• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

b. Bagi lembaga, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi lembaga untuk mengupayakan pembinaan bagi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dalam meningkatkan kemampuan berpikir positif.

c. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan tentang berpikir positif dan mengembangkan sikap-sikap ilmiah sebagai mahasiswa.

G. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalah pahaman penelitian, maka penulis merumuskan definisi operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan Berpikir positif adalah kemampuan seseorang melihat, memikirkan, dan mensikapi segala sesuatu dari segi positif baik terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya.

2. Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menjalani masa belajar pada tingkat perguruan tinggi. Dalam hal ini mahasiswa yang dimaksud adalah mereka yang sedang menjalani masa belajar pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2014. 3. Bimbingan Pribadi-sosial adalah bimbingan untuk membantu para

individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial, yaitu: bimbingan dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama dan berbagai lingkungan.

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang pengertian kemampuan berpikir positif, aspek-aspek berpikir positif, karakteristik, manfaat, faktor berpikir positif, remaja akhir, kajian penelitian yang relevan dan kerangka berpikir.

A. Berpikir Positif

1. Pengertian Kemampuan Berpikir Positif

Menurut Utami (2008:67) kemampuan berpikir positif adalah kemampuan berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari segi positifnya baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun keadaan lingkungannya, sehingga ia tidak akan putus asa atas masalah yang dihadapinya dan mudah dalam mencari jalan keluarnya. Pengertian tersebut senada dengan pendapat Hamzah (2008:41) yang mengemukakan bahwa :

Kemampuan berpikir positif merupakan sikap mental yang melibatkan proses memasukan pikiran-pikiran, kata-kata, dan gambaran-gambaran yang konstruktif (membangun) bagi perkembangan pikiran. Pikiran positif menghadirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan yang kita lakukan. Apapun yang pikiran kita harapkan, pikiran positif akan mewujudkannya. Jadi berpikir positif juga merupakan sikap mental yang mengharapkan hasil yang baik serta menguntungkan.

Menurut Abdul (2005: 39) kemampuan berpikir positif merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu muatan pikiran, penggunaan pikiran, dan pengawasan pikiran.

Sedangkan menurut Rohmayasari (2010:17) kemampuan berpikir positif adalah kemampuan melihat segala sesutau yang dihadapi/diamati dari segi positif dan membiarkan pikiran untuk berproses secara positif yang kemudian mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang menjadi positif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir positif adalah kemampuan berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari segi positifnya dan menekankan pada sudut pandang dan emosi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun situasi yang di hadapi.

2. Aspek-aspek Berpikir Positif

Menurut Albrecht (1992) berpikir positif memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

a. Harapan yang positif (positive expectation)

Harapan positif dapat dilakukan dengan cara melakukan sesuatu dengan lebih memusatkan perhatian pada kesuksesan, optimisme, pemecahan masalah dan menjauhkan diri dari perasaan takut akan kegagalan.

b. Penyesuaian diri yang realistik (realistic adaptation)

Penyesuaian diri yang realistik adalah mengakui kenyataan dan segera berusaha menyesuaikan diri dari penyesalan, frustasi dan menyalahkan diri.

c. Affirmasi diri (self affirmative)

Affirmasi diri dilakukan dengan cara memusatkan perhatian pada kekuatan diri, melihat diri secara positif. Dalam hal ini seseorang menggantikan kritik pada diri sendiri dengan memfokuskan pada kekuatan diri sendiri.

d. Pernyataan yang tidak menilai (non judgement talking)

Pernyataan yang tidak menilai adalah pernyataan yang lebih menggambarkan keadaan daripada menilai keadaan. Pernyataan ataupun penilaian ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung memberikan pernyataan atau penilaian yang negatif. Aspek ini akan sangat berperan dalam menghadapi keadaan yang cenderung negatif.

3. Karakteristik Kemampuan Berpikir Positif (Positive Thinking)

Menurut Rohmayasari (2010:17-19) karakteristik orang yang memiliki kemampuan berpikir positif adalah sebagai berikut:

a. Melihat masalah sebagai tantangan

Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang berat dan membuat hidupnya menjadi paling sengsara di dunia. Masalah harus dijadikan sebagai tantangan hidup agar kita menjadi berkembang.

b. Menikmati hidupnya

Pemikiran yang positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati, meski tidak berarti ia tidak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik.

c. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide

Dengan menerima saran dan ide baru maka akan ada pandangan baru dalam hidup kita menuju yang lebih baik lagi.

d. Melenyapkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak

Memelihara pikiran negatif lama kelamaan bisa diibaratkan membangunkan singa tidur. Hal itu bisa menimbulkan masalah dikemudian hari.

e. Mensyukuri apa yang dimilikinya

Jangan berkeluh kesah terhadap apa yang belum kita miliki, selalu bersyukur atas apa yang dimiliki niscaya akan ditambah rezeki kita. f. Tidak mendengarkan gosip yang tidak menentu

Sudah pasti, gosip berteman baik dengan pikiran negatif. Oleh karena itu, mendengarkan omongan yang tidak ada kejelasannya adalah perilaku yang dijauhi oleh para pemikir positif.

g. Tidak membuat alasan tetapi melakukan tindakan

Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), hal itu bisa berakibat buruk bagi diri anda. Karena tindakanlah yang dinilai dalam sebuah tindakan.

h. Menggunakan bahasa positif

Gunakan kata-kata yang bernadakan optimis dan mengandung makna positif seperti "Masalah itu pasti akan terselesaikan", "Dia

memang berbakat" dan “kamu pasti bisa”.

i. Menggunakan bahasa tubuh yang positif

Di antaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan gerakan tangan yang ekspresif, atau anggukan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan hidup. j. Peduli Pada Citra Diri

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa karakteristik orang yang memiliki kemampuan berpikir positif adalah sebagai berikut:

1) Bahagia dengan dirinya/bisa menciptakan kebahagiaan di dalam dirinya

2) Punya kesimpulan positif terhadap dirinya

3) Punya kepercayaan yang bagus terhadap kemampuannya 4) Bisa menjalin hubungan positif dengan orang lain

5) Bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan kenyataan, baik yang OK maupun yang tidak OK

6) Langkahnya dinamis

7) Prestasi hidupnya terus bertambah membaik 8) Memiliki rasa percaya diri

10) Memiliki cara pandang dan tujuan yang jelas

4. Manfaat Kemampuan Berpikir Positif (Positive Thinking)

Menurut Saroso (2008:64) manfaat kemampuan berpikir positif adalah sebagai berikut:

a. Membentuk kepribadian yang lebih baik seperti: optimism, feeling of success, positive emotions, Positive response to failures, Self-confidence

b. Memberi energi yang lebih besar untuk kegiatan kreatif. Daya kreatif seseorang berhubungan erat dengan isi pikirannya. Bahwa isi pikiran yang positif dapat memunculkan ide-ide yang brilian.

c. Menciptakan hubungan yang sehat antar manusia. Dalam menghadapi orang lain dan situasi sosial, pikiran positif sangat diperlukan. Dengan adanya pikiran yang positif maka akan terjadi hubungan sosial yang positif pula.

d. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani

Menurut Utami (2008:67-69) kebiasaan berpikir positif merupakan sikap dan tindakan yang mendatangkan manfaat besar individu yang bersangkutan, yaitu berkenaan dengan: health, feeling of success, optimism, positive emotions, positive response to failures,

self-confidence, positive self image, every cloud has a silver lining, creative,

a. Health

Seringkali keluhan atau rasa sakit seseorang, secara organis tidak dapat diidentifikasi oleh dokter. Dan ternyata keluhan dan rasa sakit tersebut tidak dirasakan lagi setelah orang yang bersangkutan mengganti isi pikirannya yang negatif dengan yang positif.

b. Feeling of success

Orang yang berpikir positif pada saat dirinya menghadapi suatu tugas merasa yakin bahwa dirinya akan berhasil dalam melakukan tugas tersebut. Perasaan bahwa dirinya berhasil selanjutnya menjadi motivator internal bagi dirinya.

c. Optimism

Bersikap positif terhadap suatu tugas yang harus dilakukan merupakan awal berkembangnya optimis. Optimisme merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang.

d. Positive emotions

Perasaan seseorang dipengaruhi oleh pikirannya. Jika ruang pikiran bersisi hal-hal yang positif, maka perasaan yang dialami juga merupakan perasaan positif.

e. Positive response to failures

Kebiasaan berpikir positif dapat membuat seseorang tegar dalam menghadapi kegagalan. Dengan adanya pikiran yang positif seseorang akan mampu mengembangkan pandangan bahwa

kegagalan bukan akhir dari segalanya dan bahwa masih ada kesempatan untuk meraih keberhasilan.

f. Self-confidence

Kebiasaan berpikir positif juga berperanan penting dalam pengembangan kepribadian yaitu rasa percaya diri. Berpikir positif tentang dirinya berarti melatih dirinya untuk memiliki rasa percaya diri.

g. Positive self image

Aspek kepribadian lainnya yang juga dipengaruhi oleh pola pikir seseorang adalah citra diri (self image). Jika seseorang ruang pikirannya diisi oleh hal-hal yang positif maka dirinya akan memiliki gambaran diri yang positif pula.

h. Every cloud has a silver lining

Bahwa setiap kejadian, seburuk apapun kejadian tersebut pasti ada hikmahnya. Demikian sikap atau anggapan orang yang terbiasa berpikir positif. Sikap atau anggapan demikian diperlukan agar mereka yang menghadapi masalah bisa terhindar dari stres dan depresi.

i. Creative

Daya kreatif seseorang berhubungan erat dengan isi pikirannya. Bahwa isi pikiran yang positif dapat memunculkan ide-ide yang brilian.

j. Persistency

Kebiasaan berpikir positif berpengaruh pada kesuksesan. Orang yang terbiasa berpikir positif akan selalu tekun dan tegar dalam menghadapi tugas-tugas dengan berbagai permasalahan yang ada. k. Positive relationships

Dalam menghadapi orang lain dan situasi sosial, pikiran positif sangat diperlukan. Dengan adanya pikiran yang positif maka akan terjadi hubungan sosial yang positif pula.

Menurut Abdul (2005:39) manfaat dari berpikir positif (positive thinking) adalah sebagai berikut:

a. Mengatasi stres. Berpikir positif membantu mengatasi situasi stres, mengabaikan pikiran negatif, mengganti pikiran pesimis menjadi optimis, mengurangi kecemasan dan mengurangi stres. Ketika mengembangkan sikap positif bisa mengontrol hidup dengan baik. b. Menjadi lebih sehat. Pikiran kita secara langsung mempengaruhi

tubuh dan bagaimana cara bekerjanya. Ketika Anda mengganti pikiran negatif dengan ketenangan, kepercayaan dan kedamaian, bukannya dengan kebencian, kecemasan, dan kekhawatiran, maka akan merasakan kesejahteraan. Dan ini berarti tidak mengalami gangguan saat tidur, tidak merasakan ketegangan otot, kecemasan, dan kelelahan. Orang-orang yang berpikir negatif lebih muda terkena depresi.

c. Percaya diri: Dengan berpikir positif, maka lebih percaya diri dan tidak untuk mencoba menjadi orang lain. Jika tidak percaya diri tidak akan pernah mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

d. Bisa mengambil keputusan yang benar: Berpikir positif mencegah memilih keputusan yang salah atau melakukan hal yang bodoh yang kemudian disesali. Berpikir positif membuat anda memilih keputusan dengan cepat.

e. Meningkatkan fokus: Menggunakan pikiran positif membantu Anda lebih fokus saat menghadapi masalah. Jika Anda berpikir negatif akan membuang-buang waktu, dan energi Anda.

f. Bisa mengatur waktu lebih baik: Dengan meningkatnya fokus serta kemampuan membuat keputusan yang lebih baik, Anda akan lebih terorganisir. Ini akan membantu Anda mendapatkan lebih banyak waktu untuk diri sendiri dan orang yang Anda cintai.

g. Lebih sukses dalam hidup: Sikap positif tak hanya bisa meningkatkan fokus Anda dan lebih bisa mengatur waktu dengan baik tetapi mengarahkan Anda pada kebahagian dan keberhasilan saat mengubah hidup Anda.

h. Memiliki banyak teman: Ketika berpikir positif, Anda akan menarik perhatian orang-orang dan ketika orang-orang tersebut dekat dengan Anda mereka akan merasa nyaman.

i. Menjadi pemberani: Ketakutan berasal dari pikiran negatif. Menjadi pemikir positif menghilangkan rasa takut. Keberanian berasal dari

kenyataan bahwa Anda tetap positif Anda akan tahu bahwa apapun yang terjadi dalam hidup Anda, Anda dapat menghadapinya.

j. Hidup lebih bahagia: Percaya diri merupakan suatu fakta bahwa Anda bahagia menjadi diri Anda sendiri dan tidak mencoba untuk menjadi orang lain. Jika Anda memiliki semangat berpikir positif, Anda selalu mengantisipasi hidup bahagia, damai, tawa, kesehatan yang baik dan kesuksesan finansial.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Positif

(Positive Thinking)

Menurut Utami (2008:69) faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir positif adalah sebagai berikut :

a. Optimisme. Seseorang merasa yakin atas apa yang dilakukan dan selalu melihat sisi terang dari segala sesuatu.

b. Kreativitas. Kemampuan individu untuk mengembangkan diri dan menciptakan segala sesuatu yang berbeda dari orang lain.

c. Percaya diri. Suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuannya diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan, dapat merasa bebas untuk melaksanakan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan mengenal kelebihan serta kekurangan.

Menurut Rohmayasari (2010:19) strategi dalam mengungkit kekuatan berpikir poitif dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Jadilah optimis dan mengharapkan hasil yang baik dalam segala situasi

b. Cari alasan untuk tersenyum lebih sering

c. Visualisasikan hanya apa yang Anda inginkan terwujud d. Libatkan diri Anda dalam kegiatan rekreasi menyenangkan e. Baca dan kutipan yang inspirasional

f. Ikuti gaya hidup sehat. Olahraga setidaknya tiga kali seminggu

6. Mahasiswa BK sebagai calon guru BK atau konselor

Mahasiswa, yang di bagian awal telah disebutkan bahwa mereka adalah pribadi yang memasuki masa dewasa awal. Terlebih mahasiswa yang menjadi objek penelitian ini adalah mahasiswa Bimbingan Konseling, yang pada saatnya nanti diharapkan menjadi Guru BK atau Konselor.

Tentunya mahasiswa BK dituntut untuk selalu berpikiran positif sebagaimana disebutkan oleh Sukartini (2011) mengacu pada kode etik seorang konselor dalam buku Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, bahwa seorang konselor perlu memiliki kepribadian yang utuh dalam berpikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya (Sukartini, 2011).

Dengan mengacu kode etik seorang konselor tersebut mahasiswa BK dituntut sejak masuk menjadi mahasiswa di semester pertama untuk melatih kepribadian untuk selalu berpikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya, sehingga kemampuan berpikir positif ini akan menjadi kompetensi yang tertanam dengan baik dalam dirinya.

Sebagai seorang guru BK atau konselor, tentu amat dituntut untuk melihat sisi positif dari seseorang siswa atau klien. Guru BK perlu menampilkan kepribadian yang menyenangkan, bersahabat kepada semua siswa dengan berprinsip “accept the person, change the behaviour”. Sehingga Guru BK selalu beranggapan bahwa setiap siswa itu spesial.

B. Remaja Akhir

1. Mahasiswa Tingkat Awal Sebagai Remaja Akhir

Mahasiswa tingkat awal merupakan peserta didik yang tergolong pada perguruan tinggi. Mahasiswa tingkat awal dapat digolongkan sebagai remaja akhir yaitu 17/18-21 tahun bagi mahasiswa laki-laki dan 17/18 tahun bagi mahasiswi perempuan. Masa remaja akhir merupakan peralihan dari masa remaja awal. Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa Mappiare (Ali dan Asori, 2009:9). Masa remaja berlangsung dari umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi laki-laki (Ali dan Asori, 2009:9).

Menurut Hurlock (Ali dan Asori, 2009:9), istilah remaja yang aslinya adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti

“tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut,

istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Ali dan Asori, 2009:9). Pandangan ini didukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak merasa bahwa dirinya tidak berada di bawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Remaja merupakan masa dimana individu mulai mencari jati dirinya. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk anak-anak, tetapi juga belum dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak-anak dan orang dewasa. Remaja belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Namun yang perlu ditekankan disini adalah fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa yang amat potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi dan psikisnya.

2. Tugas Perkembangan Pada Masa Dewasa Awal

Tugas perkembangan pada masa dewasa awal difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha

untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan dewasa awal (Ali dan Asori, 2009:10).

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

c. Mampu membina hubungan yang baik denagn anggota kelompok yang berlainan jenis

d. Mencapai kemandirian emosional e. Mencapai kemandirian ekonomi

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat di perlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki usia dewasa

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga

3. Kompetensi Konselor yang Berkaitan Dengan Cara Berpikir

Kompetensi konselor akan dinyatakan dalam penguasaan konsep, penghayatan dan perwujudan nilai, penampilan pribadi yang bersifat membantu dan unjuk kerja bimbingan dan konseling yang profesional

dan akuntabel. Struktur kompetensi konselor menunjukkan bahwa kompetensi konselor dibangun dari landasan filosofi tentang hakikat manusia dan kehidupannya sebagai makhluk Allah Yang Maha Kuasa, pribadi, dan warga negara yang ada dalam konteks kultur tertentu, jelasnya kultur Indonesia. Konselor adalah pendidik, karena itu konselor harus berkompeten sebagai pendidik. Landasan dan wawasan pendidikan menjadi salah satu kompetensi dasar konselor.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung kajian teori serta gagasan dalam penelitian ini, maka perlulah didukung dengan penelitian-penelitan sebelumnya yang relevan. Sejauh ini penulis tidak menemukan penelitian tentang kemampuan berpikir positif mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Meskipun demikian ada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sehubungan dengan pengaruh kemampuan berpikir positif terhadap pengembangan diri.

Aswendo Dwitantyanov, dkk (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh pelatihan berpikir positif pada efikasi diri akademik mahasiswa yang hasilnya menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa antara kelompok eksperimen dan kontrol sebelum diberi perlakukan menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan (p = 0,316 > 0,05 dan nilai te sebesar 1,014 < ttabel sebesar 2,018, dF = 42). Akan tetapi, setelah diberikan perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan dimana te > ttabel = 6,607 > 2,018 dan p = 0,000 < 0,05. Hal Ini membuktikan bahwa

pemberian pelatihan berpikir positif mempengaruhi efikasi diri akademik mahasiswa. Sedangkan berdasarkan hasil analisis pada kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberi perlakuan) menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol tidak ada perubahan signifikan antara sebelum dan setelah perlakuan (–ttabel ≤ te ≤ ttabel (-2,074 < 1,713 < 2,074) serta p = 0,101 > 0,05).

Enik Nur Kholidah & Asmadi Alsa (2012) meneliti tentang pengaruh berpikir positif untuk menurunkan stres psikologis. Berdasar analisis uji perbedaan, diperoleh hasil thitung pada data gained score(penurunan skala tingkat stres pada mahasiswa) adalah sebesar -8,148 dengan (p<0,01) yang berarti ada perbedaan tingkat stres pada mahasiswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rerata gained score(presentase penurunan) antara skala tingkat stres pada mahasiswa akhir dengan skala tingkat stres pada mahasiswa awal pada kelompok eksperimen (-20,16%) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (-3,87%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelatihan berpikir positif efektif menurunkan tingkat stres pada mahasiswa secara signifikan.

Penelitian lainnya yang relevan adalah penelitian dilakukan oleh Atina Machmudati (2013) tentang efektifitas pelatihan berpikir positif untuk menurunkan kecemasan mengerjakan skripsi pada Mahasiswa Fakultas Umum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa skor post-test dan pre-test kelompok

eksperimen mendapatkan nilai p =0.002 (p < 0.005), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan pada kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberi pelatihan berpikir positif. Dengan kata lain kecemasan mahasiswa setelah mengikuti pelatihan berpikir positif lebih renah daripada kecemasan sebelum mengikuti pelatihan.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir positif memiliki pengaruh bagi perkembangan diri mahasiswa. Dengan memiliki kemampuan berpikir positif mahasiswa mampu mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dalam proses belajarnya sebagai mahasiswa. Penelitian-penelitian di atas sangat mendukung penelitian tentang Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014 karena hasil penelitian menguatkan bahwa kemampuan berpikir positif sangat diperlukan bagi mahasiswa Bimbingan dan Konseling guna mendukung proses belajarnya dan sekaligus mengembangkan diri menjadi konselor yang ideal.

D. Kerangka Pikir

Penetapan kerangka pemikiran dalam suatu karangan ilmiah sangat penting karena kerangka pemikiran dianggap sebagai arah dalam penelitian, dan kerangka pemikiran ini merupakan sesuatu yang dianggap benar atau konstan serta dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pembahasan. Kerangka pemikiran merupakan titik

tolak atau pokok pikiran dari permasalahan yang sedang diteliti dan secara logika dapat diterima keabsahannya. Seperti dikemukakan Arikunto (2006:

74) “Kerangka pemikiran adalah sebuah titik tolak yang kebenarannya diterima oleh peneliti dan sifat kebenaran ini selanjutnya diartikan pula peneliti dapat merupakan satu atau lebih hipotesis yang sesuai dengan penyelidikannya”.

Berdasarkan teori-teori yang sudah dipaparkan di atas berpikir positif merupakan cara berpikir untuk menilai segala sesuatu dari sisi potensi dan kebermanfaatan sehingga memunculkan optimisme baik bagi dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Dengan demikian, orang yang mampu

Dokumen terkait