengakibatkan respons tanaman terhadap faktor lingkungan tertentu lebih rendah daripada respons optimumnya pada kondisi normal. Respons tanaman yang mengalami kekurangan air dapat mempengruhi perubahan di tingkat selular dan molekular yang ditunjukkan dengan penurunan laju pertumbuhan, berkurangnya luas daun dan peningkatan rasio akar dan tajuk.

Cekaman abiotik seperti kekeringan, kadar garam tinggi (salinitas), suhu tinggi atau rendah, keasaman tanah, tercatat menurunkan hasil pertanian dunia hingga lebih dari 50%. Kekurangan air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, yang meliputi proses fisiologi, biokimia, anatomi dan morfologi. Pada saat kekurangan air, sebagian stomata daun menutup sehingga terjadi hambatan masuknya CO2 dan menurunkan aktivitas fotosintesis. Selain menghambat aktivitas fotosintesis, kekurangan air juga menghambat sintesis protein dan dinding sel (Salisbury dan Ross 1992).

Pemberian air kelapa dan BA dalam kadar yang tinggi dapat mengakibatkan planlet berukuran kecil dan daun tidak mengalami pertumbuhan yang maksimal. Kehadiran sitokinin berlebih dalam media dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. sedangkan kelebihan unsur hara dalam media memacu pertumbuhan yang tidak normal.

37   

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dari uraian pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsentrasi BA dalam medium multiplikasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah tunas dan jumlah daun, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap tinggi tunas. Konsentrasi BA yang paling optimal dalam multiplikasi krisan adalah 0.5 ppm.

2. Konsentrasi air kelapa dalam medium multiplikasi berpengaruh signifikan terhadap semua parameter pengamatan (tinggi tunas, jumlah tunas dan jumlah daun). Pada tinggi tunas, konsentrasi air kelapa yang paling optimal adalah 5%, sedangkan pada jumlah tunas dan jumlah daun, air kelapa optimal pada konsentrasi 5-15%.

3. Interaksi BA dengan air kelapa berpengaruh signifikan terhadap semua parameter pengamatan (tinggi, jumlah daun dan jumlah tunas).

4. Interaksi yang paling optimal dalam meningkatkan tinggi tunas krisan adalah BA 0 ppm dan 1 ppm yang diinteraksikan dengan air kelapa sebesar 5%. Interaksi yang paling optimal dalam meningkatkan jumlah tunas dan jumlah daun adalah BA 0.5 ppm yang diinteraksikan dengan air kelapa 5% dan 15%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat dirumuskan saran sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan tinggi tunas dapat digunakan air kelapa dengan konsentrasi 5% tanpa penambahan BA.

2. Untuk meningkatkan jumlah tunas dan jumlah daun, penggunaan air kelapa pada konsentrasi 5% dan 15% masih perlu ditambahkan BA sebesar 0.5 ppm.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjut guna mengetahui efektivitas air kelapa pada tanaman hias lainnya 

38    DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. 1985. Dasar-Dasar Tentang Zat Pengatur Tumbuhan. Bandung:Angkasa.

Akba, Filiz., Çi_dem I_ıkalan., S. Namlı., dan Bekir Erol Ak. 2009. Effect of plant growth regulators on in vitro shoot multiplication of Amygdalus communis L. cv. Yaltsinki. African Journal of Biotechnology, VIII (22), 6168-6174. Anonim. 2006. Budidaya Tanaman Krisan. Yogyakarta: Balai Pengkajian

Tekhnologi Pertanian.

Anonim. 2013. Classification of Chrysanthemum. Online at

http://www.mums.org/journal/articles/classifications.htm. [diakses tanggal 4 Februari 2013]

Aspiah,Y.P. Sari, H. Manurung. 2011. Pengaruh Pemberian Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Anggrek Kantong Semar (Paphiopedilum supardii Braem & Loeb) pada Media Knudson secara In Vitro. Mulawarman Scientifie, (10): 2-6.

Banyo, Yunia & Nio song Ai. 2011. Konsentrasi Klorofil daun Sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains, 11(2), 166-172.

Basri, Z. Muslimin. 2001. Pengaruh Sitokinin terhadap Organogenesis Krisan secara In Vitro. Jurnal Agroland 15(4), 164-170.

Bety Y.A & Suhardi. 2009. Keragaman Tanaman dan Respon Pengguna terhadap varietas Unggul Nasional Krisan di Kabupaten Magelang. Agrosains, 11 (2): 52-57.

Campbell NA, JB Reece & LG Mitchell. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.

[BPS] Badan Pusat tatistik. 2011. Pendapatan Non Migas-Holtikultura 2011. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Gomez K.A. & Gomez A.A. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian (Ed.2). Jakarta: UI Press.

Gunawan. 2004. Untung Besar dari Usaha Pembibitan. Agromedia pustaka. Online at

http://books.google.co.id/books?id=jx4yBLnzkAgC&pg=PA67&dq=multipli kasi&hl=en&sa=X&ei=9SsYU_uEBMnV0QGGqIHgCQ&ved=0CEIQ6AEw

Dokumen terkait