• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan menggambarkan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 25 Mei sampai dengan 15 Juni 2010 dengan jumlah responden 108 orang. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini akan menguraikan gambaran data demografi responden dan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian skabies pada santri di pondok pesantren Ar- raudhatul hasanah Medan.

Data Demografi Responden

Tabel 1. menunjukkan bahwa mayoritas usia responden ada pada kelompok umur (12 tahun) sebanyak 27 orang (25,00%pada umur (13 dan 14 tahun) masing-masing sejumlah 14 orang (12,96%) pada umur (15 dan 16 tahun) masing-masing sejumlah 11 orang (10,19%) pada umur (17 tahun) sejumlah 12 orang (11,11%), pada umur (18 tahun) sejumlah 15 orang (13,89%) dan pada umur (19 tahun) sebanyak 4 orang (3,70%). Berdasarkan jenis kelamin, seluruhnya pria (100%). Seluruh responden beragama islam (100%). Sebagian besar responden kelas 1 sebanyak 32 orang (29,63%) dan mayoritas responden berasal dari luar Medan sebanyak 71 orang (65,74%), dan mayoritas suku responden adalah suku batak sebanyak 34 orang (31,48%).

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan (N=108)

Data Demografi Frekuensi Persentase

Umur 12 27 25,00% 13 14 12,96% 14 14 12,96% 15 11 10,19% 16 11 10,19% 17 12 11,11% 18 15 13,89% 19 4 3,70% Jenis Kelamin Pria 108 100% Wanita 0 0% Kelas 1 32 29,63% 2 16 14,81% 3 16 14,81% 4 15 13,89% 5 25 23,15% 6 4 3,70% Agama Islam 108 100% Asal Daerah Medan 37 34,26% Luar Medan 71 65,74% Suku Batak 34 31,48% Minang 4 3,70% Jawa 27 25,00% Aceh 27 25,00% Melayu 10 9,26% Lain2 6 5,56%

1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Skabies Pada Santri di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

1.2.1. Faktor Kebersihan Diri

Dari faktor kebersihan kulit kebanyakan 94 (87,04%) responden mengatakan kadang-kadang mandi dua sampai tiga kali sehari, 4 (3,70%) responden menyatakan kadang-kadang mandi dengan menggunakan sabun, 53 (49,07%) responden menyatakan Selalu mandi saling bersentuhan dengan teman karena ruang mandi yang sempit.

Untuk kebersihan tangan dan kuku pada umumnya santri kadang-kadang memotong kuku jika kuku sudah panjang sebanyak 30 (27,78%), dan 25 (23,15%) responden tidak pernah membersihkan kuku dengan menyikat atau menggunakan sabun.

Hasil penelitian untuk faktor kebersihan kaki, responden kadang-kadang menggunakan alas kaki yang kering sebanyak 74 (68,48%), dan sebanyak 52 (48,15%) responden sering saling bertukar alas kaki dengan teman-temannya.

Sebanyak 65 (60,19%) responden kadang-kadang membersihankan alat genital saat mandi dan sebanyak 10 (9,26%) responden mengatakan tidak pernah membersihkan alat genital setiap selesai BAB/BAK dengan menggunakan sabun.

Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan faktor Kebersihan Diri (N=108)

Pernyataan Kebersihan Diri

Angka Kejadian Skabies TP n(%) KD n(%) SR n(%) SL n(%) Saya mandi dua sampai

tiga kali setiap hari

0 (0) 94 (87,04) 14 (12,96) 0 (0) Saya mandi dengan

menggunakan sabun

0 (0) 4 (3,70) 11 (10,19) 93 (86,11) Saya mandi saling

bersentuhan dengan teman karena ruang mandi sempit

8 (7,41) 15 (13,89) 32 (29,63) 53 (49,07) Saya memotong kuku jika

sudah panjang

1 (0,93) 30 (27,78) 54 (50,00) 23 (21,30) Saya membersihkan kuku

dengan menyikat atau menggunakan sabun

25 (23,15) 63 (58,33) 13 (12,04) 7 (6,48) Saya menggunakan alas

kaki yang kering setiap hari

7 (6,48) 74 (68,48) 16 (14,81) 11 (10,19) Saya saling bertukar alas

kaki dengan teman-teman

24 (22,22) 25 (23,15) 52 (48,15) 7 (6,48) Saya membersihkan alat

genital saat mandi

4 (3,70) 65 (60,19) 15 (13,89) 24 (22,22) Saya membersihkan alat

genital setiap selesai BAB/BAK dengan sabun

10 (9,26) 44 (40,74) 23 (21,30) 31 (28,70)

1.2.2. Faktor Perilaku

Dari faktor perilaku sebanyak 31 (28,70%) responden mengatakan kadang-kadang mengganti pakaian sehabis mandi, dan kadang-kadang mengganti pakaian dalam sehabis mandi sebanyak 35 (32,41%), untuk menjemur pakaian dibawah sinar matahari responden mengatakan kadang-kadang sebanyak 13 (12,04%), dan 47 (43,52%) responden mengatakan sering saling bertukar pakaian dengan teman sekamar, 58 (53,70%) responden mengatakan sering menggunakan handuk teman saat mandi jika handuk miliknya kotor, dan 49 (45,37%) responden mengatakan kadang-kadang menjemur kasur dibawah sinar matahari seminggu sekali.

Bahkan ada 35 (32,41%) responden yang mengatakan tidak pernah menjemur kasur selama berada di pesantren. Dan terdapat 25 (23,15%) yang tidak pernah berobat keklinik jika terkena skabies.

Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan faktor Perilaku (N=108)

Pernyataan Perilaku

Angka Kejadian Skabies TP n(%) KD n(%) SR n(%) SL n(%) Saya mengganti pakaian

dalam sehabis mandi

1 (0,93) 31 (28,70) 35 (32,41) 41 (37,96) Saya mengganti pakaian

sehabis mandi

0 (0) 35 (32,41) 43 (39,81) 30 (27,78) Saya menjemur pakaian

dibawah sinar matahari

2 (1,85) 13 (12,04) 28 (25,93) 65 (60,19) Saya saling tukar pakaian

dengan teman sekamar

27 (25,00) 28 (25,93) 47 (43,52) 6 (5,56) Saya menggunakan handuk

bersama-sama saat mandi

15 (13,89) 25 (23,15) 58 (53,70) 10 (9,26) Saya menjemur kasur

dibawah sinar matahari dua minggu sekali

35 (32,41) 49 (45,37) 10 (9,26) 14 (12,96) Saya berobat ke klinik jika

terkena skabies

1.2.3. Faktor Kebersihan Lingkungan

Untuk faktor kebersihan lingkungan sebanyak 11 (10,19%) responden mengatakan kadang-kadang membuka jendela setiap pagi, 15 (13,89%) responden mengatakan tidak pernah membersihkan atau menata tempat tidur, sebanyak 108 (100%) responden mengatakan tidur beramai-ramai dalam satu ruangan yang padat, dan 42 (38,89%) responden mengatakan selalu tidur berpindah-pindah sesuai kemauan responden, serta 108 (100%) responden mengatakan mandi dengan air yang berada di bak besar bersama dengan teman-teman.

Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan faktor Kebersihan lingkungan (N=108)

Pernyataan Kebersihan Lingkungan

Angka Kejadian Skabies TP n(%) KD n(%) SR n(%) SL n(%) Saya membuka jendela

setiap pagi

0(0) 11 (10,19) 32 (29,63) 65 (60,19) Saya membersihkan tempat

tidur setiap hari

15 (13,89) 56 (51,85) 28 (25,93) 9 (8,33) Saya tidur satu ruangan

beramai-ramai

0(0) 0(0) 0(0) 108 (100)

Saya tidur berpindah-pindah sesuai kemauan

9 (8,33) 30 (27,78) 27 (25,00) 42 (38,89) Saya mandi dengan air

yang berada di bak besar bersama dengan teman-teman

1.2.4. Faktor Budaya

Untuk faktor budaya sebanyak 61 (56,48%) responden mengatakan selalu tidak mandi jika dalam keadaan sakit, dan sebanyak 50 (46,30%) responden mengatakan sering tidak dibantu teman membersihkan diri jika sakit karena takut tertular.

Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan faktor budaya (N=108)

Pernyataan Budaya

Angka Kejadian Skabies TP n(%) KD n(%) SR n(%) SL n(%) Saya tidak mandi jika sakit 10 (9,26) 8 (7,41) 29 (26,85) 61 (56,48) Saya tidak dibantu teman

membersihkan diri jika sakit karena takut tertular

1.2.5. Faktor Sosial Ekonomi

Untuk faktor sosial ekonomi sebanyak 47 (43,52%) responden mengatakan selalu meminjam sabun teman jika kehabisan sabun mandi. Dan sebanyak 34 (31,48) responden mengatakan mandi tidak menggunakan sabun karena tidak ada uang.

Tabel 6 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan faktor sosial ekonomi (N=108)

Pernyataan Sosial Ekonomi

Angka Kejadian Skabies TP n(%) KD n(%) SR n(%) SL n(%) Saya meminjam sabun

mandi jika kehabisan sabun mandi

9 (8,33) 25 (23,15) 27 (25,00) 47 (43,52) Saya mandi tidak

menggunakan sabun karena tidak ada uang

8 (7,41) 20 (18,52) 46 (42,59) 34 (31,48)

1. Pembahasan 1.1. Kebersihan Diri

Penilaian kebersihan diri dalam penelitian ini meliputi antara lain frekuensi mandi, memakai sabun atau tidak, membersihkan tangan dan kuku, dan membersihkan kaki. Sebagian besar santri memiliki kebersihan jelek. Oleh karena itu tungau sarcoptis scabie akan lebih mudah menginfestasi individu dengan kebersihan santri yang jelek dan sebaliknya lebih sukar menginfestasi individu dengan kebersihan diri santri yang baik karena tungau dapat dihilangkan dengan mandi teratur, pakaian dan handuk sering dicuci dan kebersihan alas tidur selalu terjaga.

Dapat dilihat dari hasil penelitian tentang kebersihan kulit santri menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki frequensi mandi yang kurang, karena 94 (87,04%) responden mengatakan kadang-kadang mandi dua kali setiap hari, dalam penelitian ini santri hanya 1 kali mandi. Dan juga terdapat sebanyak 4 (3,70%) responden mengatakan kadang-kadang mandi dengan menggunakan sabun, Buruknya kebiasaan santri tidak sesuai dengan pendapat (Notoadmojdjo, 1997) yang mengatakan untuk selalu memelihara kebersihan kulit, kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu diperhatikan seperti mandi minimal 2 kali dalam sehari, dan mandi dengan menggunakan sabun. Dan sebanyak 53 (49,07%) responden mengatakan selalu mandi saling bersentuhan dengan teman-teman karena ruang mandi yang sempit. Dalam hal ini (Webhealthcenter, 2006) berpendapat sarkoptis skabie selalu hidup pada tempat-tempat yang lembab dan tertutup. Ruangan yang sempit tersebut akan mempermudah

penyebaran penyakit skabies dari teman saat mandi bersama karena bersentuhan dan bisa dari sarcoptis scabie yang memang sudah menghuni di ruangan yang sempit dan lembab tersebut.

Dalam penelitian ini sebanyak 30 (27,78%) responden mengatakan kadang-kadang memotong kuku jika sudah panjang dan sebanyak 25 (23,15%) responden mengatakan tidak pernah membersihkan kuku dengan menyikat atau menggunakan sabun. Merupakan persentase yang cukup tinggi akan kemungkinan terjadinya penularan penyakit skabies melalui tangan dan kuku, karena masih kurangnya perhatian santri untuk memotong kuku dan membersihkannya dengan sabun. Sebaiknya santri mencuci tangan dengan sabun sekurang-kurangnya dua kali sehari, tangan selalu dalam keadaan bersih, kuku bersih dan pendek (Muzakir, 2008).

Sebanyak 74 (68,48%) responden mengatakan kadang-kadang menggunakan alas kaki yang kering setiap hari, hal ini dikarenakan para santri kebanyakan hanya memiliki satu buah sepatu dan sebanyak 52 (48,15%) responden mengatakan sering saling bertukar alas kaki dengan teman-teman, bertukar alas kaki para santri dikarenakan kurangnya fasilitas seperti loker, sehingga keamanan dilingkungan pesantren kurang mendapatkan pengawasan yang lebih dan akhirnya saling bertukar alas kaki sering terjadi saat sehabis shalat. Kebiasaan memakai sepatu yang lembab dan saling tukar pakai sesama santri akan menyebabkan penularan penyakit skabies mudah terjadi. Karena (Webhealthcenter, 2006) berpendapat sarkoptis skabie selalu hidup pada tempat-tempat yang lembab dan tertutup.

Begitu juga dengan tempat-tempat yang lembab di area tubuh kita, terutama di area genital. Dalam penelitian ini terdapat sebanyak 65 (60,19%) responden mengatakan kadang-kadang membersihkan alat genital saat mandi, dan sebanyak 10 (9,26%) responden mengatakan tidak pernah membersihkan alat genital setiap selesai BAB/BAK dengan sabun. Hal ini terjadi dikarenakan waktu mandi yang diberikan pihak pengasuh sangat sedikit sementara jumlah santri dengan jumlah kamar mandi tidak sebanding

Dengan demikian dalam penelitian ini tampak sekali faktor kebersihan diri sangat berperan dalam penularan penyakit skabies. Karena kebersihan diri santri sangat kurang mendapatkan perhatian dari para santri maupun pengelola pesantren.

1.2. Perilaku

Penilaian perilaku dalam penelitian ini antara lain pengetahuan dan kebiasaan santri. Banyak kebiasaan santri yang kurang mendukung diantaranya sering memakai baju atau handuk bergantian dengan teman, tidur bersama dan berhimpitan dalam satu tempat tidur, berpindah-pindah tempat tidur sesuai kemauan. Dapat dilihat dari hasil penelitian tentang perilaku santri menunjukkan sebanyak 31 (28,70%) responden mengatakan kadang-kadang mengganti pakaian dalam sehabis mandi dan sebanyak 35 (32,41%) responden mengatakan kadang-kadang mengganti pakaian sehabis mandi, dalam hal ini santri setelah mandi tidak langsung menggunakan pakaian dalam dan pakaian luar yang bersih, tetapi santri tetap mengganti pakaian yang kotor setelah mandi dan kemudian mengganti pakaian yang bersih diruang kamar masing-masing. Hal ini terjadi karena ruang kamar mandi santri yang tidak memenuhi standar kesehatan dengan tidak adanya ruang khusus dan gantungan pakaian bersih dikamar mandi, sehingga menyebabkan santri malas memakai langsung pakaian bersih dikamar mandi karena pakaian yang bersih tersebut sering basah terkena percikan air mandi.

Sebanyak 13 (12,04%) responden mengatakan kadang-kadang menjemur pakaian dibawah sinar matahari, merupakan suatu anggka yang kecil tetapi tetap merupakan suatu ancaman terjadinya penularan skabies. Karena apabila baju tidak dijemur dengan kering dibawah sinar matahari maka penularan skabies akan mudah melalui pakaian kita, karena

sarcopties scabie suka hidup pada tempat yang lembab (Webhealthcenter, 2006).

Sebanyak 47 (43,52%) responden mengatakan sering saling tukar pakaian dengan teman sekamar. Perlengkapan pakaian di pesantren Ar-raudhatul hasanah di batasi sehingga banyak para santri yang selalu kehabisan pakaian sehingga santri sering saling meminjam pakaian dengan santri lain (Ponpes, 2008). Maka dari itu banyak santri yang saling berlomba untuk lebih cepat mencuci agar mendapatkan tempat menjemur pakaian, bagi yang terlambat mencuci tersebutlah yang sering meminjam pakaian temannya karena pakaiannya masih kotor.

Perilaku santri di pesantren Ar-raudhatul hasanah yang sangat signifikan terjadinya penularan penyakit skabies adalah penularan melalui handuk karena sebanyak 58 (53,70%) responden mengatakan sering menggunakan handuk bersama-sama saat mandi, dari faktor ini terlihat kebiasaan santri yang kurang baik dan kurangnya pemahaman tentang penularan penyakit skabies. Sebaiknya kebiasaan menyangkut pinjam meminjam yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit menular skabies seperti baju, sabun mandi, handuk haruslah dihindari (Dinkes Prov. NAD, 2005). Bahkan perilaku kebersihan santri yang sangat mengejutkan dalam penelitian ini adalah terdapatnya sebanyak 35 (32,41%) responden yang tidak pernah menjemur kasur sama sekali.

Penyuluhan kesehatan sangat perlu diadakan di pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan karena dalam penelitian ini terdapat santri yang kurang mengerti bahaya dari penyakit skabies, terlihat dari bersarnya

persentase responden yang mengatakan tidak pernah mengobatkan penyakit skabies ke klinik pesantren yaitu sebesar 25 (23,15%).

Dari penelitian ini terlihat kurangnya perhatian dari pengelola pesantren untuk selalu mengawasi segala aktivitas para santri, karena rata-rata para santri masih memiliki kebiasaan yang buruk yang mengabaikan kesehatan, dalam hal ini tentang penyakit menular skabies.

1.3. Kebersihan Lingkungan

Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap kebersihan lingkungan di pesantren Ar-raudhatul hasanah dikategorikan kurang baik, hal ini dapat dilihat ruang tidur santri yang sempit dan sarana air yang kurang bersih karena bak air mandi sama dengan bak mencuci pakaian.

Dalam penelitian ini sebanyak 11 (10,19%) responden mengatakan kadang-kandang membuka jendela setiap pagi, begitu juga dengan kebiasaan santri dalam membersihkan tempat tidur yang masih kurang, sebanyak 56 (51,85%) responden mengatakan kadang-kadang saja membersihkan tempat tidur setiap pagi. Bila dilihat letak kamar tidur sebenarya sudah sesuai dengan persyaratan konstruksi bangunan dimana setiap kamar memiliki ventilasi yang mudah masuknya sinar matahari, tetapi kebiasaan para santri tentang kesehatan lingkungan kurang mendapat perhatian dari para santri dan pengelola santri.

Dalam penelitian ini terdapat (100%) responden yang mengatakan selalu tidur satu ruangan beramai-ramai dan saling berhimpitan, hal ini terjadi karena ruangan kamar yang sempit yang dihuni oleh banyak santri sehingga kapasitas ruangan tidak sesuai dengan jumlah santri yang tidur

diruangan tersebut. Hal ini juga yang membuat 42 (38,89%) responden mengatakan selalu tidur berpindah-pindah sesuai kemauan, karena tidak adanya aturan yang menetapkan agar santri harus tidur pada tempat khusus yang sudah dipersiapkan.

Dan terdapat (100 %) responden mengatakan selalu mandi dengan air yang berada di bak besar bersama teman-teman. Hal ini terjadi karena kurangnya fasilitas pesantren sehingga sanitasi air tidak memenuhi standar kesehatan dan sangat berpengaruh terhadap penularan penyakit skabies.

Kebersihan lingkungan di pesantren Ar-raudhatul hasanah Medan bukan hanya kurang mendapat perhatian dari para santri saja melainkan dari pihak pengelola pesantren. Begitu juga dengan perbandingan antara jumlah santri dan kapasitas seluruh bangunan yang tidak sesuai.

1.4. Budaya

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki beraneka ragam budaya. Pada masyarakat awam terdapat suatu budaya yang kurang mendukung kesehatan yaitu pemahaman bahwa saat mandi tidak boleh untuk dimandikan karena takut akan bertambah parah sakitnya. Budaya ini juga berpengaruh pada para santri Ar-Raudhatul Hasanah Medan karena dalam penelitian ini terdapat 61 (56,48%) responden mengatakan selalu tidak mandi jika sakit, hanya ada sebanyak 10 (9,26%) responden yang mengatakan mandi jika sakit. Merupakan pemahaman budaya yang sangat merugikan kesehatan para santri dan sangat memungkinkan terjadinya penularan skabies jika pemahaman masyarakat atau santri tidak segera diberi pencerahan, misalnya dengan penyuluhan. Dan sebanyak 43

(39,81%) responden mengatakan kadang-kadang di bantu teman membersihkan diri jika sakit. Kurangnya solidaritas para santri karena takut akan tertular dengan penyakit yang sama.

1.5. Sosial Ekonomi

Pesantren Ar-raudhatul hasanah adalah pesantren yang banyak di huni oleh para santri dari luar daerah. Sehingga para santri luar daerah lebih dituntut untuk lebih mandiri dalam mengelola keuangan pribadi, karena para santri akan diberi uang saku dan keperluan di pesantren setiap bulannya. Santri yang manajemen keuangannya baik akan dapat menghindari penyakit menular skabies, sebaliknya santri yang manajemen keuangannya kurang baik akan sangat berpeluang untuk terkena penyakit menular skabies, karena apabila keuangan santri habis maka para santri tidak mempunyai uang untuk membeli sabun, dan keperluan pesantren lainnya. Dapat dilihat dari penelitian ini sebanyak 47 (43,52%) responden mengatakan selalu meminjam sabun mandi jika kehabisan sabun. Bahkan ada sebanyak 34 (31,48%) responden mengatakan selalu mandi tidak menggunakan sabun karena tidak ada uang membelinya. Dikarenakan kiriman yang terlambat karena mayoritas santri Pesantren Ar-raudhatul Hasanah Medan adalah berasal dari luar kota Medan.

Dokumen terkait